
🍃#2 Winds Always Calm 🍃
Key :
(F/m) : Favorite music
3rd person POV
Semerbak aroma memenuhi paru-paru. Sudah 1 minggu semenjak gadis itu melihat pemandangan pohon sakura. Kini, gadis itu berniat untuk kembali mengunjungi tempat naungan. Meski tujuannya adalah menyempurnakan lukisan; dia tidak bisa berbohong jika ingin melihat pohon tersebut. Sesuatu telah menarik perhatian gadis itu. Hingga saat ini, dia tidak tahu apa itu.
Dihari yang damai ini—
Tak!!
"Bunyi itu.... BERISIK OEII, BISA DIEM KGK?!" teriakan penuh emosi terdengar memenuhi seisi sekolah. Murid serta petugas yang mendengar dibuat terkejut. Perasaan takut menyerang hati. Membalutnya dengan sedikit bumbu kekhawatiran akan hewan buas yang kabur. Secara, beberapa hari yang lalu, dikabarkan seekor macam betina lepas dari kebun binatang. Kalau ketemu, jangan lupa hubungi nomor ini ya 0xxxxx.g berhadiah loh:) mau tau apa hadiahnya? Tiket isekai—
Akhem!
Dihari yang damai ini, seperti yang tertulis sebelumnya; gadis itu kembali bersilaturahmi dengan pohon berbunga merah muda yang terletak dibelakang sekolah. Kanvas besar sudah tertata rapi dengan penyangga. Disini, (Y/n) duduk berhadapan dengan kanvas. Berbagai warna tersusun pada lempeng tipis berbahan kayu.
Angin menyapa lembut. Aroma bunga Mawar dari kebun bunga milik ekstrakurikuler sebelah tercium lembut hingga kesini. Jemari lentik gadis itu dengan lihai memainkan kuas. Mengaplikasikan berbagai warna untuk mengisi kekosongan kanvas. Dengan sedikit bantuan dari imajinasi, (y/n) menambahkan beberapa utopia didalamnya.
Manik yang mengarungi lautan perhiasan Rembulan itu menatap pohon berbunga merah muda, sebuah kata terbesit. Diucapkan penuh kekaguman; dikendalikan oleh pikiran dan kehangatan. "Bunga sakura gunung bermekaran liar di Puncak yang jauh. Kabut dari pegunungan didekatnya tetap bersih sehingga kita dapat melihat bunga sakura di kejauhan."
Tak!!!
TaK!!!
TAK!!!!
(Y/n) menatap langit. Perpaduan antara biru muda serta gumpalan kapas yang bergerak begitu menarik perhatian. Hela nafas terdengar. Mungkin ketika pulang sekolah nanti, gadis itu akan mampir sebentar ke rumah sakit. Sepertinya pendengaran gadis itu sedikit bermasalah. Benar. Tidak ada salahnya memeriksa seben—
TAKKKKKK!!!
"Ya ampun... GK SANTUY BGT SIH BUNYINYA!"
Sebuah perempatan tercetak jelas dikening mulus gadis itu. Tolong beritahu jika pendengaran gadis itu tidak bermasalah. KARENA INI SANGAT MENGGANGGU. Ada apa dengan sekolah ini?! Semenjak dia berada disini, hal aneh terus mengganggunya! Well, sejak dulu memang sudah diganggu— tetapi tetap saja! Ini sudah melewati batas! Dia juga ingin memiliki ketenangan seperti manusia pada umumnya.
Gadis manis itu memijit pelipisnya. Berharap pening yang menyerang akan berkurang. Dia garam. Maaf, maksudnya geram. Tapi tidak bisa berbuat banyak. Sungguh unfaedah sekali mendengarkan suara tidak jelas tersebut. Hela nafas kembali terdengar. (Y/n) memutuskan untuk mengakhiri sesi melukis. Gadis itu meletakkan kuas; alat-alat yang ia bawa dirapikan. AirPods tersumpal dikedua telinga gadis itu.
Agar tidak memperbanyak dosa dengan menghujat suara tadi. Begitu katanya.
Setelah itu, gadis manis itu mengambil kotak makan siang. Cara terbaik untuk meredakan emosi adalah dengan makan. Jujur saja, kalian juga seperti ini kan? Hayoloh ngaku! Tetapi sisi baiknya adalah jam istirahat disekolah ini jauh lebih lama. Tidak ada yang tahu kenapa jam istirahat disini lebih lama. Hei, bukankah ini malah menguntungkan? Bisa tidur siang loh. Well, semua orang disini hanya menikmati apa yang tersedia. Berterimakasih lah kepada kepala sekolah, Harumi. Karena dia, sekolah ini ada. Aamiin:')
Lagu yang terputar berganti. Kini musik yang dimainkan adalah (f/m). Suara lembut kerap terdengar. Menyanyikan beberapa lirik; menikmati alunan nada. Kedamaian mengambil kendali. Keadaan ini begitu didambakan. Mungkin setelah makan nanti, (y/n) akan tidur sebentar. Tidak baik untuk dicontoh yaa! Sehabis makan lebih baik langsung bergerak. Bukan rebahan. Biar energinya tidak menjadi lemak:)
***
Time skip!
(Y/n)'s POV
Demi sempak berbi milik mbah Marjan yang sempat nyasar kerumahku, ini sungguh keterlaluan! Kemarin lusa, aku sudah memeriksa pendengaranku di rumah sakit. Hasilnya normal. Tidak ada yang salah. Ini artinya memang sekolah ini yang aneh! Apa mungkin ini disebabkan oleh makhluk-makhluk itu? Aku tidak sembarang menuduh! Beberapa hari yang lalu, aku melakukan pengamatan. Kala bunyi itu terdengar, para homan disini nampak tak terganggu. Mereka tetap melakukan pekerjaan mereka dengan normal. Tanpa merasa ada hambatan pun gangguan.
Ini sungguh keterlaluan. Aku bahkan sampai membawa koyo untuk meredakan pening. Hal yang paling menyebalkan adalah malam tadi. Bunyi itu menghantuiku hingga kedalam mimpi! Apa seseorang mengirimkan kutukan padaku? Kena santet Nobara? Ah, tidak mungkin! Dia teman baikku!
Tak!
TaK!!
TAK!!!
"(Y/n)-chan, kau baik-baik saja?" tepukan dipundak membuatku tersadar dari alam mimpi. Aku berusaha tidur; menggunakan kesempatan jam pelajaran kosong. Tapi usahaku tidak membuahkan hasil. Bunyi itu semakin terdengar nyaring. Menyebalkan sekali! Aku menatap temanku, bisa kulihat bola mata coklat itu membesar sesaat. Sebelum gelak tawa membahana memenuhi seisi kelas. Menarik perhatian beberapa teman sekelas lainnya.
"Gila, apa-apaan matamu? Ingin mencoba menjadi Panda-senpai?" ejek gadis berambut pendek berstatus teman baikku itu. Aku mendengus kesal. Aku menderita disini sedangkan dia menertawakan. Bukankah dia teman yang sangat baik?
"Ya, Panda-senpai sangat imut hingga aku ingin mencoba menjadi sepertinya," sarkasku kasar. Tch. Suasana hatiku semakin memburuk kian waktu. Aku mengacak rambutku frustasi. Bunyi itu bagaikan datang tak diundang, pulang tak diantar. Mengakibatkan bunyi tersebut tidak akan hilang hingga mendapatkan apa yang ia inginkan.
"ARGHH!!"
Aku berteriak. Nobara berhenti tertawa karena tersentak kaget mendengar teriakanku. Aku sudah tidak peduli lagi, ketika jam istirahat nanti; aku akan pergi ke pintu itu. Ingat pintu tua keropos yang pernah kulewati ketika menuju kelas pada hari pertama? Benar, yang itu! Aku memang sudah merasakan aura gelap ketika melihat pintu tua itu. Tidak bisa dipercaya. Baiklah, mari kita lihat bagaimana dalang dibalik bencana ini meloloskan diri dari genggamanku.
Sebentar lagi jam istirahat.
Tunggu sebentar saja.
Sebentar lagi.
"3."
"2."
.
.
.
.
.
"1."
Ning nang ning nung #ini suara bel :v
Bel istirahat berkumandang; memenuhi seisi sekolah. Mengakibatkan keributan bagi para homan disini untuk segera pergi ke kantin. Bagai para titan yang berhasil menerobos masuk dinding Maria dan berlarian menuju tempat makanan berada. Aku menggebrak meja dengan kencang. Untuk yang kesekian kalinya, Nobara tersentak kaget. Ah, kasihan sekali gadis itu. Memang apa peduliku?
Aku segera keluar dari ruang kelas. Tanpa mempedulikan panggilan gadis berambut pendek yang sempat mengejekku beberapa saat lalu. Disetiap langkah yang kuambil terdengar lantunan amarah. "Ketemu langsung mati ditangan gw," bisikku dengan rahang mengeras. Kesabaran ku sudah diuji. Kini hanya tersisa debu kecil disana.
Berani sekali, eh? Ayok, sini! Main kok dari belakang. Cuih, pengecut.
Tak!
TaK!!
TAK!!!
Woah. Bunyi itu semakin terdengar nyaring dan jelas. Dugaanku sepertinya benar. Bunyi tersebut berasal dari pintu tua yang kujumpai pada waktu itu. Sembari menuju tempat pintu tua itu berada, aku sedikit memijit pelipis. Bunyi itu semakin mengeras. Seakan mengikuti suasana hatiku yang dipenuhi api (neraka.g) amarah yang mampu melahap siapapun.
Tidak. Kurasa bunyi itu memang mengikuti suasana hatiku. Contohnya kemarin, ketika aku sedang dalam suasana bahagia; bunyi itu memang terdengar. Tetapi hanya beberapa kali hingga menghilang dengan sendirinya. Namun ketika aku kesal seperti sekarang, ini adalah bagian menjengkelkan. Bunyi itu akan terdengar tiga hingga berturut-turut!
Aku berpikir mungkin aku bisa mengendalikan hatiku namun aku salah. Aku tidak bisa berbohong. Ini sungguh menjengkelkan!
TaK!
TaAk!!
TaKK!!
"Tck, pintu itu sepertinya tidak sabaran untuk bertemu denganku huh?"
Aku menggertakkan gigi. Menghasilkan suara patah akibat gesekan keras. Tenang, gigiku kuad kok. Sesekali aku menghentakkan kaki untuk menyalurkan kekesalan yang sudah tertanam rapat. Aku menarik nafas panjang. Tidak kuhembuskan karena mubazir.g bercanda, nanti aku mati duluan; book ini tidak jadi revisi n tamat disini:)
Aku depresot melihat ini.g
TaKK—!!
Shhhhh
Aku membuka pintu tua itu dengan keras. Aku yakin engselnya patah ketika aku membuka(re:banting) pintu tersebut. Padahal pintu ini terkunci...
Akhem!
Ketika aku membuka pintu itu, lantas aku berkata, ASSALAMUALAIKUM, RIBUT YOK!"
TBC
Haloo. Kembali lagi bersama Harumi disiniiii:) jadi, Harumi pngn nanya, kalian enaknya baca pakai sudut pandang orang ke-3 atau sudut pandang kalian((y/n))? Dijawab ya:")
Revisi : 27 Mei 2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro