Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

"Meet Melt" - Despersa


MEET MELT

A Short Story by Despersa


Mata sipit milih Ilana menatap jengah seseorang di sana. Sambil tersenyum miring dengan maksud menunjukkan kesinisan yang sudah tidak bisa ditahan-tahan. Berulang kali Ilana mendengkus sebal di sela-sela aktivitas membaca buku yang sedang dirinya lakukan. Berulang kali juga dia menutup telinganya sebal secara terang-terangan. Berharap gerombolan makhluk di sana terbakar api secara tiba-tiba.

"Aldan, ada waktu nggak malam ini? Aku dengar festival di balai kota bakal dibuka nanti malam."

"Aldan, aku tahu loh kalau kamu suka banget sama buku. Gimana kalau kita ke toko buku bareng weekend ini? Soalnya bakal ada bazar buku besar-besaran."

Sederet kalimat berisikan ajakan memenuhi perpustakaan yang seharusnya kondusif tersebut. Tidak seperti para murid perempuan di depannya yang sibuk bicara. Aldanㅡ cowok yang sedari tadi diajak bicara itu terlihat sama sekali tidak peduli. Bahkan cowok itu tampak tidak mau repot-repot menyembunyikan sikap tidak acuhnya.

"Cih, sok banget gayanya," gerutu Ilana yang sedari tadi kesal melihat kepopuleran Aldan. Bukan karena dia iri. Itu salah besar! Hanya saja dia merasa terganggu dengan keributan konyol ini!

"Aldan, kita ganggu ya? Kamu nggak jawab dari tadi."

Nah, iya. Sadar dong! Kalian tuh dicuekin! Nggak usah peduliin tuh orang!

"Iya, maaf ya, Aldan. Tapi meskipun kamu nggak ngomong kayak gini dan diam aja. Kamu masih ganteng banget lho. Hehe."

Kening Ilana mengernyit. Lah? Kok mereka malah tambah suka? Bucin juga ada batasnya!

"Makin suka deh ama Aldan!"

"Kamu itu cool-cool gimana gitu."

Ilana lagi-lagi menggeram mendengar kicauan tak henti di ujung sana. Sungguh, dia benar-benar tidak habis pikir. Dan lagipula... bisa nggak cowok itu keluar aja dari perpustakaan ini?

"Gue nggak bisa."

Ilana mengangkat wajahnya dan menatap sosok Aldan di sana. Akhirnya dia bersuara!

"Sebaiknya kalian pergi sendirian aja."

Suara bernada datar dari Aldan itu entah kenapa makin membuat kondisi perpustakaan riuh. Pekikan suara para murid perempuan yang terpesona karena Aldan setidaknya mau berbicara pada mereka semakin menjadi-jadi. Walaupun cowok itu masih bertahan dengan ekspresi datarnya yang menurut Ilana sangat menyebalkan.

"Kyaaaaa! Ini kayak mimpi. Kamu mau nanggapin kami... Kyaaaaaa~"

"Ih Aldan... bikin makin cinta!"

"Gemesin banget sih!"

Ilana mengeratkan kepalan tangannya. Kesabarannya sudah habis. Dirinya tidak akan mengalah dan pergi dari perpustakaan layaknya murid lain yang sudah lebih dulu memilih pergi. Memangnya ini tempat khusus fanclub si Aldan itu apa? Walaupun dia harus keluar. Setidaknya gerombolan di sana harus mendapat 'hadiah' terlebih dahulu dari Ilana.

"Oh my God! Kok kamu bisa cakep banget sih Dan?"

"Kyaaaaa~ Aldan!"

BRAK

"Diam kalian semua!"

Seketika ruangan perpustakaan hening sejenak. Semua mata yang ada di sana serempak menatap Ilana yang baru saja berteriak sekaligus memukul keras meja.
Sontak para siswi yang sedari tadi berteriak kini malah bungkam seribu bahasa.

"Ini perpustakaan! Bukan ruangan yang bisa kalian teriak sekeras-kerasnya! Lo... Lo... Lo... dan Lo! Pokoknya kalian semua!" Ilana bergantian menunjuk satu persatu makhluk di depannya dengan telunjuk.

"Ganggu banget tau nggak? Dasar!" bentaknya sekali lagi.

Brak... Ilana menendang meja dengan keras dan pergi begitu saja. Meninggalkan para siswi yang masih syok. Aldan menatap pintu perpustakan yang menjadi tempat Ilana berlalu dengan ekspresi datar. Cukup lama Aldan terdiam, dan pada akhirnya dia pun kembali memutuskan untuk fokus pada buku bacaannya.

* * *

Benar-benar menyebalkan... dia kira dia cakep? Kalau cakep jadi artis sana!

Brak... Ilana menendang kotak sampah yang ia temui di pinggir lorong kelas. Hatinya masih terasa dongkol. Sungguh gila dunia ini. Remaja sekarang sungguh bermoral rendah! Bagaimana bisa mereka dengan tanpa malunya mengelu-elukan sosok Aldan yang bahkan tidak tahu caranya berbicara panjang dan tersenyum dengan benar!

"Seharusnya bukan gue yang keluar dari perpustakaan tapi para medusa itu beserta Rajanya!" Ilana kembali melanjutkan gerutuannya. Padahal dia sudah nyaman sekali duduk di ruangan itu dan membaca buku dengan sunyi senyap. Namun hal itu tidak berlangsung lama. Aldan sok cakep itu tiba-tiba muncul dan tak memerlukan waktu lama hingga para medusa datang berbondong-bondong.

Langkah kaki Ilana seketika terhenti. Dia merasa sudah melupakan sesuatu. Dan sedetik kemudian telapak tangannya sukses menepuk dahinya sendiri.

"Buku tugas gue ketinggalan!"

Ilana berbalik arah dan berlari secepat mungkin. Sekembalinya ia di perpustakaan, Ilana langsung berjalan menuju meja di mana dirinya tadi duduk. Ilana celingak-celinguk menatap meja itu. Tapi dirinya tidak mendapati bukunya ada di sana. Ilana berjongkok mengecek bawah kursi maupun meja berharap buku itu mungkin saja terjatuh. Tapi tetap saja tidak ada! Ilana frustasi. Dia sudah seperti setrika yang berjalan mondar-mandir di sana. Matanya menyipit menatap sosok Aldan yang masih duduk dengan nyaman bak paduka raja. Apa dia tanya saja ya?

"Ehem!"

Entah bagaimana ceritanya Ilana sudah berada di hadapan Aldan saat ini. Mendapati seseorang sedang berdehem di dekatnya, Aldan mengangkat wajahnya dan menatap datar Ilana.

"Itu... lo lihat buku di meja sana nggak?"

Ilana langsung bertanya dan tak ingin berbasa-basi. Bertanya pada Aldan sudah membuat harga dirinya jatuh. Jadi tidak perlu bertele-tele lagi.

"Nggak." Aldan menjawab singkat. Lalu kembali menatap bacaannya. Ilana makin dongkol saja.

"Beneran nggak lihat? Gue yakin tadi di sana ada buku tugas gue!"

"Lo kira gue peduli dengan buku tugas lo?"

Aldan menjawab tanpa harus melihat wajah Ilana yang makin merah padam menahan emosi.

"Ya sudah! Kenapa lo malah jadi nyebelin?"

Ilana mendengkus lalu berjalan pergi keluar dari ruangan itu. Hah! Seharusnya dia tidak perlu bertanya pada orang itu! Ilana menunduk frustasi sekali lagi. Tugas resensi yang ia kerjakan sebagai syarat mencalonkan diri pada lomba belum selesai dan hari ini harus segera dikumpulkan di meja Pak Syar. Ilana menghela napas pasrah. Mungkin untuk lomba kali ini Ilana harus menyerah.

* * *

Ilana berjalan dengan gerak-gerik waspada. Jam pulang sekolah sudah tiba tapi sampai saat ini Pak Syar belum memanggilnya ke kantor karena tidak mengumpulkan tugas padahal Ilana sudah berjanji. Apa mungkin Pak Syar belum mengecek hasil tugas para murid lain yang juga ikut seleksi? Setelah dirasa aman. Ilana keluar dari kelas dan berjalan dengan nyaman di lorong-lorong kelas. Setidaknya hari ini dia belum mendapatkan omelan!

"Ilana!"

Sial! Itu suara Pak Syar!

Ilana megap-megap tak tahu harus bagaimana. Sial sekali. Kenapa harus muncul sekarang?!

"Kamu sudah mau pulang?"

Pak Syar sudah berada di hadapannya dan memandangnya tanpa ada ekspresi ingin melayangkan omelan. Untuk beberapa alasan Ilana bingung melihat Pak Syar yang tersenyum ramah padanya. Apa ekspresi ramah sudah menjadi tren sarkas akhir-akhir ini?

"Iya saya baru mau pulang. Ehm Pak... begini... masalah tugas... saya...."

"Ahh tugas kamu itu? Bapak benar-benar puas melihatnya!"

"Maksud Bapak?"

Ilana melongo... Puas? Apa guru ini sedang menyindirnya? Ini sarkas kan? Pasti sarkas nih!

"Nilai kamu yang Bapak beri paling tinggi! Terus tingkatkan!" Pak Syar menepuk bahunya dan berlalu.

Ilana mengerjapkan mata. Nilai tertinggi? Bahkan selesai saja tidak! Dan bukunya entah ke mana? Siapa yang mengumpulkannya! Makin dipikirkan rasanya makin tidak masuk akal saja!

"Oh ya Ilana!" Pak Syar kembali memanggilnya. Ilana kembali mendongak.

"Kamu kayaknya cukup akrab dengan Aldan. Sepertinya nanti Bapak mau minta tolong kalian berdua untuk mewakili sekolah."

"Aldan?"

Dahi Ilana kembali mengernyit. Kenapa malah menyebut nama orang itu? Dan apa pula kata akrab yang tiba-tiba muncul itu?

"Iya, Aldan. Dia yang ngumpulin tugas kamu. Kok kamu malah minta dia untuk mengumpulkan tugas? Lain kali jangan merasa rendah diri akan pekerjaan kamu! Buktinya kamu berhasil mendapat nilai tinggi."

Setelah mengatakannya Pak Syar pun benar-benar pergi. Meninggalkan Ilana yang masih termangu. Jadi... Aldan yang mengumpulkan tugasnya? Tapi kenapa saat ia bertanya terakhir kali cowok itu bilang tidak tahu? Pada akhirnya Ilana mengerti situasi seperti apa yang menjeratnya saat ini. Masih setengah linglung karena ucapan Pak Syar barusan. Ilana kembali melanjutkan langkahnya menuju keluar gedung sekolah. Hingga pada akhirnya ia sudah berada di teras depan sekolah. Seseorang tiba-tiba berdiri tepat di sampingnya dan membuat Ilana spontan menoleh.

"Nggak perlu pasang ekspresi kayak gitu."

Ilana berdehem dan kembali meluruskan pandangannya. Suaranya sudah berada di ujung dan siap keluar, tapi rasanya sulit sekali. Ilana melirik sejenak ke arah Aldan.

"Ehm, perihal buku. Terima kasih."

Aldan menoleh. Ekspresinya masih tak berubah. Tapi setelah paham ucapan terima kasih yang dilontarkan Ilana, akhirnya dia membuka suaranya.

"Sama-sama."

Ilana kembali menatap Aldan dan pandangan mereka berdua bertemu. Saat itu mata Ilana membulat. Kaget. Mulutnya menganga tampak melihat hantu yang muncul. Dan tanpa dia sadari sosok Aldan sudah pergi menghilang di antara kerumunan murid lainnya.

Mata Ilana masih mengerjap tampak tak percaya dengan apa yang barusan dia lihat. Terkenal sebagai murid laki-laki paling cakep namun juga paling minim ekspresi seantero sekolah. Rasanya melihat secuil apa pun ekspresi dari Aldan sudah merupakan hal yang cukup langka. Tapi bagaimana dengan yang baru Ilana lihat barusan? Aldanㅡ cowok itu tersenyum, dan itu untuknya. Ilana menggaruk pipinya bingung. Ilana yang halu atau Aldan yang sudah gila?


TAMAT 


Despersa hanyalah seorang penikmat fiksi yang gemar mengkhayal. Mulai dari TV drama, anime, hingga manga dan webtoon pasti dia suka. Pecinta nasi goreng yang juga moody-an dan si pemalas yang gemar bekerja keras. Bisa diajak ngobrol melalui akun Wattpad despersa atau Instagram @despersaa. Karya yang sudah terbit dan bisa didapatkan di toko buku terdekat: The Boss On My Bed (2019), The Boss Next Door (2019), Me Vs Celebrity (2019), Cinderella And The Boss (2019), Kissing The Playboy (2020), Emergency Couple (2020), dan Dear G (2020). 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro