1' pacar baru mantan
Kawen...
Kawen... Kawen... ,minggu depan aku kawin
Kawin, kawin, tidur ada yang nemenin.
Status di KTP nanti jadi kawin.
"Kamu tau apa 'kawen! kawen!'." Mama dari gadis kecil berusia sembilan tahunan itu mematikan layar televisi.
"Nikah! Nikah! Hari ini aku nikah!"
Gadis itu malah menyanyikan lagunya dalam bentuk Bahasa Indonesia bersorak semangat. Apalagi suara cempreng keras mengelegar.
Davina Deolina. Namanya.
Berulang kali sang Mama menggelengkan kepala. Diusianya yang terbilang masih kecil, Davina berani-beraninya memikirkan masa remaja nanti. Entah pacaran atau hingga menikah! Aah. Kebanyakan menonton sinetron.
"Mam. Nikah itu wajib kah?"
Nah. Ada-ada saja pertanyaan dari putri bungsunya itu. "Iya. Kalau kamu udah dewasa."
"Kalau batal gimana, Mam? Jomblo lagi?"
"Nikah itu enak gak, Ma?"
"Kawen.. Kawen!"
"Ternyata, eh ternyata. Semua tak sesuai rencana." Lagi lagi Davina dengan menyanyikan lirik lagu batal kawin.
Ya. Gara-gara menonton sinetron batal kawin itu.
Sang Mama segera memutus kabel televisi membuat Davina kembali berteriak, "Maa! Mau lihat pilem!"
"Kawin sono!"
***
Ketika dewasa, gadis itu malah membenci lagu favoritnya saat kecil. Ketika masa dewasa, Davina malah tak berpikir kawin. Rasanya terjebak dalam pembicaraannya sendiri.
Mana ada kawin? Yang Davina rasakan hanyalah pendekatan-jadian-ditinggal tepak sayang-sayange (ditinggal sewaktu sayang-sayangnya). Bosan. Itulah yang ia rasakan. Bosan dalam fase yang sama berulang kali.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 08.15 AM. Tetapi gadis itu tetap saja bertaut dengan bantal guling dan juga selimut yang menutup hingga menutup kepala gadis itu. Seolah seperti keong bertempat tingal di dalam rumah kecilnya.
Dengan benak cemerlang, si Mama pun membangunkan putrinya dengan cara paling extrim.
"Anak perawan jam segini belum bangun!"
Byur!!!
Malinda segera menyiram wajah Davina merata dengan setutup botol bekas. Menyiprati seolah ala-ala mbah dukun dengan menyanyikan lagu 'Ada mbah dukun yang sedang mengobati pasien' diganti dengan lirik 'menyiram anaknya!' dengan joget anjar versi Malinda --Mama Linda.
Ini lah rutinitas setiap pagi.
Padahal jam beker terus berdering diatas meja. Namun hal itu mengurangi kemalasan putrinya itu.
Kedua kalinya Malinda menyiram tubuh anaknya tanpa kasihan. Jika ketiga kalinya, Malinda pasti akan membungkus anak kebo itu.
"Tega banget. Mayat apa." Gadis itu terbangun dari mimpi indahnya. Sinar matahari sudah hilang berkilau dari ventilasi jendela.
Bukan Mama Linda namanya, jika membangunkan Davina dengan cara kuno apalagi masih mengoyangkan tubuhnya. Ah. Cara itu tidaklah efektif.
"Ngampus! Cari jodoh."
"Ngampus ya cari ilmu lah, Ma! Masa ajang cari jodoh," balas Davina menguap. "Jodoh itu bonus." Malinda melemparkan bantal ke arahnya. Meskipun sedikit tumbang, setidaknya mengurasi rasa kantuknya.
"Mana ada jodoh yang lengket, kalau kamu tukang ngeboh."
"Mau Davina kasih pelet, gak?"
*** Sep 20
Universitas Airlangga tertampang jelas di segala sudut kampus. Davina merapikan seragamnya sebelum memasuki kampus dengan berpakaian jaket denim menutup sebagai kaos putih yang ia gunakan.
Selagi kini berada di sudut kantin, mengaduk capucino white-nya bosan. Bosan. Bosan mendengar pembicarannya teman-temanya.
Tak lain, tak beda lagi yaitu tentang pacar mereka.
Boyfriends goals.
Keuwuhan dengan pacar mereka.
Perfect goals.
Ada pula definisi 'Bucin.'
Bucin dalam kategori berjuang tak dihargai.
"Dev. Sini. Bagi cerita," tepuk Kirana, gadis blasteran Korea-Indo itu, salah satu murid terpopuler.
Sangat berbeda dengan Davina.
"Davina kan jomblo," ujar Davina dengan bangga.
Davina Deolinda.
Dengan julukan 'Jomblo akut.'
Dianggap mempunyai penyakit kronis akibat terlalu lama menjomblo.
"Gagal mop on, atau gimana ...?"
"Eh, sorry. enggak ada tuh dikamus Davina Deolina gagal move on," cibir Davina malas.
"Iya dongs. Putus. Cari lagi!" celah salah satu teman lainnya lalu keduanya bertos ria.
"Yoi. Sob!"
Davina itu paling rendah diantara mereka bertiga. Ralat --bukan rendah hati. Melainkan down glowing.
Jauh dari kata Glow up.
Jika ketiga temannya Glow up. Davina kebalikannya. Down glow.
Not shine.
Tetapi penghargaan untuk Davina, ialah mempunyai mantan terbanyak dari ketiga temannya itu.
"Jangan ngajarin anak orang jadi fak girls dongs." Bilqis --paling enggeh diantara itu ikut berkomentar.
Akhirnya, salah satu temanya juga membelah Davina.
"I dont like you." Kirana pun berujar diikuti dengan nada lagu.
Diikuti dengan Bella juga menyanyikan sebuah lirik lagu. "I want to be fakboi."
"Itu kan mantan Davina ke --" Salah satu dari mereka menepuk bahu Davina refleks.
Ditengah topik mereka, seorang pria tak asing memasuki kantin mengandeng salah satu cewek. Bagi squad, pertemanan Devina --Lelaki itu, salah satu spesies cowok fuked boys yang hobbi berganti cewek random dengan wajah pas-pasan di bawah rata-rata.
Disini lah virus habitat perkumpulan para cewek.
Ada topik, ada pula pembahasan.
Ghibah pun berjalan lancar.
Belum apa-apa perkataan Bella sudah dipotong oleh Kirana, "Nata de choco?" Bella mengangguk.
Gadis itu belum juga paham hingga nama 'Nata' membuat Davina sontak mendongak ke arah objek yang ditunjuk Bella.
Lelaki yang diketahuinya bernama Nata alias Ananta kini sedang mengandeng seorang cewek yang diyakini merupakan target pacar lelaki itu.
Lagi-lagi Davina dibuat kesal.
Bukan karena cemburu. Tetapi cewek itu malah seolah dibuat-buat menunjukan kepadanya kalau seorang pria yang didekatnya kini ialah pacarnya.
Melainkan mantan Davina.
Cewek itu juga akibat alasan Nata dan Davina putus waktu itu.
Untung saja Davina dengan cepat melupakan sosok mantan.
"Haredang.. Haredang.. Panas panas panasss..." alih-alih Bella mencairkan suasana dengan nyanyian.
Gadis itu pula mempraktekannya mengunakan pulpen kipas. "Panas panas dan haredang..."
"Nata tuh udah berapa kali ganti cewek," cibir Bilqis menyengir.
Mereka berempat pun terdiam sejenak namun fokusnya mengarah ke dua orang itu yang kini memasuki area kantin.
"Raihne koyok areng panci ngunu, Mas," cibir Kirana mendapat tawaan dari ketiga temannya. (Wajahnya seperti bahan bakar panci gitu, Mas.)
Meski Kirana, gadis blasteran Korea-Indo, gadis itu lebih cenderung ke Suroboyo-an. Karena gadis itu telah terbiasa dengan ala khas Surabaya.
"Lambehmu, cah." Bella pun ikut tertawa iku menegur Kirana. (Mulutnya..).
Dengan cepat, Kirana menutup mulutnya. "Oops!"
Yang mereka bicarakan kini sekilas menatap Davina.
Davina pun menatap gadis itu sinis.
Lagi-lagi gadis itu kini menunjukan seolah Nata sedang membujuknya, tak lupa Nata mengelus salah satu tangan cewek tukang pamer itu.
Davina malah menyengir. Dalam hati Davina mencibir dengan sebutan 'cewek tukang pamer'.
Namanya Sasi namun kerap dipangil Saaaaaaasi.
Bukan hanya cewek tukang pamer, tapi cewek itu selalu menganggu waktunya bersama Nata saat mereka pacaran dulu.
Jika jailangkung, datang tak diundang, pulang minta dibopong. Jika bagi Sasi, datang tak diundang, pulang minta bareng.
Itulah Sashi.
Jika keberadaan ditengah orang berpacaran itu namanya setan, tetapi gadis itu tak merasa demikian, begitu juga dengan ala-ala sebutan kacang. Adanya Sasi malah mencari perhatian Nata. Jadi lebih tepatnya Davina-lah paling cocok bagi sebutan 'Kacang.'
Sampai akhirnya, Nata mengakhiri hubungan sepihak.
Davina setidaknya bersyukur akan hal itu, dapat berjauhan dengan cewek tukang pamer itu.
"Makan tuh, bekas," gumam Davina tidak sengaja saat memperlihatkan Nata memutar kepala cewek itu kasar.
Karena fokusnya teralihkan. Nata memang tipe orang yang selalu ingin diprioritaskan, begitu juga atensi lawan bicaranya tak boleh ke lain arah.
Tak lupa Nata menjitak kepala gadis itu.
Davina tak bisa menahan tawanya. Ia langsung berbalik arah fokus ke tempat ia berada sebelum diketahui oleh Nata maupun cewek nya.
***
Aᴋᴜ ɴʏᴏʙᴀ ʙᴜᴀᴛ ʙᴏᴏᴍᴀʀᴋ, ᴡᴋᴡᴋ
ᴊᴀᴅɪɴʏᴀ ɢɪᴛᴜ😹 ɢɪᴍᴀɴᴀ ɢɪᴛᴜ😭
20-10-20
ga nyadar klo hari cantik
🐙
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro