4' single atau jomblo?
Batik merupakan kerajinan nasional.
Seni pewarnaan dengan teknik perintang menggunakan malam dan lilin, masih juga disebut sebagai seni kuno. Meski masih banyak juga yang masih mengenakan cara tersebut.
Salah satu alasan lain, batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagaian dari Bangsa Indonesia, khususnya Jawa.
Di Surabaya, etensi batik melebihi pakaian formal ataupun non formal, dibuat model modern semakin membuat elegan dan fashionable.
Peringatan hari batik sedunia selalu diperingati. Ada pula mengenakan tema 'Batikku, Identitasku.'
Meski tak jarang orang-orang mengenakan Batik, tetapi Davina tak pernah sekedar mencoba membuat kain batik.
'Gambar batik aja, gak rapi, apalagi buat seni batiknya langsung.' Batin Davina menata jadwal buku selagi mempersiapkan jadwal praktek kerajinan. Batik.
"Ma. Davina banyak tugas. Ntar kalo Davina bawa pekerjaan rumah desain batik, Mama kerjain ya!" keluh Davina namun jawaban dari Mamanya tak sesuai ekspetasi.
"Kalau gak mau banyak tugas gak usah sekolah, gak usah pendidikan sekalian." Linda menjeda ucapannya sekilas memperlihatkan raut anak putrinya terlihat kesal.
Mana ada orang tua yang bertindak seperti spesies macam Mamanya itu?
"Mama. Ih!"
"Mending kawin. Cari jodoh." Linda melanjutkan ucapannya, "Pekerjaannya cuman di dapur, udah dapet penghasilan."
Meski tinggi pendidikan, seorang perempuan pasti ditargetkan dengan memasak di dapur, itulah perkataan Linda. Mamanya itu juga menginginkan anaknya mempunyai pasangan, "Ya, masa mau on the way, umur kepala tiga, kok masih jomblo." Itulah alasan yang selalu Linda bicarakan selagi mendesak hubungan Davina.
"Umur tua, masih ngejomblo," cibir Raffles, adik Davina itu juga bersiap memakai seragam sekolah putih biru dengan rapi.
Dengan refleks, gadis itu mengebrak meja membuat kedua orang yang saat ini bersamanya diiringi tawaan kecil.
"Hussst!" Davina menutup mulutnya dengan jari petunjuk memberi aba-aba kepada Raffles, anak bungsunya itu. "Kan kamu tau sendiri, Kakak kamu itu kalau udah tersinggung dengan nasibnya lama ngejomblo, bisa-bisa punya tunduk kepala sapi."
Raffles tertawa terbahak-bahak. "Apa perlu gue kasih banner gede, si Davina, ratu jomblo cari jodoh?"
"Eh, gue single!" teriak Davina dengan lantang. Bukan malah membelah dirinya senduri, yang ada malah membuat Davina terasa disudutkan.
"Single sama jomblo bedanya apa? Sama-sama sendiri, 'Kan?"
Gadis itu sengaja mengurai rambutnya yang masih basah sehabis keramas. Kini dengan bebas memainkan tatanan rambutnya menghiraukan perkataan dari adiknya itu.
Single?
Jomblo?
Beda dong!
Sejenak tak membahas itu. Langkahnya terhenti ketika seseorang gadis lain berumur di bawahnya, berdiri diambang pintu dengan gugup.
"Kenalin Kak, aku Ragana. Kalau boleh tau, Kakak siapa, ya?"
Davina menunjuk dirinya sendiri. "Gue?"
"Lebih tepatnya Kakak sama Rafles, ada apa?"
"Bentar, lo siapanya Rafles?" Davina berdecak pinggang menutup pandangan adiknya, Raffles agar tak memperlihatkan gadis ini.
Beruntungnya, Davina membuka pintu terlebih dahulu sebelum dia mengetuk.
Davina kembali memperhatikan perempuan di seusia bawahnya ini. Melekat dengan seragam putih biru dengan bad sekolah dan lokasi yang sama adiknya. Pasti seumuran dengannya.
"Gue pacarnya."
Dengan gampang mengatakan 'Pacar'?
"Gue simpananya Raffles." Seketika membuat perempuan bernama Ragina itu mengubah ekspresinya lekat-lekat. "Salam kenal." Davina mengulurkan tangan namun tak direspon olehnya.
Yang ada malah berteriak melengking memangil nama Rafles. "RAFFLESS!!!"
Orang yang merasa namanya dipanggil segera beranjak ke arah sumber suara. Dilihatnya kehadiran Ragina, sang kekasih, Raffles memperkenalkannya dengan Mama, "Ma. Dia Ragina, pacar Raffles!"
"Doubble Er. Er-kewer-kewer," celatuk Davina masih berada di antara orang tiga itu. Gadis itu baru saja mengenai nama R- Raffles dan R- Ragina. 'Double R' bukan?
Tamparan pipi melesat di pipi kanan Raffles dengan spontan lelaki itu menerjap gadis seusianya yang berstatus sebagai kekasihnya itu. Memikirkan kesalahannya. .Barusaja ia mengatakan sebagai pacarnya dan kini ia menamparnya?!
"Kamu selingkuh dari aku?" cetar Ragina tak berbasa-basi. Sayangnya, lingkungan sekitar tak mendukung membuat tak jarang Davina berkata dalam hati, gadis itu tak mempunyai malu.
Disisi lain Davina juga tertawa kecil melawan arah keributan ala-ala cinta monyet dihadapannya ini.
Kids jaman now!
"Kenapa pada beribut gini," celah Linda melerai memijat kepalanya berdenyut.
Barusaja menggoda Davina, dikarenakan kelamaan menjomblo dan sekarang perdebatan Raffles dikarenakan pacarnya.
Ralat, Mama Linda ingin Davina yang mempunyai pacar, bukan malah adiknya yang masih berseragam putih biru itu dengan ala-ala cinta monyet.
Ditambah lagi dengan perkataan nada tinggi Ragina, kepala Linda berdenyut dua kali lipat. "Anak Tante punya simpanan lain, Tante! Dia selingkuhin aku!" tegas Ragina menatap Raffles yang sedari terdiam mengerutkan kening.
Lelaki itu memang tak mengerti apa yang terjadi, tetapi dalangnya ialah kakaknya sendiri, Davina.
Padahal hanya iseng, Davina tak mengira seusia bocil bisa berakting menyeh-menyeh seperti itu. Gadis itu lagi lagi tertawa kecil disuguhkan dengan pemandangan menakjubkan akibat ulah usilnya.
"Kalian masuk ke dalam rumah dulu ya! Gak enak dilihat tetangga."
Raffles menarik tangan Ragina, namun dengan cepat kekasihnya itu menepis. Sedangkan Davina memperlihatkan itu ingin memuntahkan makannya karena merasa geli.
"Kak! Aku bareng Ragina, aja --"
"Kak?" potong Ragina.
Perkataan Raffles terhenti ketika Ragina menanyakan sesuatu. "Iya. Itu Kakak gue, namanya Davina."
Buru-buru Davina ingin melarikan diri, ada-ada saja. Kini Linda kembali menggodanya di kursi sofa seberang. "Masa kamu kalah sama adek kamu."
Davina hanya memutar bola malas. Teriakan dari Raffles menghentikan langkahnya. "Kak Davina jomblo ngenes!"
Hari ini rupanya, Davina harus menahan stok kesabarannya.
"Dia kakak kamu? Tapi, tadi dia bilang simpanan kamu," aduh Ragina melirik ke arah Davina.
Detik-detik sebelum Raffles berteriak.
"Lo, jomblo, 'Kan? Ngiri banget kalau gue punya pacar. Seneng banget, di atas penderitaan adik." Raffles memutar bola mata malas kembali membujuk bucinnnya, si Ragina. "Kita gak jadi putus, 'Kan?"
"Punya anak dua, cekcok mulu." Batin Linda.
"Davina, daripada jiwa jomblo kamu, meronta, sini bantu Mama," tawar Linda. Eeh, lebih tepatnya bukan tawaran. Bagi Davina, ada maunya.
"Pulang kampus kamu beli pupuk kompos ya, bunga kesayangan pemberian Papa ntar layu, gimana? Kan sayang juga, kalau cintah Papa ke Mama juga layu kayak bunga pemberiannya."
"Yaelah, Ma. Cuma bunga doang," cicit Davina memutar bola mata malas. "Dijamin cintah Papa ke Mama, gak bakal layu, atau berkurang sedikitpun."
Linda memberikan dua lembar uang seratus ribu lalu berkata, "Kamu tau apa? Kan kamu jomblo!"
"Davina, single, Ma! Single!" balas Davina menekan kata 'Single' dengan ekspresi sedikit kesal.
Lagi-lagi perkataanya di balas dengan ...
"Jomblo sama single, bedanya apa, coba???"
Many times.
***
Bedahnya jomblo,
sama single,
apa cobak???
26-10-20
🐙
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro