9' couple date's
•• H Tiba ••
Tanggal merah tercetak jelas di kalender. Diiringi dengan tulisan pena melingkar beralaskan kata 'Gada partner, rebahan mode on."
Nyatanya, entah dari mana, Marvel, lelaki dingin itu kini menjadi partnernya. Dan tak akan lebih dari hal itu.
Davina mencoret kalimat tersebut. Selagi memperlihatkan jam dinding pukul 10.45 AM. Ia barusaja terbangun dari tidur nyenyaknya.
Di hari libur, Davina sangat jarang mendengar Malinda. Ya, 'kan, gak ada jadwal kampus.
Acara dimulai pukul 4 sore. Masih ada waktu untuk menikmati suasana rileks di pulau kapuk.
"Cicak-cicak di dinding. Diam-diam merayap."
"Datang seekor nyamuk ...."
"Hap!"
"Lalu di tangkap."
Gadis itu sengaja menyanyikan lagu cicak cicak di dinding menengelamkan badannya di kasur. Rebahan kembali dengan menyangga kepala kedua tangannya selagi memperhatikan dinding kamarnya.
Poster artis luas selalu menjadi moodboster, idolanya.
"Harian gue hari ini, ngehalu bentar ah!" Davina tersenyun diri, menertawai dirinya. Ah. Hampir lupa halu itu wajar. Alhandulilah juga, kalau kesampaian. Ck.
Ia kembali meraih kalender, memperbatikan jadwal mingguan ini. Tiba-tiba bola matanya teralih, mengarah ke kotak kecil berwarna gold yang tertampang di meja riasnya.
"Ma! Di meja gue kok ada gaun?" Davina terburu-buru menuruni tangga.
Malinda pun hanya terdiam. Davina pikir, itu adalah kerjaan Mamanya. Namun mengapa dibungkus kotak kado segala?
"Emang dari Mama?"
Lalu dari siapa cobak?
"Cieee. Ekhm ...." Malinda berdehem dan menyorakinya. Sia-sia, gadis itu menanyakan kepadanya.
Seperti lagu cicak cicak di dinding. Rejeki mana yang kau dustakan.
***
[ 1.00 PM ]
Marveling
Gue jmpt jam 2. GPL!
11. 30 AM
Dvn
Gue baru bangun!
Read.
Davina meleparkan ponselnya ke alas bantal. Jam dinding menunjukkan pukul 1 siang. Masih tersisa satu jam.
"Go. Mandi kilat." Davina meraih handuknya dan memancurkan shower.
Selesai selesai, dengan sabun wangi dan sampo dan condisioner yang digunakan hingga tersisa setengah bagaian. Tubuhnya kini segar meski mandi tetburu-buru. Kembali di lihat jam dinding, masih tersisa banyak waktu.
Tak lupa meraih gaun yang tiba-tiba berada di meja riasnya. Meski sedikit heran namun pesan yang tertulis disela gaun 'Jangan lupa di pakek ke undangan mantan.'. Undangan mantan sengaja di italic dengan tulisan bold besar.
Davina tidak rabun, meski dengan tulisan kecil sekalipun, matanya masih jelas. Rupanya, si pengirim sengaja mengatakannya.
Cocktail dress blue tanpa lengan dengan motif rok dres tidak lebih dari batas lutut. Balutan kain flace dengan motif pita di bagaian leher.
Rambut sebahunya sengaja ia urai dengan hiasan jepit rambut sandal fli pop unicorn satu pasang di bagaian kiri kanan menyisahkan poni.
Olesan sedikit krim dengan bedak bayi terlihat lebih segar. Davina segera meraih tas kecilnya lalu menuruni tangga namun yang ada lelaki itu telah berbincang bincang dengan Malinda.
Membuatnya berfikir, 'apa yang mereka bicarakan?'
Yang ada, pikiran negatif memenuhi otaknya.
Pasti Mama ghibahin gue.
Pastinya buka kartu As, gue! Celaka!
Prioritasnya kan jodoh-jodohin gue.
Dikira gue gak laku apa,
"Iih. Gemesh! Kalian couple goals bangettt!"
Mama model apa ini?
"Oh. Jangan-jangan kamu yang ngasih Davina gaun?" cecar Malinda menatap Marvel.
Siapun yang memperlihatkan mereka pastilah mnegerti dan mengira couple goals. Padahal, Davina juga tidak sengaja mendapatkannya.
"Enggak, Ma!" belah Davina.
"Iya, Tante," balas Marvel bersamaan dengan Marvel.
Dibalik itu, Marvel lah si pelaku yang membuat mereka terlihat seperti pasangan serasi. "Itu gaun gue, lo pakek hm cocok juga." Lelaki itu mengamati pakaian Davina.
Malinda yang masih berada diantara mereka itu pun meguping sekilas lalu berdehem. "Ekhm!"
"Mamaa!"
"Iya, Mama mau kebelakang lagi." Malinda mnegacungkan jempol. "Jangan lupa kalian nyusul. Kalau perlu gaskeun ke pelaminan."
Davina hanya membulatkan mata menarik napas lalu membuangnya belahan. "Untung Mama gue," ujarnya lalu beralih ke Marvel dengan tatapan sengit, "Lo juga! Time date 4.00 AM!"
"Siapa tau, 'kan, lo jadi asisten rewang-rewang."
***
Di perjalanan, sama saja datang pukul 4 lebih. Bukan mengaret, hanya saja Marvel memutar-mutarkan jalur. Ditambah dengan area Surabaya, jika jam menjelang sore dipenuhi dengan orang-orang sepulang kerja.
Rasanya melelahkan berada di dalam mobil, apalagi Marvel hanya terdiam, tidak berniat mnegajaknya bicara. Paling tidak, hanya merespon satu atau dua kata.
Marvel dan Davina menemui teman-temannya. di salah satu meja besar saling me-chers minuman.
"Kalian ke calon pengantin aja dulu, ntar kita chers, daripada lo pada mabuk duluan," ujar seorang pria berambut panjang, yang tak lain merupakan murid di universitas yang sama dengan mereka.
Rupanya, keadannya berada di ambang batas. karena kelebihan dosis. Padahal, minuman itu disediakan dengan bartender, agar tidak berlebihan.
Marvel segera menjauhkan orang itu ke Davina lalu segera menemui calon pengantin--Raffli dan Freeya.
"Hai, Davina. Marvel. Makasih udah datang di pertunangan aku." Freeya melambaikan tangan sangat antusias. "Kalian segera nyusul ya, aku tunggu."
"Ishhh."
Davina hanya tersenyum sopan. Tidak lebih dari itu.
Mereka kira kedua orang itu back together, kembali bersama, terbukti dari penampilannya sangat serasi dengan pakaian couple sangatlah serasi.
Marvel mengenakan motif pria dengan jas biru yang serasi dengan pakaian Davina.
Darisna, Raka menyapa gadis itu melambaikan tangan ke arahnya. Seorang gadis dengan tangan bergelut mesra itu sedari berdiri di dekat Raka, yang Davina pasti tebak itu adalah gebetan barunya kesekian kali.
"Gue kira, Raka yang bakal bareng Davina." Tak lain Haikal menyapa kedatangan Marvel dan Davina yang kini akan bergabung dengan mereka. "Hem ... lebih cocok--"
Kirana menyengol tubuh Haikal, memperlihatkan pacar Raka yang sedari menatapnya tajam.
"Maksud gue, Davina lebih cocok sama Marvel gitu. Lebih cocok," lanjut Haikal meralat. Untung saja, perkataannya mendapat anggukan dari teman lainnya.
Selanjutnya, adegan yang tidak sengaja mereka perhatikan. Seseorang dari dekat mereka--orang yang menyapa kedatangan Marvel dan Davina memperingatinya di awal itu tidak bisa menahan keseimbangan tubuhnya.
Karena itu, kini minuman itu terpaksa dihentikan karena di hitung empat orang pingsan sebelum selesai acara.
"Sayang sekali! Tenang, gue ajak ntar kalian ke Klub! Mau kemana? Ke klub? Surabaya Nightlife, atau karaokean? All can be resolved." Itu Varrero, paling royal di antara teman lainnya. Uangnya tidak pernah berhenti, hanya dengan menuruti keinginannya bersenang-senang dengan teman-temannya. So, masa mudah lebih menyenangkan!
"Ini baru teman gue!" Haikal dan Varrero bertoros ria.
Kirana dan Bella menepuk pundak Davina dan Bilqis. Aah, mereka bertempat selalu bertemu di titik yang sama. "Oops. Sorry, sist. Kita gak ikut, ada acara kumpul keluarga," ujar Bilqis. Sudah pasti, gadis itu tidak mengikuti dunia gelap seperti itu.
"Dav. Lo ikut, 'Kan?" Davina mengangguk lalu menatap Marvel.
***
mereka gimana?
jangan bosen-bosen
yaa❤
9-11-20
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro