Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Prolog

***

Berapa banyak kehancuran yang telah kau alami hingga detik ini? Dan berapa banyak juga, kau kembali utuh dari kehancuran itu?

Apakah seimbang? Atau justru, salah satunya yang mendominasi?

Kita semua tahu, bahwa hidup itu selalu dianggap seperti roda yang berputar. Dan roda tersebut terus bergerak tanpa bisa menemukan sebuah ujung. Dan kita tahu, maksud dari perumpamaan itu. Terkadang kita berada di atas. Dipuncak kejayaan yang tak pernah terbayangkan. Dan bisa saja, dalam sekejap, kejayaan itu musnah saat Kami-sama telah memutuskan kita untuk 'jatuh'.

Berapa lama kita harus mengalami itu? Siapa yang tahu.

Tapi yang pasti, begitulah siklus hidup manusia di dunia.

Lalu pertanyaannya adalah, apakah mereka yang telah jatuh—atau hancur—dan bangkit berkali-kali, telah memiliki mental yang kuat dalam hidupnya? Mungkin ya. Mungkin juga tidak.

Tapi Yuuna, bukanlah salah satunya.

Dirinya sudah muak dengan jalur hidup itu. Jatuh, bangkit, jatuh, bangkit. Jatuh lagi, dan bangkit lagi. Seperti itu terus selama bertahun-tahun. Dan Yuuna sudah muak. Wanita itu sudah menyerah dengan kehidupannya tersebut.

Karena itulah, ia memutuskan untuk mengakhirinya saja. Karena bagi wanita itu, ini sudah terlalu memuakkan. Rasanya, Kami-sama seperti sedang mempermainkan takdirnya.

'Jadi kenapa? Kenapa ... wanita ini menghalangiku?'

Detik-detik menegangkan dimana tubuh Yuuna telah siap dihantam oleh sebuah mobil, seseorang datang mendorongnya dari tengah jalan dengan kuat. Cukup untuk melemparkan tubuh mereka berdua ke pinggir trotoar.

Yuuna terdiam menatap wanita yang mendorongnya. Surai cokelat yang tergerai, tampak jatuh dan sedikit menghalangi wajahnya kala wanita asing itu menunduk memandang diri Yuuna yang berada di bawahnya. Iris hijaunya jelas tertuju seutuhnya kepada Yuuna.

"Apa-apaan kau?" Wanita bermata hijau itu berucap lebih dulu. Nadanya kesal, tapi juga bercampur khawatir. "Apa kau tak dengar klakson mobil itu?"

Yuuna membisu. Mata cokelatnya tampak kosong, dan pikirannya terlalu malas untuk berdebat bodoh dengan si wanita asing.

Dirinya benar-benar sudah lelah. Yuuna ingin beristirahat dengan tenang.

"Bukan urusanmu," Yuuna akhirnya berujar. Membalas si wanita dengan cibiran beracun.

Wanita di atasnya terdiam. Mata hijau itu, kini memandang Yuuna penuh selidik.

"Ah, aku tahu," ujar wanita itu dengan logat jepang yang terasa kaku. Tapi pelafalannya sudah tergolong bagus. "Aku kenal mata itu. Aku pernah melihatnya."

Kali ini, ucapan tersebut mampu membawa sorot kehidupan kembali ke tatapan Yuuna.

Benarkah? Wanita ini tahu siapa dirinya?

"Jadi, bersyukurlah kau karena aku yang menolongmu." Tambah wanita berambut cokelat itu lagi.

'Apa-apaan ... wanita ini?' Batin Yuuna tak habis pikir.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro