Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

9 || Berdua

Ada yang kangen gak?
Harus kangen pokoknya *maksa*

[Author POV]

Setelah sekian jam menempuh gunung melewati lembah hingga menembus samudra, akhirnya tiba juga waktu yang paling diidam-idamkan oleh tiap murid. Yap, jam istirahat. Sudut sekolah yang awalnya senyap seketika berubah bising dan pengap dalam sekejap detik.

Brak!

"SAMLEKOM MAMANG!"

(Name) dan beberapa murid kelas yang masih menetap di dalam seketika terlonjak kaget hingga menoleh, "Salam yang bener, mulut lo kek gak pernah disekolahin," Ketus Shirabu yang baru saja akan keluar dari kelasnya.

"Hehe, maaf bang," Cowok berbadan mungil itu cengengesan. Shirabu hanya mendengus dan berlalu dari tempat awalnya.

"*Nyuwun sewu, mbak (Name)-nya ada?" Sesosok cowok bersurai hitam jelaga tiba-tiba muncul dari belakang cowok pendek yang baru saja datang itu.

Yang merasa dipanggil pun mendongak, "Ya, kalian nyari gue?" (Name) menyahut yang dibalas anggukan oleh dua cowok itu.

Keduanya mendekat ke mejanya. "Ini kak, kelas gue ngumpulin proposal buat perform besok." (Name) mengangguk.

"Nama sama kelas kalian?"

Cowok tinggi berambut hitam itu buka suara, "Aku Kageyama, kalo yang pendek ini namanya Hinata. Kita dari kelas 1 IPA 3," Ujarnya dengan nada medok Jawanya.

Selang beberapa detik, muncul lagi makhluk antah berantah yang menghampiri kelas (Name). "HOLA, SPADAAA!" Muncullah figur cowok berbadan tinggi melebihi pintu itu sendiri bersama sesosok cewek yang lebih pendek darinya.

"Astaga, Lev suara lo kek toa anjir," Cewek itu menegur bersamaan dengan (Name) yang memanggil. "Kalau mau ngumpulin proposal langsung masuk aja, dek."

"Ini kak, proposal kelas 1 IPA 2. Btw kak, tahu solasi yang paling lengket gak? Mau beli buat lakban mulut ni orang," Ujarnya sambil menatap sinis Lev di sampingnya. 

"Sshht, Sasha bumbu ayam goreng gak usah bawel deh. Gue cipok juga lo lama-lama," Ucap Lev  sambil mendekatkan kepalanya dengan Sasha. Spontan, cewek itu menjauh dan bergidik ngeri.

Hinata mencibir pelan, "Sok-sokan nyipok cewek padahal biasanya juga nyipok burung bapak lo." 

Lev menepuk pelan pundak Hinata. "Jangan hina burungku, paman! Masih mending Jamal lucu daripada lo." Keduanya saling menatap sinis seolah-olah bermusuhan.

"Tiang!"

"Cebol!"

"Tiang!"

"Cebol!"

"Tiaaang!"

"Ceboool!"

"Kageyama!" Seru Kageyama menunjuk dirinya sendiri dengan tampang polosnya. Kedua insan yang sedari tadi beradu mulut itu sekejap diam dan memandang aneh cowok bersurai hitam itu. "Titisan spongebob memang beda."

Sedangkan (Name) hanya menatap datar adik kelasnya itu. "Udah selesai? Soalnya gue mau ke kantin." Ucapnya yang membuat mereka berpamitan dan pergi entah kemana.

(Name) membuang napas pelan. "Gini amat punya adkel."

*****

Menjelang hari acara membuat para panitia semakin gencar-gencarnya mempersiapkan acara. Namun, bukan SMA Hayuuk namanya kalau gak rusuh. Makhluk penghuninya yang seperti titisan lucifer-lah pelakunya.

Cowok bermata sipit dengan seragam yang dikeluarkan itu, tengah berjalan melintasi lorong sekolah dan menggenggam kamera di tangannya. Bibirnya mengerucut mengemut permen milkita untuk mengembalikan moodnya yang memburuk karena Shirabu.

"Heran gue sama Shisenin, masi muda udah ngamuk-ngamuk mulu," Gerutu Suna. Garis alisnya tampak hampir menyatu, matanya yang sipit makin sipit hingga tak tampak bola matanya sebab kesal.

"TSUMU, GECE ANJING!"

"IYA BENTAR FUTA SAYANG!"

Suna mengedarkan pandangan ke sekitar dan mendapati Atsumu yang berlari terburu-buru dari segerombolan cewek ke arah kamar mandi. Begitupun Futakuchi yang berdecak kesal sambil mengatur tripodnya.

"Napa muka lo kucel amat? Ditolak Mai?" Suna menepuk pelan pundak Futakuchi. 

Cowok yang ditanyai menghembuskan napasnya pelan, "Temen lo tuh, tai bener. Pengen gue gaplok rasanya. Sekalian deh gue tendang masa depannya."

Suna sedikit bergidik ngeri mendengar ancaman cowok itu apalagi ketika membahas 'masa depan'. Suna memilih menjauh sedikit, berjaga-jaga daripada miliknya menjadi samsak pengganti untuk Futa. "Ya kalem jir."

Usai jam kepulangan sekolah, tim humas yang berisi Yachi dan dua iblis jamet lainnya berencana memulai syuting dan pemotretan untuk promosi acara senbud. Meski slenge'an, tampang Atsumu bisa dimanfaatkan untuk menarik perhatian publik.

"Kak, nih propertinya udah diambil barusan. Katanya harus udah dibalikin sebelum maghrib." Muncul sesosok cewek mungil datang membawa kardus besar di tangannya dan langsung meletakannya begitu ia berhenti.

"Sip, makasi Chi. Tinggal si jamet kuning mana nih? WOI TSUMU ASU!" Futa tersenyum sekilas pada Yachi lalu menggaungkan suaranya ke penjuru sekolah. 

Suna yang berada di sampingnya terlonjak kaget, "Santai bangsat," cowok itu mengusap-usap telinga lalu kedua iris matanya beralih pada Yachi, adik kelas mereka yang bertingkah sedikit aneh.

"Lo kenapa Chi?"

 Yachi menengadahkan kepala dengan muka pucat, "E-enggak papa kok kak," Sergah cewek itu cepat. "Tadi cuma agak mules aja habis makan seblak, hehe." Bohong, Yachi menutupi kenyataan bahwa dirinya sedang dilanda gugup karena berada di dekat kakak kelas.

Entahlah, alasan mengapa ia mau bergabung dengan panitia acara karena 'rayuan maut' (Name).

Suara decitan sepatu bernada tergesa-gesa mendekat ke arah mereka. "HALO, ADA YANG KANGEN TSUM-"

BUAK! "CEPETAN ANJENG, LAMA BENER! LO GANTI BAJU APA MANDI KEMBANG SIH!?" Kedatangan Tsumu langsung disambut dengan amarah Futa yang memuncak dan bonus berciuman dengan sandal swallow itu.

"Aduh, sakit cok!" Ujar Tsumu mengaduh sambil mengusap dahinya. Yachi yang melihat itu lantas bergidik ngeri dan berlari ke arah pohon. "Pohon, plis lindungin aku, kak Futa kalo marah kek maung."

Suna melerai di antara keduanya. "Udah, udah, kalem. Kalo mau lanjut gelut di kasur aja sana, sekalian bikinin gue ponakan." Bukannya membuat damai, cowok itu malah dihadiahi tepukan pramuka bersama sandal swallow dari dua orang, Tsumu dan Futa.

"Diem sat!" 

Suna terjatuh ke tanah dan tak bisa bangkit lagi. Untungnya kamera itu masih bisa ia selamatkan. Cowok itu mendelik kesal pada Tsumu dan Futa yang tertawa serta bertos ria setelah berhasil menyerang Suna.

Suna berdecih kesal lalu kembali menegakkan dirinya untuk berdiri, "Ayo cepetan jing, gue mau dokumentasi kalian," Titah Suna menyalakan kameranya.

Atsumu tersenyum jahil sambil merapikan jasnya yang sedikit kusut. Sungguh, Futa benar-benar ingin muntah melihat kesongongan cowok bersurai kuning jamet itu. Yachi berjalan mendekat ke Tsumu dan memberikan teks yang harus cowok itu baca, "Kak, ini teksnya-"

Namun Tsumu malah menempelkan jari telunjuknya pada bibir Yachi, "Shht, seorang lelaki sejati tidak membaca teks," Ucap Tsumu membuat cewek itu melongo. Bukan karena kagum melainkan mulai berpikir bahwa cowok di depannya adalah pasien RSJ yang kabur dari tempat ia seharusnya berada.

"Halah, drama mulu lo Tsum! Udah putus kontrak ye sama sinetron ikatan cintrong?" Cibir Futakuchi. 

Suna menimpali, "Cepetan anjeng! Gue udah diburu ma Shikalender nih!" Seru cowok sipit itu. Cowok bersurai coklat itu bersiap memberi aba-aba untuk Atsumu. 

"Ichi!"

"Ni!"

"San!"

"Nya arigatou!" Sahut Tsumu.

"Serius bangsat!"

Atsumu berdeham pelan dan memulai narasinya, "Halo adek-adek laknat sekalian! Bang Tsumu yang ganteng top markotop ini mau ngasi info nih kalau SMA Hayuuk lagi ngadain acara lho. Bukan acara pesta sabu tapi pagelaran seni budaya yang pastinya membagongkan!"

"Nah, apa sih keuntungannya? Nanti kalian bakal ketemu langsung sama artis-artis papan jebol seperti Lucinta Seblak, Jason No Botaq, Ahsiap Gledek, dan lain-lain. Dan jangan lupa, kalian juga bakal ketemu sama cowok ganteng sejagat raya alias Atsumu Mulyanto!" Lanjut cowok itu dengan percaya diri.

Cowok sipit itu mulai merekam sambil berbisik pada Futa, "Fut, ini gapapa apa narasinya ngaco gini?" Tanya Suna memastikan. Futakuchi hanya meringis pelan, "Udahlah, capek gue. Semerdeka dia aja udah," Ujar cowok itu terlihat tertekan.

Yachi memberi aba-aba bahwa Atsumu sudah harus menutup narasinya, cowok itu menangguk lalu kembali terfokus pada kamera. "Segitu dulu bacotan bang Tsumu kali ini. Kalau mau kepoin IG abang, bisa langsung ke atsumu_gantenk_no_jamet. Sampai babai di acara besok!"

"Cut!"

Atsumu bernapas lega lalu memamerkan dirinya yang berhasil syuting tanpa teks, "Ah, gue emang lelaki sejati idaman semua cewek," Ucapnya sambil menyugar rambutnya ke belakang.

"Halah, **cocotmu le," Gumam Suna sembari melihat hasil dokumentasinya. Ia tersenyum puas melihat hasil yang cukup bagus dari kameranya.

"(Name)! Lo yang ambil sampel konsumsi yaa!" 

Ketiga cowok itu menoleh dan melihat Mai yang tiba-tiba meneriaki (Name). Mereka baru sadar, bahwa cewek itu sedari tadi duduk di pinggir lapangan sambil mengawasi kegiatan mereka.

(Name) mendongak dan berteriak membalas Mai, "Gue gak bawa motor woi! HP gue mati!" Suna cukup terkejut, ternyata cewek itu juga bisa mengeluarkan suaranya sekeras TOA.

Mai menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu beralih menatap ketiga cowok yang baru saja selesai syuting itu. Sebuah ide cemerlang terlintas di otaknya. "Woi, Suna! Lo nganterin (Name) yak! Alamatnya tanya langsung aja sama dia!" Seru Mai dari lantai 2 lalu berlalu dari hadapan mereka semua.

(Name) menoleh ke arah Suna, begitu juga dengan cowok itu sehingga keduanya sempat bertukar pandang sejenak. "Hayuk, (Name). Mumpung belum keburu malem, sono Sun anterin kanjeng nyai. Awas aja sampe kenapa-kenapa," Ancam Futa menatap tajam Suna.

Cowok bermata sipit itu mendengus pelan, "Tsum, kunci motor gue mana?" Tanyanya pada Tsumu yang sedang mengunyah cilok yang entah dari mana. Nyolong punya Samu mungkin.

"Lah mana gue tahu, orang itu motor lo ngapain nanya gue."

"Lo tadi minjem motor gue ya bangsat, gue gibeng juga lo," Ucap Suna sedikit ngegas. Atsumu sontak merogoh kantung bajunya lalu menemukan kunci motor Suna di dalamnya.

"Oh iya, ini. Sori hehe." Atsumu berujar sambil melemparkan kunci motor itu pada pemiliknya. Suna dengan sigap menangkapnya lalu beralih meraih jaketnya yan tergeletak pada bangku yang diduduki (Name).

"Ayo."

*****

Mereka berdua telah sampai di parkiran. Suna dengan segera menaiki motornya dan menstarter benda itu agar menyala. Keduanya masih setia membisu sebab sama-sama enggan membuka obrolan.

"Tempatnya jauh gak?" Tanya Suna sambil memakai helm full face miliknya.

(Name) mengendikkan bahu. "Mayan sih, kurang lebih perjalanan 30 menit mungkin? Entar sambil gue arahin kok, santai aja."

Suna menangguk lalu mengambil helm yang bertengger di spion motor lain. "Nih, pake. Kalo lo jatuh, gue gak mau tanggung jawab ye," Ujar cowok itu sambil menyerahkan helm itu pada (Name).

"Sun, itu helm siapa? Lo mau nyolong?" 

"Ck, ini punya Futakuchi. Udah kalem, entar gue ijinin ke dia," Sergah Suna lalu (Name) tanpa berlama-lama mengambil dan memasang helm itu pada kepalanya. Setelahnya , cewek itu menaiki bangku motor di belakang Suna.

Cewek itu menyahut, "Ehm, maaf nih Sun. Lo kan keknya ada dendam pribadi sama gue, nanti bawa motornya jangan kayak mau dipanggil tuhan ya?" Pinta (Name). Pasalnya ia tahu bahwa kebanyakan laki-laki akan membawa kendaraan ugal-ugalan seperti menantang malaikat maut.

Bukannya menjawab, Suna malah menarik kedua tangan (Name) untuk memeluk pinggangnya. "Gue gak janji, tapi tugas gue itu jaga lo selama perjalanan."

Detik itu juga, Suna mengegas motornya dengan kecepatan 70 km/jam yang membuat (Name) hampir terjungkal karenanya apabila tangannya tidak digenggam cowok di depannya itu.

"HEH SUN NYEBUT LO! YA TUHAN, JANGAN CABUT NYAWA (NAME) DULU! (NAME) BELOM NIKAH YA ALLAH!"

*****

TBC

Halo, akhirnya gue bisa balik main wattpad lagi setelah sebulan hiatus. Sebenarnya ujiannya tuh cuma 13 hari, tapi 17 harinya full sama acara lain. Jadi maaf kalau gue updatenya ngaret banget. Sebagai gantinya, chapter kali ini gue kasi 1500+ words lebih. Yang bilang masih kependekan, gue santet ye lo. Gak canda, Tela anak baik :>

Special Thanks for : Sasha a.k.a. chifuyyu

Translate : *Permisi, **Mulutmu nak

See you next chapter!

Quitela, 20 Juni 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro