Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Epilog

Hola semua, aku balik lagi. Jangan lupa baca sampai author note yaa

Follow ig @indahmuladiatin

Happy reading guys ❤❤❤

☁️☁️☁️

Kiara menapaki jalanan di trotoar yang sudah lama tidak dia lewati. Sore ini langit sedang cerah. Dia bisa dengan bebas berjalan-jalan. Mumpum sedang pulang ke Indonesia. Rasanya kangen sekali, karena selama dua tahun lebih kuliah, liburan tidak pernah dia habiskan di Indonesia.

Selalu papa dan mama yang pergi ke Aussie. Bukan tanpa alasan, Kiara memang benar-benar disibukkan dengan tugas. Bahkan saat liburan.

Ada satu tempat yang ingin sekali dia datangi. Semalaman dia tidak sabar menunggu pagi hanya untuk ini. Di pertigaan, dekat mini market, Kiara melihat tempat yang ingin dia kunjungi ternyata tutup.

Bahunya tegaknya merosot, kecewa. Kiara mendekati toko kue itu sambil menatap penasaran. Kenapa toko ini tutup, apa tante Alya sedang ada acara. Dia menghampiri toko yang ada di samping toko kue milik tante Alya.

"Maaf Bapak permisi," sapa Kiara sopan.

Bapak yang menunggu lahan parkir itu menoleh dan tersenyum ramah. "Iya, ada apa?"

"Toko kue ini tutup sampai kapan yaa Pak?" tanya Kiara.

Bapak tukang parkir itu terlihat bingung. "Wah Mbak, ini tokonya udah tutup lama. Sudah ganti pemilik malah, sekarang pemilik barunya juga udah ngejual rukonya."

"Tutup?" gumam Kiara. Dia sama sekali tidak mendengar berita itu. Sesuai permintaannya, para sahabatnya tidak pernah membahas soal Dimas sedikit pun.

"Oh yaudah, makasih yaa Pak." Kiara berbalik pergi. Kepalanya tertunduk murung. Kenapa tante Alya menutup toko kue ini. Bukankah toko ini adalah kesayangan tante Alya.

Kiara akhirnya memutuskan untuk pergi ke kompleks rumah Dimas. Dia masih penasaran kenapa toko kue itu tutup. Setelah ke Aussie, dia juga lost contact dengan kak Aya, karena merasa tidak enak.

Sampai di kompleks itu, Kiara berjalan ke gang tempat dimana rumah Dimas berada. Rumah itu tidak berubah sejak terakhir kali dia kemari. Bahkan catnya pun masih sama. Hanya saja, tukang kebunnya sudah beda. Bukan mamang yang kalau ngobrol dengan Dimas selalu klop banget.

"Raihan!" panggil seorang ibu yang berlari mengejar anak kecil yang keluar dari rumah itu.

Kiara mengerutkan keningnya. Siapa orang itu. Apa mereka saudara Dimas.

"Maaf Mbak, cari siapa yaa?" tanya tukang kebun itu.

Mata Kiara mengerjap kaget. "Oh iya, saya cari Tante Alya."

"Alya?" tanya tukang kebun itu.

"Mbak nyari Bu Alya?" tanya seorang tukang kebun yang satu lagi. "Beliau udah pindah Mbak, udah lumayan lama."

"Pindah? Kemana yaa Pak?" tanya Kiara.

"Wah kalau itu saya kurang tau, mungkin bisa ditelfon aja Bu Alyanya."

☁️☁️☁️

Kiara menghela nafas panjang. Sejak tadi dia hanya bertopang dagu sambil menatap jendela. Makanan yang dia pesan sama sekali tidak menarik meski terlihat enak.

Cafe ini adalah tempat dimana dia pernah datang dengan Dimas. Menghabiskan waktu bersama. Dimas yang menemaninya belajar. Tidak juga, cowok itu sibuk dengan gamenya.

Dimas, dimana cowok itu sekarang. Pindah kemana. Sebenarnya apa saja yang dia lewati selama dua tahun ini. Jemari Kiara menyisir rambut blondenya ke belakang. Menampilkan sepasang anting berbentuk planet saturnus yang setia menemaninya sejak dua tahun ke belakang.

Dari arah pintu, ada sepasang anak berseragam SMA masuk. Terlihat sedang berdebat. Cewek dengan cepolan asal itu kelihatan kesal sekali pada cowok itu. Meski begitu, si cowok tetap menunjukkan cengiran tidak bersalah.

"Lo tuh ngeselin banget yaa! Sumpah! Enyah sana lo!" omel cewek itu dengan pipi menggembung, merah, karena emosi.

"Yaelah Pipi, baperan amat. Iya besok gue ganti cokelat lo semua," kata cowok itu.

"Vivi! Bukan Pipi! Ih tau ah. Pokoknya gue benci sama lo! Benci! Kita musuhan!"

Kiara tersenyum geli dan memutuskan untuk menonton perdebatan dua remaja yang sepertinya tidak sadar kalau suara mereka mengundang penonton itu. Jujur, melihat ini membuatnya ingat masa SMA. Saat dimana dia berdebat dengan Dimas. Tidak mengenal tempat dan waktu. Waktu itu juga dia juga dengan lantang mengatakan kalau dia membenci Dimas.

"Jangan benci nanti jadi cinta," ledek cowok itu.

Karena dua remaja ini duduk di dekatnya. Jadilah dia memutuskan untuk bergabung. "Bener, jangan benci. Nanti malu sendiri kalau bencinya berubah jadi cinta."

"Nah, Kakak ini aja tau!"

"Iuh, yang kayak gitu sih nggak bakal kerja di kita Kak. Ogah banget suka sama Galih, amit-amit. Kita kan nggak pernah akur!" tolak Vivi dengan wajah kesal.

Kiara tersenyum kecut. "Hati-hati aja yaa, nanti kalau kamu udah suka sama dia, kamu pasti nyesel pernah bilang begini."

"Nggak mungkin!" kata Vivi.

Bahu Kiara terangkat. "Percaya sama saya, karna saya udah pernah ngalamin langsung. Yaudah, duluan yaa. Mudah-mudahan kalian terus jadi pasangan yang manis begini."

☁️☁️☁️

"Kiara!!" teriak Sasya sambil memeluk sahabatnya ini. "Gila, beda amat lo sekarang! Rambut lo keren Ra."

Kiara tertawa geli dan mengabaikan pujian dari sahabatnya ini. "Gimana kuliah lo di Bandung? Aman kan? Udah mulai mikirin tugas akhir lo mau buat apa?"

"Yaelah, gue masih nikmatin masa-masa kuliah gue." Sasya mengajak Kiara masuk ke rumahnya. "Tunggu bentar yaa, gue ganti baju dulu. Si Luna, Mita sama Mona udah nunggu di tempat biasa."

Senangnya semua sahabatnya juga sedang liburan dan bisa berkumpul. Sayang besok Sasya dan Mona sudah harus kembali ke Bandung. Sedangkan Luna dan Mita, memang memilih kuliah di Jakarta saja.

Tempat tongkrongan mereka adalah cafe dekat sekolah. Selain makanannya enak, tempatnya pun aman, ditambah harganya juga bersahabat untuk kantung pelajar. Karena itu dulu mereka sering kemari.

"Lo liburan ini mau kemana aja Ra?" tanya Luna.

Kiara meletakkan ponselnya ke meja setelah membalas pesan dari grup chat. "Mau ngurusin beberapa berkas sih. Sekalian ngajuin buat aktif di organisasi Anti Narkoba. Gue mau jadi relawan, yah seenggaknya setiap gue balik ke sini, gue punya kegiatan."

"Raa," panggil Sasya sedih. "Pasti lo masih keinget Adrian."

"Hem gitu lah, tapi gue udah nggak sedih lagi. Tugas gue adalah mastiin nggak ada Adrian-adrian lain," ucap Kiara dengan optimis. Dia tidak mau ada korban dari obat-obatan itu.

Adrian sudah kehilangan banyak hal karena obat itu. Cita-cita, masa depan, keluarga, teman, dan hidupnya sendiri. Bukankah itu cukup menjadi gambaran seramnya dunia gelap itu.

"Gue boleh ikut nggak?" tanya Luna.

Mona mengangkat tangannya. "Daftarin nama gue, jangan jadi pahlawan sendirian dong Ra."

Kiara tertawa geli dan menganggukkan kepala. Senang teman-temannya juga mau bergabung dengan organisasi itu. "Thanks yaa."

☁️☁️☁️

Taman pemakaman umum ini sepi. Hanya ada segelintir orang yang sedang sibuk terduduk di depan makam. Kiara menatap lurus nisan batu bertuliskan nama Adrian.

"Hay," sapa Kiara sambil duduk di samping makam itu. Dia meletakkan sebuket mawar putih di atas makam Adrian. "Lama nggak ke sini."

Matanya terpejam untuk mendoakan Adrian. Cowok ini baik, hanya saja pergaulannya merusak semuanya. Kiara jadi memikirkan bagaimana kabar tante Renata sekarang. Beliau harus berjuang sendirian. Mantan suaminya di penjara dan Adrian sudah pergi selamanya.

Satu helai daun jatuh ke bahu Kiara. Senyumnya mengembang sambil menyentuh daun itu. "Makasih Adrian, buat semuanya." Termasuk untuk buket bunga yang bahkan masih dikirim setelah Adrian meninggal.

Buket bunga terakhir dengan surat di dalamnya. Pesan dari Adrian yang membuat hatinya menghangat. Cowok itu seolah tahu kalau dirinya merasa bersalah sekali waktu itu.

Jingga Kiara, nama yang cantik. Selama dua tahun kita ikut fotografi, gue cuma bisa ngamatin diem-diem. Lo unik, nggak suka banyak omong kalau nggak penting. Nggak suka gosip sampe selalu ketinggalan berita. Lo terlalu cuek sampai kadang nggak kenal sama temen satu organisasi.

Gue seneng dapet kesempatan buat ngajarin lo fotografi, bisa ajak lo ikut lomba, karna selama ini lo selalu lebih suka kerja di belakang layar. Ra, lo harus lebih percaya diri, karna sebenernya lo bisa.

Lo selalu nggak pernah sadar kalau lo punya banyak kelebihan.

Lo pinter, tapi nggak pernah sok pinter. Lo cantik, nggak kalah sama cewek-cewek di sekolah. Bedanya mereka banyak yang sok cantik, tapi lo nggak begitu. Gue rasa itu alesan kenapa si tengil itu suka sama lo, karna gue pun begitu.

Jangan denger kata orang, kalau mereka bilang lo nggak pantes, itu cuma omongan orang iri.

Gue mau bilang makasih sama lo, buat dukungan lo selama gue hancur. Buat usaha lo narik gue dari jurang gelap. Tapi gue emang nggak bisa berhenti. Dan ini pilihan gue sendiri. Bukan karena lo, bukan karna bokap gue atau nyokap gue.

Dari awal gue udah tau, sakali terjun, pilihannya cuma dua. Mati atau hidup tapi gue hancur. Dan gue tetep ambil risiko itu. Gue pilih jalan singkat buat bahagia. Sekali lagi itu murni pilihan gue, bukan salah siapa-siapa.

Jangan pernah mikir semua salah lo Ra. Gue nggak suka. Itu justru bikin gue sedih dan ngerasa bersalah.

Udah ya gue pegel nulisnya. Mudah-mudahan lo bahagia sama si tengil Dimas. Gue udah nitipin lo ke dia. Kalau dia macem-macem, biar gue yang hajar tuh bocah.

Kiara tersenyum kecut. Dimas. Dimana pun cowok itu sekarang, semoga selalu baik-baik saja. Dia tidak ingin mendengar kabar Dimas masuk rumah sakit lagi seperti waktu itu. Kalau saja dia tidak mendengar obrolan Danu dan Dirga, sampai sekarang dia tidak akan pernah tahu soal itu.

Mona yang tahu soal itu pun tutup mulut.

Mungkin saat ini semua tahu kemana Dimas pergi, tapi Kiara memilih untuk tidak bertanya apapun. Biar saja begini. Nanti, kalau memang harus bertemu lagi, dia yakin akan bertemu. Di tempat dan waktu yang tak terduga. Dan semoga, kalau waktu itu benar-benar tiba, dia bisa berdamai dengan apapun fakta yang ada.

☁️☁️☁️

Selesai???

Belum. Perjalanan Kiara masih panjang. Dia masih harus kuliah. Dan siapa yang ngejamin di masa-masa kuliah dia nggak nemu orang baru. Secara pergaulan pun makin luas 😂

Cerita High school hits list akan ada sequelnya

Coming soon yaaa...

Untuk RP karakter hshl, sekarang lagi dirundingin. Jadi ditunggu aja yaa kabarnya. Terima kasih sudah membaca high school hits list. Sampai bertemu di cerita-ceritaku selanjutnya ❤️ salam manis dari Kiara dan Dimas😊

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro