Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

13' segitiga piramida

Setelah beberapa menit, Marvel menunggu di depan toilet, kini gadis yang ditunggunya mengarah ke arahnya dengan melambaikan antusias.

Hari ini, Davina akan berterimakasih kepada lelaki itu ....

"Jangan baper ke gue!" bisik Marvel mendekat mengacak rambut lamis Davina. Perlakuan seperti inilah, yang Davina rasa semakin hari tingkah lelaki itu sedemikian berubah.

"Kenapa, sikap lo berubah, hm?" Davina berdehem, berusaha menangkap netra hijau lelaki dihadapan ini.

"Maafin gue--"

Perkatannya terhenti ketika Marvel tidak sengaja melihat bola basket hampir melayang ke arah gadis itu. Marvel menarik pergelangannya spontan berlindung di dekatnya lalu menangkap bola itu dengan posisi yang seimbang. Dihitung dari ketinggiannya, lelaki itu lebih gampang sekedar menerima bola dari tim atau memasukkan bola ke dalam ring.

Jika Davina yang terkena, bisa-bisa ... ajor, jum.

Sang pelempar--tidak lain berada di area lapangan itu menepuk bahunya berulang kali. "Sial! Vs Marvel!" ujarnya berdecak lalu mendorong tubuh teman lainnya yanh berada di dekatnya, "Broo! Ambilin bolanya."

"Ngak! Ngak!" Raka menghibas cekatan temanya yang kini mendorongnya.

Mereka semua mengerti siapa Marvel, lelaki dingin berkutub utara. Dari diamnya, menyimpan beribu makna.

Apalagi saat ini, Marvel mengapit bolanya. Memang--Marvel tidak menoleh kanan dan kiri dan memperhatikan siapa pelakunya tetapi dari tatapannya ketika berpas-pasan, lelaki itu menunjukkan sorot mata elang yang tajam.

"Hari ini, gue banyak terimaksih," tutur Davina sedikit gugup. Jika Marvel tidak menolongnya, mungkin tubuhnya akan berpelukan dengan aspal.

Raka terdiam sejenak, ketika memperhatikan Marvel dan Davina, hari ini ini terlihat dekat ditambah dengan basket yaang berada tangan Marvel.

Mau, tidak mau, Raka memberanikan diri mendekat untuk mengoper balik bola basket akibat perilaku temannya itu. Lelaki itu menarik lengan sang pelaku untuk mendekat ke arah si kutub.

"Lo, duluan!" Dia mendorong tubuh Raka hingga tidak sengaja membuat Marvel dan Davina menoleh ke arah pemuda yang kini sedang berdebat, tidak jauh dari arah mereka.

Tatapan Raka dan Davina tidak sengaja bertemu. Mereka dapat merasakan situasi kecanggungan di antara mereka. Detik itu juga, Raka terlebih dahulu mengalihkan arah.

"Permisi, Bro."

Mata elang Marvel sudah menatap tajam dua pemuda itu.

"Tatapannya serem, bang," gumam si pelaku mmeyengol berulang kali tangan Raka. Karena Raka merasa risih. "Najing lo, dekat-dekat gue! Bukan mukhrim!"

Dari sana, Marvel sudah menduga si pelaku itu bukanlah Raka. Dari gerak-geriknya itu pun terlihat jelas antara pelaku, atau korban.

Sekian detik mereka berdebat, Raka lagi-lagi terlebih dahulu memulai pembicaraan. "So-sorry. Guee-kitaa mau ambil bola--"

"Maaf juga kek," bisik temannya itu.

"Maaf, karena kelempar jauh." Raka menarik pernapasannya lalu belahan menghepaskannya. Apalagi memperhatikan tatapan Marvel membuat sesi menarik napas dalamnya tidak berjalan normal.

Beruntungnya, Marvel segera melemparkan bola ke tengah lapangan tanpa mengimindasi lebih jauh.

Raka yang belahan berbalik arah namun dengan arah yang berbalik dengan arah lapangan, mendapat teguran dari Davina, gadis itu menghentikan langkahnya sejenak.

"Rak?"

Lelaki itu berbalik arah dengan jawaban singkat dan jelas. "Gue mau balik," jawabnya tanpa berniat menatap lawan bicaranya.

"Vel, kita mau ke kelas juga, 'kan?" Davina bertanya kepada Marvel. Setelah lelaki itu mengangguk, mereka bertiga beriringan ke falkultas satu arah.

Davina berada di antara kedua mantannya membuat sorotan dari sekelilingnya. 

3 feb 19

Bulan desember kemarin, awal dari kedekatan mereka.

Raka, yang terang-terangan mendekati Davina dengan sejuta gomblan maut.

Hari ini, tepat 3 febuari.

Tiga hari yang lalu pula, mereka telah menghabiskan waktu untuk merayakan tahun baru. Memainkan kembang api, atau hanya sekedar memperlihatkan kembang api berwarna-warni di sepanjang kota Surabaya.

Apalagi dtambah memakan jagung bakar selagi memperlibatkan kembang api ketika pergantian tabub tiba.

Hal itu seketika lenyap, ketika Davina berulang kali memaafkan hal yang sama berulang kali.

Terlihat klise hubungan mereka, tetapi cobalah   mempertahankan sesuatu yang saat ini kamu genggam.

Davina yang menyematkan nama Raka didalam Whatsapp-nya begitu dengan Raka sebaiknya.

Itulah kids jaman now, biar mereka terlihat ada seseorang yang diprioritaskan.

Raka, nyatanya tidak sesimpel itu, Ada dua gadis lain yang ia sematkan selain Davina dengan orang berbeda.

Entah, Raka tidak mempunyai rasa bersalah, atau bagaimana pun, Davina meminta putus dengan pesan singkat.

Dav
Rak? Kita putus ya? :)
13.25√

Lima jam kemudian, Raka kembali online dan membalas pesannya.

Raka😈
oke.

flashback off

Apalagi perkataan Raka kemarin malam.

"Tapi, sayang lo lebih milih Marvel yang jelas-jelas kalian beda."

Beda?

Seharusnya, Davina lebih peka hal itu. Darimana mereka berasal, dan kemana mereka ditakdirkan. Davina akan membuat dinding kokoh yang mereka--atau siapapun tidak dapat meruntuhkannya.

Perkataan Raka itulah yang membuat Davina merasa canggung. Apalagi tingkah Marvel yang berbeda jauh dari dahulu.

Sekedar beriringan di universitas, itu pula sangat jarang. Pokoknya selama berpacaran dengan Marvel dulu, Davina merasa jomblo.

Lamunan Davina terhenti ketika mengetahui seorang gadis asing, menghalangi langkah mereka berdiri tepat di depan ruang jurnalistik.

Tatapannya mengarah Marvel, membuat Davina tidak bisa membendung rasa keingin tauannya. "Saling kenal?" bisiknya bertanya kepada Marvel, namun lelaki itu tidak merespon.

Mengapa firasatnya merasa tidak enak? Ia memilih meninggalkan mereka tanpa kata pamit.

Raka berusaha menyusul langkah Davina sebelum memperhatikan Marvel, dan gadis asing itu.

Raka hanya sempat terheran dengan perilaku Marvel. Lelaki itu seolah memainkan perasaan Davina.

Mereka--Raka atau Marvel, memang sekedar masa lalu yang pernah membahagiakan Davina dalam waktu singkat, sayangnya mereka memilik cerita berbeda di setiap hubungan.

Marvel hanya bisa memperlihatkan gadis itu diikuti  Raka. Semoga yang ia pikirkan tidakkah terjadi.

Lalu kembali mengarah ke Ganya, gadis yang bagi mereka asing. Pengecualian bagi Marvel. "Lo ngapain kemari sih, Gen?" tanya Marvel tanpa berbasa-basi.

Sedikit terlihat tatapan Marvel tidak menyukai kehadirannya, itu membuat Genya tanpak bersedih namun hal itu dapat Genya sembuyikan dengan apik. "Kamu gak seneng satu sekolahan lagi sama aku?"

"Maksud lo, pindah ke mari?"

**

"First love, true love?"

Seorang gadis membacakan sebuah artikel di layar ponsel selagi melanjutkan perkatannya, memperhatikan lelaki didekatnya ini, "True or false?"

Lelaki itu memainkan daun kering. Batang kayu yang telah rapuh dibuatnya melukis di atas pasir. "Bagi gue, cinta pertama itu gak ada," jawabnya dengan seadanya. "Cukup jadi yang terakhir buat gue, Bebs."

"Bebek? Bekicot? Gue jyjik, Vel!"

Lelaki itu hanya tertawa kecil. "Gue pernah ngerasain jatuh dan patah hati untuk pertama kalinya. Gue harap gue gak pernah merasakan patah hati ketika bersama lo, Dav."

***

klo aku ....
'stay with me'
eaaak:v
pup ah
*huek😂😂

//kaburrrr!!!

13-11-20

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro