01 - Kehangatan Seorang Mertua
Blurb:
Hadirnya keluarga baru, ternyata cukup mengobati luka di hati Candra. Ditambah sebentar lagi dia menjadi orang tua. Candra masih terus berjuang mempersiapkan kedatangannya bersama Melisa.
Rupanya menjadi orang tua tidak semenakutkan di bayangan Candra. Seolah-olah sudah mengerti, anak mereka mau diajak kerja sama. Melisa membuktikan bahwa anaknya akan tumbuh dengan kasih sayang yang cukup.
Tidak ada yang sempurna, termasuk pernikahan. Di saat Melisa menemukan kebahagiaan yang utuh, sebuah keputusan berhasil meruntuhkannya sekali lagi. Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Melisa tidak pernah menyangka dirinya sampai di titik ini. Satu per satu impiannya terwujud sejak kedatangan Sintia di hidupnya. Dahulu, dia membayangkan dirinya duduk santai bersama mertua, mengobrol apa saja, atau belanja bersama. Hal tersebut belum pernah tercapai ketika bersama dengan Sarina. Kini, ibarat sebuah pohon, Melisa sedang memanen buahnya.
Lihat saja sekarang. Sejak pindah ke Jogja sebulan yang lalu, tepatnya setelah kelulusan Yumna dan Yusna, Sintia tidak pernah absen datang ke rumah. Paling sering mengajak Melisa keluar agar tidak bosan. Seperti saat ini, wanita itu mengajak sang menantu ke salon untuk memanjakan tubuh. Bahkan, Sintia mencarikan salon yang sudah biasa menerima treatment untuk ibu hamil, juga memastikan produk yang digunakan aman.
"Gimana, Sayang? Seru, kan?"
Tentu saja Melisa tidak bisa berbohong. Kegiatan hari ini begitu menyenangkan. "Iya, Mami. Kepala jadi enteng setelah cream bath."
Tidak hanya berdua, Sintia juga mengajak kedua anaknya ikut serta. Lagi-lagi, Sintia mengabulkan keinginan Melisa. Sejak dulu, Melisa ingin punya adik, terutama adik perempuan. Kini, Yumna dan Yusna begitu dekat padanya. Apalagi, dua-duanya menyukai literasi, satu bidang yang juga digeluti Melisa.
Treatment selanjutnya adalah pijat spa. Gantian punggung, tangan, serta kaki Melisa yang dimanjakan. Bagian ini yang paling menyenangkan, apalagi ketika kedua kakinya dipijat. Sejak perutnya membesar, Melisa sering merasa pegal-pegal dan bengkak. Selesai pijat, dilanjutkan dengan perawatan kuku kaki dan tangan.
"Selama ini kamu perawatan apa, Sayang?" Wanita berkulit putih itu kembali bersuara.
"Cuma pakai skincare, Mi. Sama potong rambut kalo udah panjang. Tapi, pas hamil, aku jadi mager gitu, Mi. Nggak tau kenapa," jawab Melisa jujur. Sejak dulu ia jarang melihat mamanya pergi ke salon. Ratna selalu melakukan perawatan dengan bahan seadanya di rumah yang kalau dilihat hasilnya sama saja. Lalu, semenjak hamil, Melisa benar-benar menunggu mood sebelum melakukan apa pun. Untungnya sekarang belum kerja.
"It's okay, Sayang. Itu namanya hormon. Dulu waktu mami hamil Yumna, adanya males terus. Nah, nanti kalau sudah melahirkan, kamu harus ikut mami perawatan rutin, biar tubuh kamu tetap bagus meskipun udah punya anak. Kamu nggak usah sungkan lagi ngabisin uang suami. Toh, nanti dia juga yang senang kalau kamu makin cantik."
Melisa tersenyum. Sintia ada benarnya.
"Apa semua ibu hamil sama seperti Kak Mel, Mami?" celetuk Yusna.
"Tidak juga, Sayang. Dulu waktu mami hamil kamu, mami ini mageran banget. Giliran adik kamu, mami bisa ke mana-mana tanpa halangan. Nanti kalau kamu sudah mengalami, jangan merasa rendah diri. Jangan heran kalau banyak sekali perubahan."
"Terus, Mi, aku sering dikatain badannya kecil, padahal aslinya perut udah begah banget kalau dibuat duduk," keluh Melisa. Teringat kemarin saat pemeriksaan terakhir, dirinya jadi omongan ibu hamil lain di ruang tunggu. Semua yang melihat perutnya mengira baru hamil lima bulan, padahal sebenarnya mau jalan sembilan bulan. Berat badan Melisa juga naik belasan kilo, bahkan ukuran sepatu dan sandal berubah lantaran kakinya bengkak.
"Selagi dokter bilang nggak ada gangguan, selagi berat badan baby X cukup, kamu nggak usah khawatir. Hempaskan omongan orang. Kamu tahu, mami waktu hamil banyak terima omongan orang, tapi mami selalu percaya selama bayi sehat, mami nggak perlu pusing-pusing mikirin mereka."
"Sepertinya karena Kak Mel tinggi, terus baru kehamilan pertama, makanya nggak kelihatan," timpal Yumna. "Itu dari yang aku baca-baca, sih."
"Pintarnya anak mami," puji Sintia.
"Sepertinya aku tidak mau hamil. Menstruasi saja sudah sakit dan ribet." Si manis Yusna nimbrung lagi.
Sintia tertawa kecil mendengar ucapan sang anak. "Nggak apa-apa, Sayang. Kamu berhak menentukan hidup kamu."
Bohong kalau Melisa tidak bahagia. Dia sangat senang. Sintia itu seperti Ratna. Wanita itu begitu tenang menghadapi anak-anaknya sehingga Melisa tidak pernah ragu untuk mengeluh. Kehadiran Sintia sedikit demi sedikit mampu mengobati luka di hati Candra. Melisa bisa merasakannya. Sintia menerima Candra seperti anaknya sendiri.
Sintia sangat baik. Wanita itu seolah-olah menggantikan sosok ibu di mata Candra dan Melisa. Seperti matahari, wanita itu menyirami raga serta jiwa dengan kehangatan. Melisa akhirnya tahu bagaimana rasanya disayang mertua. Melisa jadi tahu rasanya hidup tanpa di bawah tekanan. Melisa tidak perlu tarik urat setiap hari. Melisa tidak perlu memasang wajah palsu tiap kali Sintia datang. Semuanya terlihat mengalir. Tampak apa adanya.
Sampai sekarang Candra masih mengikuti sesi pertemuan dengan psikiater. Hasilnya cukup memuaskan. Suaminya sudah bisa terbuka. Candra kembali aktif menulis di sela-sela kesibukan dan Melisa rajin membacanya. Tulisannya masih berbentuk curahan hati sesuai arahan psikiater, bukan naskah buku seperti sebelumnya.
Ya, walau sampai detik ini hubungan Candra dengan Sarina masih terhalang tembok tinggi, bahkan sepertinya tembok tersebut terbuat dari baja yang kokoh. Melisa tidak mengerti kenapa orang tua satu ini sulit ditaklukkan padahal tinggal sendirian. Dia kira dengan jarak yang terbentang mampu merobohkan keangkuhan. Rupanya justru makin menjadi.
Serangkaian treatment selesai. Begitu keluar dari tempat itu, Melisa merasakan tubuhnya enteng. Kini, Melisa satu mobil dengan Sintia karena tadi wanita itu yang menjemput dari rumah. Oh, ya, sebagai anak seorang konglomerat, dari kecil Sintia sudah biasa jika mobilnya selalu dikawal atau ada satu ajudan yang ikut serta. Konon saat masih kecil terjadi sebuah peristiwa sehingga kedua orang tua Sintia memutuskan untuk memiliki beberapa pengawal. Kebiasaan itu juga menurun ke anak-anaknya. Makanya sekarang giliran Melisa yang harus terbiasa jika wanita ini datang ke rumah dengan beberapa laki-laki atau tiba-tiba rumahnya dijaga ketat.
"HPL kamu kapan, Sayang?"
Sebelum menjawab, Melisa mengatur duduknya supaya nyaman. Sungguh dia tidak bisa lama-lama duduk dengan perut besar. "Sekitar dua minggu lagi, Mi. Tapi kata dokter bisa maju atau mundur."
"Perlengkapannya udah siap semua?"
"Masih ada beberapa yang belum dibeli, sih, Mi. Terus, ada juga yang udah dipesan tapi belum nyampe."
"Kalau kamu butuh sesuatu, jangan sungkan ngomong ke mami, ya. Kebetulan juga sisa dari Yusna masih ada dan mami udah suruh orang untuk antar ke rumah kamu."
"Lho, nggak usah, Mi. Mel jadi nggak enak." Ya, bagaimana tidak enak. Baru saja kemarin wanita itu mengirim beberapa perabotan rumah tangga, padahal Melisa tidak meminta.
"Jangan begitu, Sayang. Kan, cucu pertama, perempuan lagi. Mami mau, dong, menyambut dengan sukacita."
Melisa tersenyum kikuk, sementara tangannya mengusap perut yang besar. Gerakan halus terasa dari dalam, seolah-olah memberitahu bahwa dia juga ikut senang.
"Jadwal Candra padat, ya?"
"Kalau sekarang iya, Mi. Tapi, nanti kalo udah dekat HPL, Mas Candra mau ambil cuti. Terus, mama juga mau ke sini."
"Kalau bisa jangan bener-bener mendekati kelahiran. Takutnya nanti maju, kan. Mami nggak bisa bayangin kamu lahiran nggak ada suami. Tapi, kamu tenang aja, kalau misalnya kamu udah kerasa dan nggak ada Candra, kamu bisa telepon mami. Biar mami yang temani kamu."
"Iya, Mi."
Start: 02 Januari 2023
•••
Hai, halo, buat kamu yang baru ketemu akun ini melalui cerita HI, LITTLE CAPTAIN! aku ucapkan salam kenal! Senang rasanya ketemu kamu :)
Buat yang nanya ini ceritanya bakal kayak gimana, mudah-mudahan makin seru ya dari season sebelumnya. Apa Mbah akan muncul? Ada, dong, tapi tidak sesering kayak di Ibu Negara. Terus, ini kayak a day in my life gitu lho. Semoga nggak ada yang bosan 🤣
Prediksinya, ini tamat di antara bab 40-60. Nggak usah banyak2, aku ndak mampu 🤭
Nah, cerita ini juga update di Karyakarsa. Sekarang udah sampai bab 2 + spesial part. Spesial part ini eksklusif di Karyakarsa. Kalian hanya bayar 2k atau setara dengan 20 koin, udah bisa baca tuh spesial partnya.
Tenang aja, di sini aku bisa double update. Tapi, aku minta sesuatu boleh kan? Aku mau 50 vote dan 20 komen di lapak ini. Kalo terkabul hari ini, aku double update 💃💃💃
Btw, siapa yang gercep baca, nih?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro