Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

HI, BYE PAPA : CHAPTER 17 [DREAME/INNOVEL]

"Rising Moon?" Tae Hwa terlihat tak percaya sekaligus bingung setelah mengetahui alasan yang sebenarnya kenapa dia mendapatkan surat penahanan dari Kejaksaan.

"Tunggu sebentar, aku pikir telah terjadi kesalahpahaman di sini."

Petugas Kejaksaan yang duduk berhadapan dengan Tae Hwa di ruang interogasi tersebut berucap, "penggelapan pajak serta pencucian uang. Kau menyangkal kedua tuduhan itu?"

"Itu tidak masuk akal, aku selalu membayar pajak dengan rutin. Dan aku tegaskan bahwa aku tidak terlibat hubungan apapun dengan Rising Moon. Mohon selidiki lagi."

"Kau berhak memilih. Ingin melanjutkan interogasi tanpa pendamping atau tunggu pengacaramu."

"Aku akan menyelesaikannya sendiri," ucap Tae Hwa tanpa pikir panjang.

"Baiklah jika itu yang kau mau ... kau mengatakan bahwa kau tidak berhubungan dengan Rising Moon?"

"Benar."

Pria itu lantas menaruh beberapa foto di atas meja dan menunjukkan setiap foto tersebut pada Tae Hwa sembari berucap, "Jung Jae Hyun, salah satu pemegang saham terbesar Rising Moon. Bulan lalu kalian bertemu di The Shilla Seoul Hotel. Apakah ini juga salah?"

Tae Hwa menatap tak percaya, bisa-bisanya dia terlibat dalam masalah itu. Tetap bersikap tenang, Tae Hwa tak ingin terlalu memaksa karena hal itu justru akan membuatnya dijadikan sebagai tersangka.

"Aku tidak tahu menahu tentang kasus Rising Moon yang kalian selidiki. Tapi pertemuanku dengan Jung Jae Hyun bukanlah pertemuan bisnis."

"Maksudmu? Tolong jelaskan lebih detail."

"Aku dan Jun Jae Hyun berada di sekolah yang sama saat SMA. Dan malam itu kami bertemu sebagai teman lama tanpa ada pembahasan bisnis. Aku juga tidak lama berada di sana."

"Menurut laporan, kau dan Jung Jae Hyun melakukan perjalanan bersama ke pulau Jeju."

"Kami menghadiri acara reuni sekolah, dan perlu kalian ketahui bahwa kami tidak berencana untuk melakukan perjalanan bersama. Jaksa Park Soon Young, jika kau ingin memastikan apa yang terjadi di pulau Jeju saat itu, tanyakan padanya. Dia adalah teman satu angkatanku."

Pria itu sejenak mempertimbangkan sesuatu sebelum menaruh sebuah berkas di hadapan Tae Hwa. "Kau bisa menjelaskan hal ini?"

Tae Hwa membuka berkas itu dan batinnya tersentak ketika mendapati bahwa berkas tersebut adalah berkas perjanjian yang diberikan oleh Seul Gi waktu itu.

"Kau masih ingin menyangkal, Presdir Kim?"

Tae Hwa menutup kembali berkas itu dan memandang pria di hadapannya. "Beberapa bulan terakhir Direktur Shin Dae Woong memang memintaku bergabung dengan Rising Moon, tapi aku tidak pernah tertarik untuk bergabung."

"Sepertinya hubungan kalian cukup dekat."

"Tidak. Kami bahkan tidak mengenal satu sama lain dengan baik. Direktur Shin Dae Woong adalah teman mendiang ayahku, jadi wajar jika aku memberikan sambutan saat dia mengulurkan tangan ... tapi sekali lagi aku tegaskan bahwa aku tidak terlibat hubungan bisnis dengan semua orang yang berhubungan dengan Rising Moon.

"Mari kita tunggu sampai proses penyidikan selesai. Untuk sementara waktu, Presdir Kim akan tetap berada di sini."

Tae Hwa menghela napas pasrah dan pria itu lantas meninggalkannya. Di luar gedung, Seul Gi datang dan segera menghampiri Pengacara Park yang sudah menunggu di bawah tangga.

"Nona Bae," tegur Pengacara Park.

"Kita masuk sekarang," ujar Seul Gi, terlalu terburu-buru untuk sekedar berbasa-basi.

Setelah mendapatkan izin, keduanya lantas menemui Tae Hwa di ruang interogasi dan tentunya terdapat satu orang yang mengawasi mereka.

"Presdir," tegur Seul Gi begitu memasuki ruangan.

Tae Hwa hanya sekilas memandang dan membiarkan kedua orang itu duduk berseberangan dengannya.

Seul Gi lantas menegur dengan nada bicara yang khawatir, "apa yang Presdir lakukan? Sudah kukatakan jangan menandatangani apapun yang berhubungan dengan Rising Moon."

"Kaulah yang memberikan berkas itu padaku. Aku juga sudah menyuruhmu untuk membuangnya malam itu," terucap dengan tenang, Tae Hwa tak bermaksud menyalahkan siapapun.

"Apa Presdir menandatangani berkas itu?"

"Tentu saja tidak, aku sudah mengatakan bahwa aku tidak tertarik dengan mereka."

Pengacara Park menengahi, "Presdir tenang saja, secepatnya aku akan mengeluarkan Presdir dari tempat ini."

Tae Hwa tersenyum tipis sebelum kembali menjatuhkan pandangannya pada Seul Gi. "Sekretaris Bae, kembalilah ke kantor dan buatlah laporan keuangan perusahaan dan rekening pribadiku. Jangan lupa sertakan bukti pembayaran pajak."

"Mereka mungkin sudah membawa laporan keuangan perusahaan," gumam Seul Gi.

"Kau menyimpan semua jadwalku beberapa bulan terakhir?"

Seul Gi mengangguk.

"Bawa itu kemari. Dan mampirlah ke rumahku."

"Untuk apa?"

"Pastikan keadaan Chang Kyun. Joo Hyeon masih berada di Gapyeong, pastikan anak itu baik-baik saja."

"Aku mengerti. Pengacar Park, aku serahkan di sini padamu."

"Percayakan padaku."

Seul Gi lantas meninggalkan ruangan itu, bergegas menuju pintu keluar sembari menggerutu. "Apa-apaan ini? Jika seperti ini, mana bisa aku membuat pesta?"

Saat itu pandangan Seul Gi menangkap sosok Soon Young yang berjalan ke arahnya. Dia kemudian berucap cukup lantang, "Ya! Park Soon Young! Kau sudah bosan hidup?!"

"Y-ya! Kenapa kau berteriak di gedung Kejaksaan?" Soon Young kemudian menggerutu, "dia pikir ini rumahnya."

Hanya dalam hitungan detik keduanya saling berhadapan dan Seuk Gi sudah siap untuk melampiaskan kekesalannya.

"Apa-apaan ini?"

"Apa yang kau bicarakan?"

"Kenapa Tae Hwa juga dilibatkan dalam kasus Rising Moon?"

Soon Young tampak gugup. "T-tidak tahu ... aku, kan sudah mengatakan bahwa itu bukanlah kasus yang kutangani."

"Tapi seharusnya kau mengatakan padaku saat kita berada di pulau Jeju."

"Aku benar-benar tidak tahu. Aku baru tahu tadi pagi jika nama Tae Hwa masuk ke dalam daftar hitam."

"Daftar hitam? Ya! Kau tahu Tae Hwa seperti apa?" ucapan Seul Gi yang terlalu menuntut itu membuat Soon Young menjadi serba salah.

"Mau bagaimana lagi? Meskipun kita dekat dengan tersangka, hukum akan tetap berjalan."

"Siapa yang kau sebut sebagai tersangka."

"Tidak ... bukan itu maksudku ... kemarilah."

Soon Young menarik Seul Gi agar mendekat padanya, dan setelahnya dia berbicara dengan suara yang berbisik, "lebih baik kau segera mencari cara agar Tae Hwa keluar dari sini secepat mungkin."

"Kenapa? Ada apa?"

"Dengarkan aku baik-baik. Dalam kasus semacam ini akan ada orang yang dijadikan kambing hitam, seperti yang aku katakan padamu waktu itu ... jika kau tidak ingin terjadi hal yang buruk pada Tae Hwa, sebaiknya kau segera mencari cara untuk mengeluarkannya dari ini."

"Aku tahu, aku titip Tae Hwa padamu."

Seul Gi lantas pergi setelah membuat kebingungan di wajah Soon Young.

"Aku? Kenapa?" Soon Young lantas memandang Seul Gi dan berucap dengan lantang, "Ya! Kau sudah sinting! Untuk apa aku harus mengurusi Tae Hwa? Ya! Bae Seul Gi!"

HI, BYE PAPA

Menjelang siang hari, Joo Hyeon tampak berdiri di tepi danau. Hari ini semua orang akan kembali ke Seoul, dan satu persatu dari mereka sudah pergi lebih dulu. Sejak pagi Joo Hyeon kehilangan ponselnya, itulah sebabnya ia belum mengetahui keadaan Tae Hwa saat ini.

"Kau sedang memikirkan sesuatu?" teguran itu berhasil menyentak batin Joo Hyeon.

Joo Hyeon segera menoleh ke samping dan mendapati Won Shik yang datang menghampirinya. Dia kemudian bergumam, "kau mengagetkanku."

"Maaf," sahut Won Shik dengan seulas senyum di wajahnya. Pria itu lantas menyodorkan ponsel milik Joo Hyeon sembari berucap, "tertinggal di kamarku?"

"Oh!" Joo Hyeon menerima ponsel miliknya. "Terima kasih," terkesan canggung, Joo Hyeon lantas mengalihkan pandangannya ke permukaan danau.

"Maaf," ucap Won Shik kemudian yang turut memandang ke permukaan danau.

"Tolong jangan dibahas lagi, aku akan kembali ke Seoul sekarang."

Joo Hyeon hendak pergi seakan tengah ingin melarikan diri, namun saat itu Won Shik segera menahan pergelangan tangan wanita itu.

"Semalam itu, bukanlah kesalahan."

Joo Hyeon terlihat sangat gugup dan tak berani untuk berbalik. Dia kemudian berucap, "apa yang kau bicarakan?"

"Kau tahu apa yang aku maksud."

Joo Hyeon menarik tangannya hingga terlepas dari tangan Won Shik. Wanita itu merasa sangat bersalah terhadap keluarganya ketika semalam ia harus berakhir tidur dengan Won Shik, dan yang lebih gilanya lagi mereka melakukan hal itu dengan suka rela tanpa ada pihak yang memaksa.

"Tolong jangan dibahas lagi, lupakan saja. Kita memiliki keluarga yang harus kita jaga."

"Benarkah itu yang kau inginkan? Kau bahagia ... hidup bersama laki-laki yang tidak kau cintai?"

"Cukup, Won Shik. Anggap semalam tidak pernah terjadi."

"Aku menolak."

Joo Hyeon segera berbalik dan memandang Joo Hyeon dengan kemarahan yang tertahan.

Won Shik kembali berucap, "sejujurnya, aku tidak pernah lagi bahagia sebelum aku kembali bertemu denganmu."

"Kita sudah melewati batas. Kita sama-sama sudah berkeluarga, akan lebih baik jika kita saling menjaga jarak setelah ini."

"Putra kita sudah besar, tidak akan sulit untuk membuat mereka mengerti. Tidak, aku tidak membutuhkan pengakuan dari siapapun ..." Won Shik mendekati Joo Hyeon.

"Jangan mendekat."

Won Shik berhenti tepat di hadapan Joo Hyeon. "Aku tidak peduli meski kau menyandang status sebagai istri Kim Tae Hwa. Aku tidak membutuhkan status ... tidakkah kau berpikir untuk menebus kesalahan yang pernah kau perbuat padaku?"

"Aku tidak mau mendengarnya."

"Kau tahu betapa sulitnya keadaan waktu itu. Satu-satunya hal yang dulu kusesali adalah tidak bisa memelukmu di saat-saat terakhir, tapi sekarang aku akan mengubahnya ... hal yang paling kusesali adalah, kenapa dulu aku membiarkanmu pergi."

"Masa itu sudah berlalu."

"Benar. Dan mungkin perasaanmu padaku juga sudah menghilang. Aku belum siap terluka untuk yang ke dua kalinya, tapi ..." Won Shik tersenyum. "... jujurlah padaku, Kang Joo Hyeon."

"Apa?"

"Perasaan itu masih sama seperti dulu. Apakah aku salah?"

Joo Hyeon mengalihkan pandangannya dan tak sengaja membiarkan air mata keluar dari sudut matanya. Sejenak menghela napas dengan berat, Joo Hyeon kembali memandang Won Shik.

"Tidak, perasaanku sudah berbeda. Setelah bertahun-tahun, kau pikir aku akan tetap mencintai pria yang sama? Aku sudah memiliki Tae Hwa, dia adalah pria yang sangat sempurna."

"Aku mendengarnya dengan jelas. Semalam—"

"Sudahlah, lebih baik mulai sekarang kita tidak bertemu lagi.

"Semalam kau mengatakan padaku bahwa kau masih mencintaiku. Apakah kau sedang mempermainkanku?"

Joo Hyeon tertegun, tiba-tiba kehilangan kata-kata untuk diucapkan. Dan pembicaraan mereka terinterupsi oleh ponsel Joo Hyeon yang bergetar. Joo Hyeon segera melihat layar ponselnya dan buru-buru menghapus air matanya sebelum menerima panggilan dari Chang Kyun.

"Chang Kyun, ada apa? Kenapa kau menghubungi ibu?" tegur Joo Hyeon, berusaha untuk berbicara dengan normal.

"Ibu kapan akan pulang?"

"Kenapa? Apa terjadi sesuatu?"

"Ayah dibawa oleh orang-orang dari Kejaksaan."

"Apa?" Joo Hyeon tampak terkejut, namun lebih terkejut ketika Won Shik tiba-tiba merampas ponselnya dan langsung membuangnya ke danau.

"Apa yang kau lakukan?" ucap Joo Hyeon dengan nada menuntut.

"Kim Tae Hwa diperiksa oleh Kejaksaan terkait kasus penggelepan pajak serta pencucian uang yang melibatkan klub malam Rising Moon."

Joo Hyeon terperangah. "Kau sudah tahu tapi tidak memberitahukannya padaku? Apa yang sebenarnya sedang kau pikirkan."

Tampak marah, Joo Hyeon lantas meninggalkan Won Shik yang kemudian mengejarnya. Tak begitu jauh dari tempat sebelumnya, Won Shik berhasil meraih tangan Joo Hyeon dan membalik wanita itu untuk berhadapan dengannya.

"Aku harus kembali."

"Biarkan Tae Hwa, dia bisa mengatasi masalah ini sendirian."

"Won Shik, waktu kita sudah berakhir."

"Aku tidak mau," Won Shik mengusap air mata di wajah Joo Hyeon. "Aku tidak ingin menyerah untuk ke dua kalinya."

"Tapi aku sudah menikah."

"Tapi apakah kau mencintai Tae Hwa?"

Joo Hyeon mengatuprapatkan mulutnya. Dan hal yang tidak terduga tiba-tiba terjadi. Won Shik tiba-tiba mendorong Joo Hyeon hingga wanita itu jatuh ke danau. Tampak kemarahan sekaligus kesedihan dalam tatapan mata di balik kaca mata itu.

Note : Untuk saat ini masih menyoroti konflik orang dewasa.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro