Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

6 || Kesepakatan

Jangan lupa vote + comment!

Chapter ini bakal serius *dikit*

[Author POV]

"Jadi apa aja yang mau kita sepakati hari ini?"

Cowok berponi miring itu menegakkan sandarannya dan menatap tajam cowok sipit di depannya. Begitu juga dengan Suna yang merasa dirinya harus bersikap serius kali ini.

"Sebelumnya kita kenalan dulu dong. Gue Suna, kelas 11 IPS 2. Di samping gue, si kembar Samu sama Tsumu, sekelas sama gue. Kalau dua bocah prik itu, Noya sama Tanaka, mereka anak 11 IPA 3." 

Shirabu mengangguk. "Kalo kita gak usah perkenalan, juga kalian udah pada kenal, ya kan?" Tanya cowok itu yang dibalas anggukan oleh Suna. 

"Tahu, Akaashi - bendahara yang doyan minum kuah popmie sambil lihat sunset. Mai - sekretaris yang hobi stalking akun cogan plus bucin Manurios. Shirabu - ketua OSIS yang sering nyolong wifi sekolah buat non-"

"Oke, cukup. Lo udah cukup kenal kita." Shirabu memotong cepat ucapan Suna. Ia yakin, apabila cowok sipit itu melanjutkan perkataannya, maka dipastikan harga dirinya akan melayang saat itu juga.

"Pffft." Terushima, Futakuchi, dan juga Mai mati-matian menahan tawanya melihat ketua mereka gelagapan.

"Lo tahu dari mana hal se-privasi itu?" (Name) terbangun dan bertanya. Dia tahu, hal yang baru saja Suna hampir beberkan tentang Shirabu adalah hal yang benar-benar rahasia dan tidak banyak yang tahu. Cowok sipit itu tersenyum miring.

"Retoris. Harusnya lo sudah tahu kalau gua admin lambe yang notabene mengorek informasi pribadi adalah keahlian gua," Jawab Suna. Pertanyaan itu sangat klise, terlalu mudah untuk dijawab.

"Dengan kedudukan OSIS yang cukup berpengaruh sekolah ini, kenapa lo gak pernah post gosip tentang kita? Gue yakin, berita tentang kita bakal menguntung besar buat lo." (Name) menodong Suna dengan rentetan pertanyaan.


Lagi-lagi pertanyaan klise 


Tapi cowok admin lambe itu harus berhati-hati menjawabnya.


"Lo mau jatuhin image OSIS di depan satu sekolah? Hella, gua gak segila itu. Dan lagi, itu hak gue buat nentuin apa yang mau gua sebar dan OSIS gak punya hak apapun buat gugat keputusan gue." Jelas, singkat, padat, begitulah Suna. Tak ingin bertele-tele menyampaikan pendapatnya dan membungkam lawan bicaranya.

(Name) terdiam sebentar memahami cowok di depannya. Misterius, kesan pertama yang ia dapat setelah bertemu dengannya hari ini atau lebih tepatnya kemarin saat meneduh di Warbinah.

"Lalu apalagi yang mau kita bahas? Gua tahu lo bakal minta sesuatu ke kita sampai lo berani terima undangan kita buat ketemu." 

Suna tersenyum miring. "Kerja sama, gimana? Asal lo tahu, lambe turah bukan sekedar akun biasa yang nge-spill gosip se antero sekolah." 

Seluruh anggota inti OSIS terdiam kecuali Terushima dan Futakuchi yang diam-diam asik mabar dengan Noya, Tanaka, dan Tsumu. Ingin rasanya daku mengumpati mereka.

"Coba jelasin kerja sama apa yang lo maksud," Titah Shirabu mengendikkan dagunya ke depan.

Suna menghela napas. "Lo cuma perlu biarin gua bergerak bebas tanpa kekangan sedikit pun. Dengan gitu, kita impas. Gua gak mau, organisasi gue dianggap perkumpulan ilegal yang harus kalian hapus."

Shirabu mengangguk-angguk. "Terus, penawaran lo buat kita apa?"

"Gua siap bantu lo entah itu masalah dokumentasi, komunikasi, ataupun informasi. Anggap aja gue sebagai tangan kanan rahasia OSIS. Gimana?"

Dua manusia berbeda jenis kelamin itu, Shirabu dan (Name) terlihat berpikir sebentar. Keduanya saling bertukar pandang seolah mengisyaratkan sesuatu di kedua iris mereka.

"Oke, gua sepakat dan berjanji buat gak ngekhianatin kita sedikit pun. Deal?"

"Obviously deal, sir."

Noya dan Tanaka celingak-celinguk menoleh ke kanan dan kiri. "Gabisa bahasa enggres."

Cowok pecandu micin itu mengerjapkan matanya. "Dokumentasi? Kebetulan banget kita kekurangan bidang dekdok buat acara senbud besok," Ujar Akaashi.

Suna mengangguk menyetujui. "Oke, gua ambil itu. Ada lagi?" Tanyanya sembari meneguk air putih gelas di depannya. 

Mai menggeleng. "Gak ada sih, kita kurang keamanan doang," Sahut bendahara OSIS itu. "Lo ada kenalan enggak?"

Yang ditanya pun terdiam sebentar namun sedetik kemudian matanya mengerjap pelan. "Urusan keamanan biar gua urus aja. Gua punya kenalan yang pas buat kalian."

*****

Kesepakatan berjalan setelah rapat sedikit serius yang mereka gelar tadi. Setelah rapat, suasana mulai sedikit mencair karena Futakuchi, Terushima, Noya, Tanaka, dan Atsumu yang membuat keributan di sana. 

Osamu membaur dengan Mai dan Akaashi ngobrolin tentang chef Juna dan chef-chef ganteng lainnya. Samu dan Akaashi yang tertarik karena makanan dan Mai yang tertarik dengan tampang mereka. Sip, komplit kayak indomi sama telor.

Sedangkan Shirabu dan Suna yang tadi sempat mengeluarkan aura permusuhan, malah mojok sambil ghibah. Entah itu ghibahin kpop bahkan skandal satpam sekolah dan ibu kantin.

"Gua sempat denger, katanya Jennie Twais nge-date sama Kai BTS. Itu bener gak sih? Gua gelo anjir mikirin Jennie kesayangan gue."

"Halah, gak usah percaya. Jennie itu suka sama Jimin EXO. Percaya deh sama gue."

"Sama aja ege, gak ada gitu skandal Jennie suka sama gue?"

"Gak usah ngimpi deh, pentil kuda."

"Emang kuda punya pentil?"

"Mana gua tahu, gue gak pernah nenen sama kuda."

(Name) yang sedari tadi memainkan ponselnya pun bangkit dari duduknya sembari menyampirkan tas di bahunya. "Gais, gue cabut duluan ya!"

"Mau kemana lo?" Mai menyahut.

"Biasalah, njenguk."

Personil inti OSIS pun mengacungkan jempol mereka lalu cewek itupun berlalu dari pandangan mereka.

*****

Entah sudah berapa kali cewek itu menelusuri sela-sela gundukan tanah itu. Daun yang berserakan meski sudah dibersihkan berkali-kali menjadi hal yang kerap ia temui. Angin sore yang berhembus pelan menerbangkan helai surai cewek itu.

(Name) duduk jongkok di hadapan tempat yang biasa ia anggap rumah. Bukan rumah kosong nan sepi yang biasa ia huni bersama ayahnya yang jarang pulang itu, namun tempat yang tidak hangat namun membuat cewek itu nyaman tiap kali berkunjung.

Tangannya terulur mengusap tanah di depannya dan memungut bunga maupun daun kering yang menutupi permukaannya. (Name) tersenyum kecil dan menaburkan bunga kamboja yang masih baru saja ia beli dari kantong di genggamannya.

"Aku pulang,"

"Mama."


TBC

Awalnya, gua mau buat semuanya serius gitu kan biar kayak di novel-novel teenlit yang kece gitu. TAPI NI TANGAN GATEL BANGET NULIS ADEGAN NYELENEH YA ALLAH T_T Yaudahlah, ini book juga genrenya bukan serius.

Book aja diseriusin, kalian kapan diseriusin doi?

Oke, canda doang sayy :(

Btw, gua datang membawa book baru yang akan update khusus di bulan Ramadhan buat nemenin ngabuburit. Gimana? Udah siap ramein?

Jangan lupa mampir ya sist, awas gak mampir *nodong katana. Gak canda doang gais. See you next chapter-!!

Qil, 24 April 2021


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro