Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 02

    Seulgi memasuki sebuah kedai kopi yang berada tidak jauh dari kantor malam itu. Pandangannya memandang ke sekeliling hingga ia menemukan punggung yang tampak tak asing lagi baginya. Seulgi lantas menghampiri Taehwa yang memang sudah membuat janji sebelumnya, dan meski sebelumnya Taehwa mengajak Seulgi untuk makan malam, pada akhirnya mereka hanya akan minum kopi bersama sembari berbincang-bincang.

    "Sudah lama menunggu?" tegur Seulgi yang segera menempati tempat duduk yang berseberangan dengan Taehwa.

    "Sangat lama," celetuk Taehwa yang tak di anggap oleh Seulgi. "Kau dari mana saja?"

    "Kau masih ingat dengan Sooyoung?"

    "Sepupumu?"

    Seulgi mengangguk. "Hari ini dia menjalani persalinan di Rumah Sakit, aku datang sebentar untuk melihat."

    "Lalu kapan giliranmu?"

    Seulgi hampir tersedak ludahnya sendiri ketika perkataan itu keluar dengan seulas senyum. Wanita muda itu lantas memalingkan wajahnya tanpa minat lalu bergumam, "kau selalu merusak suasana."

    Seulgi dengan cepat kembali memandang Taehwa. "Apakah kita hanya akan berbicara dengan di temani meja kosong?"

    "Aku sudah memesan, sebentar lagi pasti akan datang."

    Seperti perkataan Taehwa, tak butuh waktu lama hingga seorang pelayan datang dan membawakan dua cangkir kopi yang sebelumnya di pesan oleh Taehwa. Seulgi langsung mengambil sendok kecil di samping cangkir dan mengaduk kopinya tanpa harus repot-repot mengagumi karya seni yang di hasilkan oleh para Barista di belakang meja itu.

    "Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" Seulgi menyesap kopinya sebelum mendengarkan keluh kesah dari sahabat lamanya itu.

    "Tidak ada."

    "Tidak ada?"

    "Mungkin sedikit keluhan," ralat Taehwa.

    "Katakan." Seulgi menaruh perhatiannya sepenuhnya pada wajah tenang Taehwa yang terlihat sedikit gelisah malam itu.

    "Kapan kau akan bicara?"

    "Kenapa wanita begitu sulit untuk di pahami?"

    Sebelah alis Seulgi terangkat. "Kau bertengkar dengan kak Joohyun?"

    "Tidak."

    "Lalu?"

    "Aku hanya sedikit bingung."

    "Katakan dan jangan berbelit-belit." Seulgi mulai tampak serius, berbeda jauh dengan sikap Taehwa yang masih tetap tenang.

    Taehwa lantas menyampaikan keluh kesahnya yang cukup memberatkan pikirannya akhir-akhir ini. "Mungkin hanya perasaanku saja. Tapi ... sepertinya Joohyun berubah terlalu banyak."

    "Berubah dalam artian apa?"

    "Akhir-akhir ini dia sering pulang dan bepergian ke luar kota."

    "Hanya itu?"

    "Dia ... terkesan tidak peduli dan seperti sedang menghindariku."

    "Bukankah tadi pagi kak Joohyun mengunjungimu?"

    "Dia hanya akan bicara padaku jika ada perlu. Selebihnya ..." Taehwa tak mampu melanjutkan perkataannya dan hanya mengendikkan bahunya.

    "Apa kak Joohyun hamil lagi?"

    Taehwa tersenyum tak percaya dan mengambil secangkir kopi di hadapannya. Mengurangi satu tegukan kecil dan mengembalikan kopi tersebut ke atas meja.

    "Apanya yang lucu? Aku sedang serius."

    "Jika dia sedang hamil, dengan siapa dia hamil?"

    Dahi Seulgi mengernyit. "Apa maksudmu?"

    "Aku tidak pernah menyentuhnya lebih dari empat bulan."

    Netra Seulgi membulat tak percaya. "Apa yang baru saja kau katakan?"

    "Itulah sebabnya aku mengatakan bahwa dia berubah terlalu banyak. Sebelumnya dia adalah wanita yang sangat perhatian ... tapi akhir-akhir ini, dia terlihat sangat berbeda. Dia hanya akan sibuk dengan ponselnya dan melupakan semua hal di sekitarnya ... aku pikir aku sudah berbuat kesalahan, tapi setelah kupikirkan kembali. Sikap yang dia tunjukkan adalah sikap seseorang yang merasa bosan."

    "Kau berpikir bahwa kak Joohyun merasa bosan padamu?"

    "Aku tidak tahu isi hatinya ... bagaimana aku bisa menyimpulkan hal itu?"

    "Inilah kebodohanmu yang sama sekali tidak kau perbaiki ..." Suara Seulgi sedikit mengeras, namun tak bermaksud untuk meninggikan nada bicaranya. "Kau suaminya ... kau berhak menegurnya, tidak! Kau harus menegurnya, bukannya membiarkan masalah ini berlarut-larut."

    Seperti itulah Kang Seulgi. Dia yang mencintai Kim Taehwa terlebih dulu, namun dialah orang pertama yang akan memberikan solusi untuk permasalahan keluarga Taehwa seakan-akan ia yang sama sekali tidak merasa sakit hati ketika Taehwa mencampakannya dan menikahi gadis lain.

    "Sudah mencoba untuk bicara?"

    "Aku pikir ini lebih baik."

    "Di mana hal baiknya, Kim Taehwa ... Ya! Berapa tahun kalian bersama? Jangan bertingkah seperti anak remaja yang sedang dalam masa pubertas ... jika kau merasa ada hal yang salah, kau harus membicarakannya baik-baik, bukannya berdiam diri seperti ini."

    Taehwa menarik sudut bibirnya sedikit lebih lebar dari sebelumnya dan memancing kekesalan di wajah Seulgi.

    "Aku serius!"

    "Aku penasaran padamu."

    Garis wajah Seulgi menunjukkan keheranan. "Apa maksudmu?"

    "Kau selalu membicarakan hubunganku dan Joohyun dengan begitu mudah ... apa kau tidak merasakan sakit di dalam hatimu?"

    Seulgi sempat tertegun ketika pertanyaan bodoh itu di lontarkan oleh Taehwa. Tak perlu bertanya, seharusnya Taehwa tahu betapa sakitnya hati wanita di hadapannya itu ketika harus kembali mengenang masa kebersamaan mereka yang hanya di gunakan sebagai pemanis dari kisah cintanya dan Joohyun yang sebenarnya.

    "Jangan membahasnya lagi," ucap Seulgi tanpa minat, mencoba melarikan diri dari pembicaraan yang mungkin akan memojokkannya.

    Taehwa sedikit mencondongkan tubuhnya, meraih punggung tangan Seulgi mendekat lalu menggenggamnya.

    "Apa lagi ini?"

    "Ini mungkin yang terakhir. Aku mohon, kali ini terimalah Im Jaebum."

    Taehwa memang tahu cara terbaik untuk merusak suasana hati Seulgi. Bagaimana tidak. Sudah berkali-kali Taehwa menjodohkan Seulgi dengan rekan bisninya, dan tentu saja Taehwa memilihkan yang terbaik untuk wanita itu meski dari semua kandidat yang ia tawarkan sebelumnya di tolak mentah-mentah oleh wanita itu.

    "Berhenti melakukan hal ini ... memangnya apa untungnya kau melakukan semua ini? Kau tidak akan mendapatkan apapun?"

    "Ketenangan," sahut Taehwa. "Aku akan mendapatkan ketenangan setelah melihatmu menikah ... dengarkan aku baik-baik. Jaebum adalah yang terbaik dari orang-orang yang pernah kukenalkan padamu ... kau akan bahagia jika menikah dengannya."

    Seulgi menarik tangannya dan berucap, "aku tidak akan pernah menikah dengan orang asing."

     Seulas senyum kembali terlihat di wajah Taehwa. "Aku akan memintanya untuk menjemputmu di sini." Taehwa mengeluarkan ponselnya dan menghubungi pria bernama Im Jaebum tersebut.

    Netra Seulgi membulat. "Ya! Jangan macam-macam, kau kira aku semudah itu!"

    "Im Jaebum adalah pria terhormat, aku kenal baik siapa dia."

    "Tetap saja ... jangan menghubunginya!"

    "Aku sudah terhubung, kau diam sebentar."

    Seulgi mendengus sebal dengan perasaan gelisah yang tiba-tiba menghampirinya.

    "Jaebum ... kau sibuk?"

    Seulgi kembali menyesap kopinya tanpa melepas pandangannya dari Taehwa. Satu-satunya alasan kenapa ia tidak juga menikah hingga detik ini adalah karena rasanya masih begitu berat untuk melepaskan pria di hadapannya itu. Namun setelah di pikirkan kembali, Seulgi merasa menjadi wanita paling bodoh karena masih mengharapkan Taehwa. Haruskah ia membuka hati untuk pria lain sekarang?

    "Aku akan meninggalkannya di sini, jangan terlalu lama."

    Sambungan terputus. Taehwa mempertemukan pandangannya dengan Seulgi dan berucap, "kau tunggu di sini, aku harus pulang sekarang."

    "Segera berbaiklah dengan kak Joohyun."

    "Kami tidak bertengkar, aku tunggu kabar baik dari kalian. Terima kasih atas waktumu hari ini, Teman."

    Taehwa pergi dan tatapan miris itu mengikuti langkahnya. Seulgi bergumam ketika Taehwa ke luar dari kedai, "teman, ya?" Wanita itu melebarkan senyumnya. Kembali merasa menjadi wanita paling bodoh.

Selesai di tulis : 30.04.2020
Di publikasikan : 01.05.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro