Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

First Meet [Aomine x Reader]

[Aomine Daiki x Reader]

DISCLAIMER TADATOSHI FUJIMAKI

Karakter lelaki hanya milik Tadatoshi Fujimaki. Dan alur cerita, sepenuhnya milik saya.

Warning! Typo, OOC, gaje, dan hal absurd lainnya banyak bertebaran di cerita ini!

.

.

.

Langkah tegap itu melangkah santai sepanjang jalan. Surai navy miliknya pun tak luput dari permainan angin malam. Mengibaskan helaian itu ke sana ke mari, juga secara tak langsung menambah pesona si lelaki yang memakai seragam gelap itu.

Sesekali ia menguap di tengah keramaian kota malam itu. Ingin rasanya ia segera kembali ke rumah dan bertemu dengan kasurnya setelah semua kegiatan yang melelahkan hari ini. Belum lagi ketika ia ingat sang manajer sekaligus teman masa kecilnya memberikan porsi latihan yang cukup berat tadi siang.

Namun, seketika mata yang semula sedikit tertutup itu melebar heran kala mendapati beberapa bayangan aneh di lorong sempit di sisi jalan. Pertajam tatapan, akhirnya ia mengetahui kalau itu adalah sepasang manusia yang tengah terlibat cekcok.

Kukira tadi apa... Pikirnya lalu. Ia akan tidak mengacuhkan hal itu sampai ia melihat tangan dari sosok lelaki di sana terangkat, lalu menampar telak si perempuan hingga tersungkur tak berdaya. Tentunya itu membuat adrenalinnya meningkat tajam.

Ia pun segera berlari menuju lorong itu, lalu menendang punggung lelaki itu tepat ketika ia akan menghunjamkan tendangan ke arah perempuan itu. Hingga lelaki itu tersungkur beberapa meter dari mereka.

"Siapa kau, Berengsek?! Seenaknya saja mencampuri urusan orang lain!"

Aomine Daiki, si pemilik surai navy, itu hanya terdiam mendengar bentakan lelaki yang berusaha bangkit itu. Diliriknya perempuan yang mengaduh kesakitan di belakangnya, lalu kembali mengarahkan tatapan tajam kepada pasangan perempuan itu.

"Ini memang bukan urusanku, Temee! Tapi aku tidak bisa mendiamkanmu yang memperlakukan perempuan seperti itu!"

"Aku adalah pacarnya dan dia melakukan kesalahan! Jadi aku berhak menghukumnya!" balas lelaki itu sengit. Ia segera menerjang Aomine yang berdiri santai. Namun, sepertinya keputusannya melawan kali ini adalah salah.

Dengan sigap, Aomine menangkap kedua pergelangan tangannya. Memutarnya ke belakang bersamaan dengan kakinya yang menendang tungkai lelaki itu. Suara ngilu pun terdengar sedikit di antara ringisan pemuda tersebut.

"Kau hanyalah pacarnya. Bukan orang tua ataupun suaminya. Jadi, kau belum berhak untuk memberikannya hukuman, Baka!" bentak Aomine seraya membanting lelaki itu hingga terkapar tak sadarkan diri.

Setelah itu, ia pun melangkah ke arah perempuan yang tadi. Aomine hanya menatap datar pada wajah perempuan yang sedikit lebam itu. Sepertinya lelaki itu menggunakan tenaga lebih dalam tindakannya.

Ia coba untuk menepuk-nepuk pipi sebelahnya. Namun, hanya gerakan mata singkat yang kembali menutup merespons dirinya. Melihat itu, Aomine pun segera mengembuskan napas. Sebelum mengangkat perempuan itu dalam bridal-nya.

*****

Pening menggerayangi kepalaku kala mata ini membuka. Sebuah langit-langit berwarna putih bersihlah yang pertama kali kulihat. Jelas sekali ini bukan kamar ataupun bagian rumahku yang lain. Inginku mengetahui itu semua ketika tak sengaja aku menggerakkan badan. Sakit.

"Hee ... kau sudah sadar rupanya."

Kutolehkan kepala. Mendapati lelaki berbadan tinggi tegap berjalan ke arahku. Refleks aku pun membuat gestur menghindar dengan tatapan.

"Tenanglah. Aku tidak akan menyakitimu. Kau tadi pingsan setelah pacar atau siapamu lah itu yang menamparmu. Sekarang kau ada di rumahku." Ujarannya membuatku segera mengingat apa yang terjadi sebelum aku tak sadarkan diri.

Aku tak menyangka bahwa lelaki yang sudah kusayangi itu tega memperlakukanku seperti ini. Padahal masalah yang terjadi di antara kami hanyalah masalah yang sepele. Namun, ia malah membesarkannya dengan ujung aku sebagai korban.

"Kau mengingat hal itu? Sudahlah. Lupakan saja. Aku sudah membereskan lelaki itu." Suara lelaki bersurai navy itu kembali membuyarkan lamunanku. Membuatku hanya mengangguk singkat.

"Ngomong-ngomong, terima kasih karena sudah menolongku ... etto..."

"Namaku Aomine Daiki."

"Ah ya. Terima kasih atas pertolongannya, Aomine-kun," ujarku seraya tersenyum kecil. Kulihat ia menolehkan kepala ke arah lain, lalu segera bangkit.

"Kau sendiri? Siapa namamu?"

"Namaku (Surname) (Yourname)." Jujur. Aku merasa sedikit kurang sopan karena tidak memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada tuan rumah.

"Apa kau sudah baikan?"

"Sudah. Kurasa aku bisa pulang sekarang. Kuyakin orang tuaku sudah khawatir," kataku seraya mengambil jaketku yang kebetulan ditaruh di tepi ranjang.

Aomine hanya mengangguk singkat. Lalu meninggalkanku ke luar kamar. Namun, aku tak memusingkannya. Ditolong seperti ini saja sudah cukup bagiku.

Ketika aku sudah siap, aku pun segera berjalan ke luar dari ruangan yang kuyakini sebagai kamar Aomine mengingat isinya yang penuh dengan hal berbau basket. Sepertinya dia maniak bola oranye itu. Batinku.

Aku menutup pintu kamarnya tepat setelah menyadari keberadaan si empunya di belakangku. Aku pun memasang senyum kikuk.

"Kau sudah siap? Ya sudah. Ayo kuantar pulang," ucapnya lalu.

"Err ... kau tak perlu seperti itu, Aomine-kun. Aku bisa pulang sendiri," ujarku seraya menyejajarkan diri dengan langkahnya yang lebar.

"Itu memang benar. Tapi tidak ada yang bisa menjamin jika lelaki berengsek itu tidak kembali mengganggumu nantinya, (Surname)."

Kuakui itu benar. Namun, tetap saja. Aku merasa tidak enak dengan Aomine yang tetap kukuh untuk mengantarku pulang malam ini.

Kami berdua berjalan dalam diam. Tak ada pembicaraan yang terjadi. Dan untungnya apa yang kami takutkan sama sekali tidak terjadi. Sepertinya Aomine benar-benar memberikan balasan yang pantas untuk lelaki sialan itu.

Kami pun sampai di rumahku. Sekali lagi, kuucapkan terima kasih kepada Aomine atas pertolongannya. Ia hanya tersenyum tipis seraya menepuk kepalaku pelan.

"Kau seharusnya memilih lelaki yang bisa menjaga serta melindungimu. Bukan malah akan menyakitimu seperti ini," ucapnya memberi nasehat sebelum ia akhirnya meninggalkanku di depan gerbang rumah.

Dan entah mengapa hatiku mendadak hangat.

*****

Keesokannya...

"(Yourname)! Ayo cepat! Nanti kita tidak dapat tempat duduk!" teriak sahabatmu yang lantas menarik tanganmu untuk mengikutinya.

Hari ini, tengah ada pertandingan persahabatan antara tim basket sekolahmu, Touou Gakuen, melawan tim sekolah sebelah. Sahabatmu yang menggilai olahraga tentu tak akan melewati kesempatan emas ini. Dengan ia yang malah melibatkanmu dalam hal ini.

Kalian pun sampai di gym yang ternyata sudah ramai oleh siswa-siswi yang ada. Sahabatmu itu berhasil mendapatkan tempat duduk untuk kalian berdua. Di mana ia segera menyeretmu ke tempat itu.

"Kau tahu? Aku sudah lama tidak menonton pertandingan basket! Katanya, di angkatan kita ini ada seorang pemain yang luar biasa kuat. Ia ... "

Kau tak mendengarkan ocehan temanmu itu. Pikiranmu justru kembali pada peristiwa tadi malam. Saat di mana seorang lelaki bernama Aomine Daiki yang menolongmu. Entah mengapa ada getaran aneh saat tatapan bak seekor panther itu membayang di benakmu.

Aomine-kun suka bermain basket juga kan? Kamarnya penuh dengan poster dan majalah basket. Batinmu lagi.

"Ah! Sudah dimulai!" Teriakan sahabatmu itu membuatmu refleks menutup telinga. Tangannnya menunjuk ke arah lapangan, di mana para pemain satu persatu keluar.

Matamu pun membola begitu menyadari sesosok berkulit eksotis yang berjalan dengan gagah menuju tengah lapangan. Ia pun terlihat begitu mencolok dengan surai navy-nya.

"D-dia—"

"Iya! Dia Aomine Daiki yang tadi kuceritakan itu lho! Mantan ace dari Kiseki no Sedai SMP Teiko!" ucap sahabatmu yang memotong perkataanmu. Alhasil, kau pun hanya bisa terdiam tak habis pikir.

Namun, begitu pertandingan dimulai, kau pun merasa semakin terpesona pada pemain dengan posisi power forward itu. Permainannya yang lincah dan enerjik itu membuatmu tak bisa mengalihkan pandangan darinya.

"Sugoii!" ucapmu ketika ia melakukan dunk dengan cara yang tentu hanya bisa dilakukan oleh orang yang benar-benar profesional di bidang itu. Terlebih ketika akhirnya tim sekolahmu menang dengan perbedaan skor yang begitu drastis.

"Dia begitu hebat kan? Apalagi ketika dunk-nya yang terakhir tadi! Dia benar-benar Kiseki no Sedai!" Di sampingmu, sahabatmu malah heboh sendiri. Namun yang ia katakan itu benar adanya.

"Ya sudah. Menonton pertandingan ini membuatku terlalu bersemangat dan membuang banyak energiku. Kita ke kantin yuk!" ajaknya. Kau pun mengangguk dan segera mengikutinya keluar dari gym.

*****

"Itu tadi permainan yang luar biasa, Dai-chan!" ujar gadis bersurai pink. Ia segera memberikan air minum kepada Aomine yang berjalan di sampingnya.

"Tapi aku merasa ada yang kurang, Satsuki," jawab Aomine setelah menenggak minuman itu. Momoi Satsuki pun mengerjapkan mata, heran.

"Apa maksudmu?"

"Entahlah."

Mereka berdua terus saja berbincang. Membicarakan permainan yang sudah terjadi sekaligus membahas tentang rencana ke depannya. Hingga tak sengaja Aomine malah menabrak seseorang.

"Gomen. Aku tidak lihat," ujarnya. Kemudian alisnya bertaut setelah menyadari siapa yang terkena tubuhnya tadi. "(Surname)?"

(Yourname) lantas mendongak. Matanya pun menatap tak percaya pada lelaki itu. terlebih ketika Aomine menggaruk kepalanya dan berucap, "kukira kau tidak sekolah di sini."

(Yourname) hanya terkikik mendengarnya. Apalagi menurutnya, raut wajah Aomine begitu lucu. "Aku pun demikian, Aomine-kun. Tak kusangka ternyata kau adalah ace tim basket kita."

Aomine hanya mengangguk kecil. Ia akan kembali berjalan begitu menyadari Momoi yang sudah ia diamkan sedari tadi. Namun ...

"Tadi itu permainan yang luar biasa. Kau benar-benar hebat, Aomine-kun!"

Suara (Yourname) menginterupsi. Membuat langkahnya terhenti lantas menoleh ke belakang. Dan menemukan gadis itu yang tersenyum lembut kepadanya.

"Sankyu," ucap Aomine datar. Padahal entah mengapa detak jantungnya sedikit meningkat daripada biasanya. Ia pun hanya bisa memandangi (Yourname) yang segera berlalu bersama sahabatnya.

Yah ... Pertemuan pertama, awal darisegalanya, bukan?

.

.

.

Yosh! Kembali lagi dengan Author absurd ini XD

Maafkan diri ini yang sudah nelantarin fict ini selama kurang lebih 2 bulan. Maafkan juga ceritanya yang kurang sreg di hati reader. Apalagi yang ngehusbu Aomine-kun :"

Oke ... ketemu lagi di part selanjutnya (yang kemungkinan besar adalah Midorima) XD

Hope you like it!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro