Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

"Behind The Top Five" - Azizahazeha


BEHIND THE TOP FIVE

A Short Story by Azizahazeha


       

Ilustrasi Oleh : Hasna MK

Star Internasional, sekolah menengah atas yang merupakan sekolah favorit di Indonesia. Berisi anak-anak pejabat, artis-artis muda, dan anak konglomerat. Tidak sembarang anak bisa bersekolah di sana, guru-guru yang mengajar pun memiliki kualifikasi terbaik.

Safira Prasista merupakan salah satu dari ratusan siswa yang bersekolah di Star Internasional. Di kelas sebelas, Safira merasakan kejanggalan terhadap ranking sekolah. Lima besar peringkat siswa ditempati oleh geng Cinnamons. Hal yang menurut Safir mengganjal adalah, kelima anggota geng Cinnamons tidak memenuhi syarat untuk hal itu.

Nama Safira terpatri di peringkat ke enam, dia selalu berada di urutan tersebut. Matanya melirik ke arah Kimmy, Juan, Lolavita, Andreas dan Febby yang tertawa dengan senang di ujung lorong. Mereka seperti menertawakan Safira dan siswa lainnya yang tidak berhasil mencapai posisi lima besar.

Posisi lima besar di Star Internasional merupakan hal yang diinginkan semua siswa. Kelimanya akan diberikan free pass menuju kampus mana pun yang mereka inginkan. Bahkan, kelimanya akan mendapatkan rekomendasi dari Star Internasional untuk berkuliah di universitas luar negeri.

"Ayo Fir." Maiska menarik tangan Safira. Keduanya menjauhi layar pengumuman, menuju kelas yang tidak begitu ramai.

"Mai ..." Safira menatap Maiska dengan pandangan sendu. "Menurut lo, kenapa gue selalu kelihatan bodoh dibandingkan mereka? Dilihat dari mana pun, mereka hanya tahunya dandan dan lenggak-lenggok doang!" ujar Safira kemudian.

Maiska menggerakkan bahunya sekilas, pertanda dia tidak tahu dan juga tidak mau pusing dengan ucapan Safira. Bagi Maiska, dia bisa lulus dari Star Internasional saja sudah pencapaian yang luar biasa. Urusan berikutnya, uang yang akan berbicara.

"Udah deh! Gue mau ke aula aja!" seru Safira yang kesal dengan respon dari Maiska.

Safira berjalan dengan cepat keluar kelas, kakinya yang sedikit jenjang berjalan menuju aula yang tidak begitu ramai. Safira sering berada di aula untuk memainkan bola basket, dia melampiaskan kekesalan dan setresnya dengan memantul-mantulkan bola, melempar dan terkadang berteriak kesal.

"Selalu melampiaskannya di sini."

Safira menoleh ke asal suara, dia melihat Alvian berdiri di tepi lapangan sebelah kanannya. Alvian merupakan teman dekat Safira, bisa dibilang keduanya memiliki hubungan tanpa status. Safira jelas menyukai Alvian, begitu pula sebaliknya. Tetapi, entah apa yang membuat Alvian enggan meresmikan hubungan mereka.

"Ini nggak adil!" keluh Safira. Dia melempar bola basket ke arah Alvian. Kini Safira duduk di bawah ring basket dengan kepala tertunduk.

Awal semester lalu, Safira mengetahui sesuatu hal yang membuatnya merasa ingin mengamuk. Dia tahu bahwa geng Cinnamons memiliki bocoran soal ujian. Entah siapa oknum yang memberikan bocoran soal tersebut ke geng Cinnamons.

"Ingin menyelidikinya bersama?" Alvian berdiri di dekat Safira, tangannya terjulur ke depan gadis itu. Jika Safira ada di peringkat enam, maka Alvian ada di peringkat delapan. Dia tidak terlalu berambisi seperti Safira, tetapi dia tidak akan tinggal diam melihat ketidakadilan di depannya.

Safir mendongak menatap Alvian, dia menganggukkan kepalanya dan menerima uluran tangan Alvian. Senyum Safira dan Alvian tertarik bersamaan, kini Safira ditarik Alvian untuk berdiri.

"Jimmy diundang ke party geng Cinnamons. Gue akan usahakan untuk kita juga bisa hadir," info Alvian yang membuat kedua mata Safira melebar senang.

"Thank you, Al!" Safira berseru dan memeluk Alvian sekilas.

* * *

Safira mengenakan dress cantik berwarna ungu gelap, di sebelah Safira berdiri Alvian dengan kemeja hitam. Keduanya berhasil masuk ke dalam party geng Cinnamons dengan bantuan Jimmy. Meski begitu, Alvian dan Safira harus memberikan biaya masuk non keanggotaan. Sesuatu yang menurut Safira sangat tidak masuk akal.

Mata Alvian tajam menatap sekeliling, dahinya mengernyit saat melihat Jimmy sedang berbincang dengan Andreas dan Juan. Kemudian mata Alvian menyipit saat dia melihat Jimmy menerima sebuah kartu dari Juan.

Alvian lekas menarik Safira saat Jimmy berjalan masuk ke dalam rumah besar Lolavita. Party kali ini memang dilaksanakan di halaman belakang rumah Lolavita, orang tua Lolavita merupakan pengusaha terkenal di Indonesia, menurut kabar yang beredar keluarga ini merupakan bagian dari mafia-mafia kelas kakap dunia.

"Mau ngapain kalian?" Kimmy menghalangi jalan Safira dan Alvian.

"Gue ada urusan sama Jimmy," sahut Safira sembari memperhatikan Jimmy, Juan dan Andreas yang menghilang di ujung lorong rumah besar itu.

Alvian menahan tangan Safira yang siap melewati Kimmy, dia tahu Safira ingin menyusul Jimmy. "Kita tunggu Jimmy di halaman saja," tutur Alvian yang siap berbalik badan kembali ke taman belakang –tempat party berlangsung.

"Gue tahu kalian berdua ingin bergabung Bersama Cinnamons, bukan? Penasaran dengan peringkat lima besar yang kami dapatkan?" Lolavita berdiri di belakang Safira. Dia menatap Safira dan Alvian yang berbalik dengan wajah pongah.

Tangan Safira yang tidak dalam genggaman Alvian mengepal dengan kuat. Dia siap memberikan pelajaran kepada Lolavita, jika tidak ada Alvian yang mengingatkannya dengan mengusap pelan punggung tangannya.

"Gue akan bongkar kecurangan kalian!" seru Safira jengkel.

Lolavita mengibaskan rambutnya dengan pongah. "Coba saja jika kalian bisa," ucap Lolavita yang langsung meninggalkan Alvian dan Safira.

"Kalian tidak akan pernah berhasil, kenapa? Karena kami tidak tahu siapa The Black," kata Kimmy yang dengan sengaja menyenggol bahu Safira, membuat Safira terdorong ke depan dan mengaduh secara bersamaan.

Alvian dan Safira tidak menyusul mereka, keduanya tidak bisa melakukan apa-apa karena tidak ada bukti yang kuat. Tetapi, yang jelas mereka tahu bahwa sosok di balik kebocoran soal tersebut adalah The Black.

* * *

Jimmy juga ternyata tidak banyak membantu, anak itu hanya memakan sendiri informasi yang diketahuinya. Bahkan Jimmy terkesan berhati-hati jika berbicara dengan Alvian. Tidak ingin mengatakan hal-hal yang salah begitu saja sepertinya.

"Cuma ini yang bisa gue bantu." Jimmy menyerahkan sebuah alamat e-mail misterius kepada Safira tanpa sepengetahuan Alvian.

"Oke, thank you," ujar Safira seraya mengambil selembar kertas yang diangsurkan oleh Jimmy.

Pertemuan Safira dan Jimmy sore itu menjadi awal mula kekacauan terjadi. Safira mengirimkan sebuah e-mail yang memprovokasi The Black.

To : [email protected]

Subject : Safira Prasista

Gue nggak tahu apa motivasi lo membocorkan soal ke anak-anak Cinnamons. Tapi, sepertinya yang lo butuhkan itu hanya uang. Gue baru tahu ada orang kekurangan seperti lo di Star Internasional. Gue Safira Prasista, gara-gara lo gue kehilangan posisi lima besar yang seharusnya jadi milik gue. Bukan hanya gue, tapi ada banyak siswa lain yang seharusnya berada di Top Five.

The Black, gue nantangin lo buat ketemuan di aula besok sore!

Safira Prasista

Teman semeja Safira, Maiska melirik ke arah layar laptop mahal perempuan itu. Dia penasaran, apa yang sedang diketik oleh Safira dengan begitu seriusnya. Pekikan tertahan keluar dari bibir Maiska, dia membaca dengan jelas e-mail yang sedang diketik oleh Safira.

"Lo gila?!"

Safira menatap Maiska heran, alisnya menyatu heran menatap wajah horor Maiska. Mata Maiska mulai melirik sekitar, memastikan pembicaraan mereka tidak akan terdengar oleh orang lain. Untunglah kelas sedang kosong, siswa yang lain sibuk makan siang di kantin.

"The Black, dia itu legend banget!" Maiska berbisik pelan. Dia mempelajari raut wajah Safira. "Konon The Black siswa seangkatan kita, dia tidak tertandingi. Pintar bukan main, dia yang menjual belikan soal-soal dan jawaban ujian selama ini," cerita Maiska.

Hati Safira merasa tergelitik. "Apa gue doang yang nggak tahu soal si The Black ini?" tanya Maiska dengan perasaan yang aneh.

"Yang jelas, kalau lo cari masalah dengan The Black maka lo cari masalah dengan seluruh siswa Star Internasional," peringat Maiska.

Safira hanya mendengus pelan, dia tidak mendengarkan peringatan Maiska. Toh, e-mail-nya sudah terkirim ke The Black. Sekarang hanya menunggu sore hari besok saja.

Alvian melihat Safira masuk ke aula, dia menyusul Safira dan menepuk pelan pundak perempuan itu. Membuat Safira memekik karena kaget. Saat melihat sosok Alvian, Safira bisa bernapas dengan lega.

"Ngapain?" tanya Alvian yang duduk di pagar pembatas kursi penonton. Sementara Safira bersandar sembari sesekali mengecek kontak masuk e-mail-nya.

"Gue janjian dengan The Black di sini," gumam Safira pelan.

"Hah?" Alvian langsung turun dari tiang pinggiran yang didudukinya. Dia berdiri di depan Safira dengan wajah kaget dan mata melebar.

Safira melambaikan tangannya di depan mata Alvian. "Santai aja kali, gue yakin dia bakalan datang," kata Safira.

Alvian menghela napasnya pelan dan berkata, "Lo tuh emang nggak pernah mengenal takut ya?"

"Gue cuma nggak terima dengan kecurangan ini Al! Sebentar lagi kita bakalan ujian percobaan, gue nggak rela usaha gue selama ini kalah hanya karena anak-anak tidak bermutu seperti geng Cinnamons."

"Iya! Gue tahu ... tapi apa perlu sampai seperti ini? Lo bisa membahayakan nyawa lo sendiri."

Bukan Safira namanya jika dia menuruti apa perkataan Alvian. Sampai dia berhasil dengan keinginannya, Safira tidak akan berhenti begitu saja. Dia tidak akan melepaskan musuhnya begitu saja.

Tak

Tak

Tak

"Siapa?" Safira berteriak dan langsung menyusul ke sumber suara yang ada di ruang ganti. Kebetulan pintu ruang ganti terbuka lebar, Safira dan Alvian langsung menyusul masuk ke dalam ruang ganti.

Di hadapan Safira dan Alvian berdiri Jimmy dengan wajah ketakutan. Tangan Jimmy bergetar menatap Safira dan Alvian bergantian. Mata Safira menyipit menatap Jimmy.

"Lo The Black? Jadi kemarin lo hanya memancing gue?" Safira maju mendekat pada Jimmy, dia menarik kerah baju Jimmy.

Alvian lekas mendekat dan memisahkan keduanya. Safira bukanlah siswa biasa, dia menguasai beberapa macam beladiri. Itu karena Safira merupakan anak tunggal pengusaha ternama di Asia.

Jimmy menggelengkan kepalanya kuat, dia langsung berlalu dari hadapan Safira dan Alvian seraya berteriak, "Gue bukan The Black!"

Mata Safira menatap tajam kepergian Jimmy. Rasa kesal menjalar di dalam hati Safira, dia tidak bisa melepaskan mangsa seperti itu. Jika tidak ada Alvian, Safira pasti akan memaksa Jimmy untuk membuka suaranya.

"Kenapa lo bertekad sekali buat menemukan The Black?" tanya Alvian pada Safira, keduanya berjalan berdampingan menuju kelas.

"Karena gue harus masuk posisi lima besar kali ini, gue nggak mau dikirim ke luar negeri dan berakhir menjadi boneka Papi," gumam Safira pelan.

Alvian mengusap pelan rambut Safira. "Lo emang mirip boneka sih, tapi boneka apa dengan rambut berpotongan pendek begini?" ejek Alvian.

"Ya! Alvian sialan!" pekik Safira mengejar Alvian yang lebih dahulu masuk ke dalam kelas.

* * *

Ujian percobaan telah berlalu dengan lancar seperti biasa. Safira menatap sinis layar pengumuman, masih bertahan di lima besar geng Cinnamons. Bahkan Safira bisa melihat senyum mengejek kelima anak itu kepadanya –yang lagi-lagi berada di urutan ke enam.

"Hei! Itu hanya ujian percobaan." Alvian mengikuti Safira yang pergi dengan wajah kesal. Alvian berjalan dengan gaya mundur, dia menatap Safira yang terus meliriknya sinis. "Ayolah Fir! Lo pasti bisa di ujian nanti," tutur Alvian kemudian.

Merasa kesal dengan kelakuan The Black, Safira kembali mengirimkan sebuah e-mail ke The Black. Dia mengungkapkan kekesalannya di badan  e-mail tersebut. Bahkan Safira mengancam The Black.

To : [email protected]

Subject : Safira Prasista

Lo manusia paling gila dan menyebalkan. Lo benar-benar tidak punya hati, hanya memikirkan diri lo sendiri! Berani hanya bersembunyi di balik nama The Black? Apa yang lo lakukan itu tindakan criminal. Gue bisa melaporkan lo ke pihak berwajib!

Gue nggak akan berbaik hati lagi jika lo masih terus menyebarkan jawaban dan soal ujian nanti. Sampai ke lobang semut pun akan gue kejar lo!

Safira Prasista

Dada Safira bergerak naik turun, dia merasa kesulitan bernapas karena terlalu bersemangat mengirimi e-mail kepada The Black. Dia benar-benar tidak main-main dengan acaman tersebut. Safira pasti akan membuat kehebohan jika The Black masih terus beroperasi.

"Fir ... kalau gue juga menjadi salah satu siswa yang terlibat dengan The Black bagaimana?" tanya Alvian pelan.

Sorot mata Alvian lurus menatap Safira yang kaget. Safira jelas tidak percaya dengan pendengarannya sendiri, tetapi melihat sorot mata serius Alvian dia menjadi tahu, bahwa orang yang disukainya pun terlibat pada semua manipulasi nilai tersebut.

"Al ... lo tahu apa yang paling mengerikan sekarang? Kita menjadi pihak yang berlawanan. Gue nggak maksa lo buat mengikuti gue, tapi gue mau lo sadar bahwa semua yang lo lakukan itu salah," nasihat Safira.

Alvian menatap Safira dalam diam. Dia bingung harus bagaimana saat ini. Memilih Safira atau The Black. Sebuah pilihan yang jelas sulit untuk Alvian.

"Kenapa lo nggak jujur dari awal dengan gue, Al?" tanya Safira melirik Alvian.

"Gue nggak punya keberanian," gumam Alvian.

Safira menganggukkan kepalanya dan berkata, "Mungkin kita memang tidak cocok. Gue kira lo mau bantuin gue karena tulus. Seharusnya sejak awal lo nggak perlu mengulurkan pertolongan untuk membantu gue menyelidiki ini."

Alvian menahan tangan Safira, dia tidak bisa kehilangan Safira seperti ini. "Fir! Gue serius ingin membantu lo, gue nggak tega melihat lo yang begitu frustasi," tutur Alvian.

Safira mendengus pelan, dia melepaskan cekalan tangan Alvian di tangannya. "Gue nggak perlu buat lo kasihani," ujar Safira meninggalkan Alvian sendirian.

* * *

Ujian semester akhir telah berakhir, semua berjalan dengan lancar. Tidak ada siswa yang tertangkap menyontek atau berbuat curang. Meski begitu, Safira merasa tidak tenang. Dia terlalu deg-degan dengan hasil yang sebenarnya sudah dapat ditebak oleh dirinya.

Walaupun Safira tidak berharap banyak, dia tetap berdiri di depan layar pengumuman. Menunggu hasil ujian keluar, peringkat siswa di sekolah yang belakangan ini selalu dihiasi oleh nama geng Cinnamons.

Mata Safira terbelalak kaget, rahangnya terbuka lebar. Dia tidak percaya dengan penglihatannya saat ini. Maiska yang berdiri di sebelahnya melompat kegirangan dan berteriak, "Safira! Lo peringkat satu!"

Ya, apa yang dikatakan Maiska itu benar, nama Safira Prasista memimpin urutan siswa terpintar. Di baris ketiga ada nama yang tidak asing bagi Safira –Alvian Dewa Angkasa.

"Aaaaa! Gue berhasil!" pekik Safira seraya memeluk Masika.

Semua kegirangan Safira itu tertangkap dengan penglihatan Alvian. Dia tersenyum tipis dan berjalan meninggalkan koridor. Di tangan Alvian ada ponsel miliknya, sebuah aplikasi e-mail terbuka di sana. Ada sebuah e-mail yang diterimanya dua minggu lalu.

From : [email protected]

Subject : Sebuah permohonan

Dear The Black,

Gue tahu lo pasti benci dan nggak suka dengan gue. Ini akan menjadi email gue yang terakhir, karena setelah ini gue akan menyerah untuk mengganggu lo. Gue nggak bisa mencari tahu tentang lo, yang ada lo hanya menimbulkan banyak masalah untuk gue.

Karena lo, gue kehilangan seorang yang gue sukai. Seorang yang mengaku terlibat dengan lo. Please, stop it!

Cukup sampai di sini. Gue nggak mau melihat orang yang gue sukai harus terlibat hal criminal begini. Tapi, gue tahu siapa lo. Dan....

Gue tahu lo orang yang baik. Gue nggak tahu alasan lo melakukan ini semua, tapi gue tahu dari mana ketakutan Jimmy berasal. Dari tatapan mata Jimmy, gue tahu dia telah mengenali siapa The Black.

Yang ingin gue ucapkan adalah Gue sayang Alvian Dewa Angkasa

Best Regards,

Safira Prasista


TAMAT


Azizahazeha pertama kali menulis di wattpad pada tahun 2013. Dia merasa nyaman dengan Wattpad, baik itu sebagai media baca mau pun menulis. Sejauh ini, Azizah sudah menerbitkan delapan buah novel dan lebih dari 20 judul cerita di work Wattpad miliknya. Azizah cinta mati dengan Captain America. Dia penyuka novel bergenre romantis dengan konflik ringan, seringan kapas. Saat ini penulis fokus menulis cerita dengan genre komedi romantis. Meski begitu, jauh sebelum ini penulis berfokus ke genre Misteri dan Thriller. Penulis dapat dikunjungi pada media sosial di bawah ini:



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro