16' cold-es
Kirana. Sifat Kirana yang mudah bergosip itu setidaknya tidak membawa malam petaka untuk orang terdekatnya.
Selain Kirana dapat dipercaya, gadis itu tidak akan menyebarkan kejelakan temannya sendiri. Hal-hal yang bersangkutan dengan temannamya itu, termasuk dalam kategori pengecualiab bagi gadis tukang gosip itu.
Beberapa menit, jam, detik yang lalu--belum sampai dua puluh empat jam, perkataan yang dilontarkan Bela, menjadi topik pembhahasan, dan kini perkataan Kirana menjadi adegan topik hangat di siang ini.
Jika Bela selalu mengarah ke vulgar, sedangkan Kirana mode ghibah mode on. Chek!
Gadis itu mengosipkan gadis asing--tidak lain bernama Genya, selagi bersama Marvel--yang entah memiliki hubungan apa. Don't knows.
Keseharian mereka berempat saling menular.
"Gue tau namanya! Nah. Ganja!" Kirana berteriak heboh menstalk gadis itu. Banyak dari sumber beraneka ragam hias, Kirana dapat mengetahui hal tersebut secara detail dan cuma-cuma.
Davina menjitak gadis blasteran itu, meralat perkatannya, "G-A-N-Y-A!"
Seusai kepergiannya dengan Marvel, ditengah jalan ia dipertemukan dengan teman-teman laknatnya itu membuat saat ini Davina kembali bersama mereka.
Bela juga masih terlihat sensitif ketika kedekatan Marvel dan Davina kembali terjalin, aplagi orang yang sesunguhnya Marvel jadikan peran utama telah ada. Itu Ganya. Maybe?
Hem ... mungkin?
"Eh. Ganja. Bener kata Kirana," imbuh Bela membenarkan perkataan Kirana. Eh salah ding, Ganya! Bukan Ganja.
Mengingat alasan hubungan Marvel dan Davina kandas saat itu, Bela tidak akan membiarkan orang yang sama menyakiti salah satu teman laknatnya.
"Dia pindahan dari USA. Ke Surabaya cuma ngincer jurnalistik?" Kirana menyimpulkan sesuatu. "Daebak, lor."
"Demi Marvel."
Itulah suara Davina menjawab dengan datar.
Dibalas dengan perkataan Bilqis. Benar apa adanya namun terdengar seperti menyingung. "Balikan sama mantan, kayak baca buku berulang kali. Ending sama."
Ketiga orang itu reflek mengarah kepadanya, membuat Bilqis yang sedaritadi terdiam kini merasa canggung. "Sorry. Kebanyakan begitu sih," cengirnya lalu mengalihkan arah.
Kirana menghentikan kecanggungan itu memberitaukan username instagram milik Ganya, selagi memberi taukan salah satu foto cantiknya.
@Gganyaay
Enam post kiriman dengan feed aesthetic.
Tiga post kiriman foto gadis itu sendiri, dengan tema background instagramble.
Bagaimana daya Davina, ia merasa dirinya dan gads yang difoto itu bedah tatah dan kastah. Padahal mereka sama--sama-sama makan nasi.
"Yalah. Cantiknya nenek gue yang udah di alam sana, dia pernah oplas sih. Ck." Kirana tertawa terbahak-bahak seketika membuat mereka menepuk bahu gadis itu.
"Kirana panas, woi!"
"Pantes. Gila."
Disisi lain, hari semakin sore, Marvel akan kembali membawa catatan komik setelah membantu mereka menganalisis catatan edisi redaksi.
Ganya yang sedaritadi memperhatikan Marvel itu pun ikut bertindak menghentikan langkahnya. Lelaki kutub itu memang membantunya, tetapi hanya sekilas mengajari materi yang ia tidak tahui, setelah itu dia tidak akan mau mengulang materi kembali. Jika tidak, Marvel akan serahkan kepada teman lain. Sangatlah menyebalkan.
"Marvel? Lo gak ninggalin gue lagi, 'kan?" Sempat-sempatnya Ganya menghentikan langkah Marvel yang akan keluar terlebih dahulu dengan tas ransel bergerlantung di salah satu pundaknya.
Mereka memang teman lama, dari sekolah menegah pertama. Terbilang sahabat dekat, hingga jenjang lulus sekolah, Ganya kuliah di USA.
Kedatangannya di Indonesia, ialah menemui lelaki itu namun rupanya Marvel tidak kunjung memberikan respon hingga kedatangannya di Universitas Airlangga, tempat dimana yang Davina ketahui Marvel melanjutkan pendudikan disana dengan sengaja berada di depan ruangan jurnalistik.
Ganya tau, lelaki itu akan mengikuti ekstrakulikuler tersebut, dari sekolah, Marvel mengikuti ekstrakulikuler yang sama dan mengatakan, "Jurnalistik, bakat gue."
Itu sebabnya, Ganya lebih yakin.
Apalagi kedatangannya di Universitas Airlangga ini dengan niat mendatangi Marvel, seolah memberi suprise. Namun respon yang diberikan lelaki itu tidak sesuai dengan ekspetasinya. Mengingat mereka adalah teman yang lama tidak berjumpa. Ya. Bagaikan temu kangen, gitu?
"Speak up, please." Karena tidak mendapat jawaban, Ganya kembali bertanya, "Kamu, gak ninggalin aku lagi, 'kan?"
Berlahan Marvel belahan menoleh ke arahnya. Seulas senyuman terbit dari bibir Ganya. Detik selanjutnya jawaban Marvel membuat gadis itu membalikan ekspresi.
"Jawaban yang sama."
Yang mendadakan lelaki itu memberikan penolakan halus. Marvel masih mempunyai hati nurrani ketika berhadapan dengan perempuan, meski dengan tampang datar dan dinginnya itu.
"Kamu gak seneng aku kemari?"Lagi-lagi dengan pertanyaan yang sama. Kali ini Marvel akan menjawab.
"Gue gak nyuruh lo kemari, Ganya," dengan sedikit ulasan senyum sekilas. Setidaknya itu cukup membuat gadis itu tidak membututinya lagi.
Benar. Emang benar, Ganya adalah cinta pertama Marvel, pertamanya kalinya lelaki itu merasakan perasaan tidak seharusnya di dalam area persahabatan mereka saat itu. Sayangnya, Ganya tidak bisa membalasnya. Gadis itu memiliki seseorang yang patut diperjuangkan dalam ikatan relationship. Marvel tidak akan memaksa kehekndak, namun kali ini mereka dipertemukan dengan perasaan yang telah berubah seiring dengan perjalanan waktu.
"Lo kesini cuma pingin jurnalistik, 'kan?" tanya Marvel kembali membuat gadis yang dihadapanya itu terdiam sejenak.
Marvel memikirkan hal itu dengan penuh pertimbangan. Entah apa alasannya, ia yakin akan hal itu.
"Tapi ... gue pingin ganti waktu gue selama di USA gak bareng lo."
***
Sepulang kampus, Davina terburu-buru memasuki memasuki ruangan kamarnya yang berada di lantai atas menghiraukan Mamanya yang berulang kalinya memanggilnya namun tidak kunjung mendapatkan respon.
Gadis itu langsung beralih ke arah laptop mengingat sesuatu selagi mengetik di layar berukuran persegi panjang itu lalu menekan enter dengan nama yang sama.
Enam post kiriman dengan feed aesthetic.
Tiga post kiriman foto gadis itu sendiri, dengan tema background instagramble.
Di post paling terakhir, terlihat Marvel memberikan komentar 'everybody wanna steal my friends.'
Detik itu juga, jiwa stalker cewek berkomando sampai ke akar-akarnya. Itulah cewek.
Davina juga memperhatikan komentar per post foto selagi meklik nama mereka. Sedikit-dikitnya info sangat bermanfaat. Apalagi folowed dan folowers, Davina akan mestalk dengan berhati-hati.
Orang yang diikutinya dan orang yang mengikutinya ketika berada di lingkup teman satu tempat yang sama.
Sepertinya, Ganya tidak menyukai follow, follow and follow. Terlihat dari followed hanya megikuti 50 dibanging dengan folowers lebih dari 16K.
Bukan itu. Bukan. Ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Seketika mencetus hatinya.
Dor!
Dag dig dug, der. Jenger!
Davina meratapi nasib-nasibnya yang belakangan ini menghantuinya.
Nyatanya cinta itu menyakitkan. Hanya manis diawal perjumpaan dan selalu pahit di akhir. Diimbangi kopi, agar pahit dan manis lebih terasa.
Gadis itu menghadapkan meja belajarnya ke arah depan korden kamar membuka ventilasi selagi memperhatikan anak kompleks rumahnya akan bermain bola di lapangan.
***
jangan lupa besok uda Desember😭
Desember ke Januari,
ambyarrr🔥🔥🔥
21-11-20
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro