20 || Eval Bukan Sembarang Eval
HALO HALO BANDUNG!! Sori banget baru update :((
Jangan lupa vote + komen!
[Author POV]
"Asli, ini mata gua udah meriang gegara push rank semalem anjir!"
"Tolol, udah tau eval pagi-pagi masih aja begadang semaleman."
Noya merengut sambil matanya merem melek kayak orang kesurupan. Cowok berjambul kuning cetar itu menyandarkan punggungnya pada kursi rapat. Sudah ngeluh begitu namun tangannya masih saja sibuk push rank. Biasa, masokis goblok.
Nyatanya, di ruang rapat itu Noya tidak sendirian. Sudah ada banyak panitia acara seni budaya kemarin yang berkumpul di ruangan itu. Termasuk Atsumu yang masih pagi sudah sibuk tiktokan. "Anjay, masih pagi tapi muka gua makin ganteng aja, ye gak?"
"Muka kayak berudu dikasih cuka begitu lo bilang ganteng." Dan seperti biasa, sudah ada Osamu kembarannya yang siap gulat dengannya sepagi ini.
Tanaka di sebelahnya menyahut. "Gini-gini muka lo berdua kagak ada bedanya ya goblok."
Seisi ruangan itu langsung lengang sedetik kemudian ketika Shirabu datang dengan disusul pengurus inti OSIS termasuk (Name) di belakangnya. "Weiss, morning masbroo!" Futa langsung menyerbu kawanan jamet gila alias Atsumu en frens di kursinya.
Suasana seketika ricuh kembali dengan kehadiran mereka. Shirabu yang emang dasarnya masih ngantuk, semakin badmood karenanya. "(Name), lo aja deh yang buka evalnya," ucapnya dengan bibir yang masih manyun lima senti kali sepuluh meter.
(Name) kemudian mengangguk lalu berdiri sambil mengetuk pelan meja rapat. "Selamat pagi semuanya. Sebelumnya, mohon dijaga ketenangannya karena rapat evaluasi akan segera dimulai. Jadi-" Belum sempat melanjutkan, perkataan (Name) terhenti di tengah-tengah karena kehadiran sesosok lain di ruangan itu.
"Sori, gue agak telat tadi motor gue rada rewel," ujar Suna sembari mengatupkan kedua tangannya dengan muka datar. Cowok itu memutar matanya ke arah (Name) dan bergidik ngeri setelahnya. (Name) tampak berdecak kesal sembari melayangkan tatapan tajam kepadanya.
"Oke, kita lanjutkan rapatnya. Mari kita buka rapat evaluasi pada pagi hari ini." Selanjutnya, rapat eval pagi itu berjalan sebagaimana semestinya walau kadang di pojok ruangan ada sekumpulan dedemit berwujud manusia setengah gukguk yang nyelatuk ngawur di tengah rapat.
"After party dong abis acara. Panitia juga butuh hiling-hiling anjay."
"Kayak lo mau ikut iuran aje, Noy."
Ya, begitulah seperti biasa. (Name) hanya diam menyimak Shirabu dan oknum-oknum lain yang turut berbicara pada rapat itu sampai fokusnya buyar karena ponselnya yang tiba-tiba bergetar tanda pesan masuk.
Matanya melirik pada layar ponselnya yang menampilkan beberapa pesan yang (Name) yakin dari orang yang kini duduk tepat di seberangnya. Yang ditatap hanya tersenyum tipis sembari mengangkat alisnya.
Suna Lambe Turah
Suna
(Name)
Lo masih ngantuk ya?
(Name)
Keliatan ya?
Suna
Banget. Tapi gakpapa, lucu kaya kucing (unsend)
Banget. Makin kucel kaya kelilit utang
(Name)
Awas aja ya lu, besok lambe turah lo gua apa-apain
Suna
Anj
Penyalahgunaan kekuasaan huuu
(Name)
Biarin, lo sih nyebelin
Suna
Affh iyh bg????
Btw, lo tau ga sahur sahur apa yang main pilem?
(Name)
G
Suna
Sahur khan
(Name)
o y, ok
Keduanya mendongak kala nama Suna disebut dalam rapat itu. "Sun, kemarin keamanan aman kan?" tanya Shirabu yang dibalas anggukan mantap oleh Suna. "Aman, bos," jawab cowok bermata sipit itu tanpa terlintas keraguan walau dalam hati ada yang mengganjal untuk disuarakan.
"Oke, terakhir, gua mau ngasih apresiasi sebesar-besarnya untuk semua panitia yang hadir di sini. Acara kemarin sukses besar dan gak banyak yang harus kita eval. Jadi gua rasa, evaluasi hari ini gua cukupkan dan see you di event selanjutnya."
Sesaat setelah rapat ditutup, seluruh rapat panitia segera beranjak dari kursi masing-masing satu per satu. Sedangkan (Name) masih setia duduk di kursinya, memilih untuk keluar terakhir agar tidak berdesak-desakan.
Tatkala matanya masih fokus terpaku pada ponselnya, cewek itu langsung terkejut kala sekotak benda dingin yang menempel pada pipinya. (Name) seketika menoleh dan mendengus ketika mendapati bahwa Suna lah pelaku utamanya.
"Ngapain sih lo? Minggir sana," usir (Name) tak acuh pada Suna yang sudah duduk di sampingnya. Cowok itu hanya diam sambil memandanginya dari samping.
(Name) yang ditatap lama kelamaan risih hingga menoleh ke arah Suna. "Lo mau diem disitu sampe kapan sih, Sun?" tanyanya kesal. Cowok yang ditanya hanya mengendikkan bahunya santai. "Sampe lo noleh ke gue?"
Cewek itu berdecak. "Iya, ini gue udah noleh. Terus lo mau ngapain?" Setelahnya, Suna masih membiarkan tanya itu menguar tanpa jawaban dan meninggalkan sekotak susu vanila sebagai gantinya di hadapan (Name).
"Biar gak ngantuk. Kalo ngantuk, lo makin gemesin entar."
*****
"Iya, bang. Nanti sore jam 4 ye, di warung bi Inah kek biasa."
Sedetik kemudian, cowok bermata sipit itu mematikan panggilannya lalu mengalihkan pandangan netranya ke arah jalanan. Sepi tapi bikin hati Suna adem sejenak dan hanya tempat inilah pelarian Suna kalau suasana hatinya lagi merana tak terobati. Berani tebak?
Suna kini mendudukkan dirinya di dekat dinding gudang yang berlumut dan menyandarkan punggungnya. Ini spot favoritnya yang cowok bermata sipit itu sok-sokan klaim sebagai miliknya. Tanah kosong yang lebih mirip koridor tak berubin yang berada di belakang sekolah. Berbatasan langsung dengan pagar yang memisahkan antara area sekolah dan jalanan umum.
Baru sejenak menghembuskan napas, rungunya kemudian terganggu sebab mendengar suara kelewat kencang yang melintas di hadapannya.
Klontang!
Dan Suna tidak menduga kalau yang lewat di depannya barusan malah melemparkan kaleng kong*guan kepadanya. Otaknya masih berusaha memproses tatkala kemudian menyadari siapa pelaku pelempar kaleng itu.
"Woi, suruhan Kyotani lo?!"
Tak ada jawaban sebab si pelaku sudah pergi bersama motor knalpot racingnya tapi cowok bermata sipit itu yakin betul dengan tebakannya. Suna kemudian mengalihkan pandangannya pada kaleng tersebut lalu membuka isinya.
Surat. Dan orang bodoh pun tahu, itu jelas bukan surat cinta.
"Besok baru awal. Gatau lagi setelahnya."
Sebaris singkat tapi Suna langsung gelagapan membacanya. Tangannya seketika meremas kasar kertas tersebut hingga berbentuk tak beraturan. Napasnya memburu namun tatapan matanya jelas menyiratkan sesuatu.
"Jadi, mau lo duluan yang mulai, bangsat?"
*****
"Halo? Lo dimana sih bang? Katanya jam 4 udah pada ngumpul di tempat biasa?"
"Ini baru ada gua, Samu, Tsumu, ya sama bocah-bocah lainnya. Tinggal lo sama anak kelas 12 aja yang belum."
"Lima menit lagi ye, awas lo semua kelamaan mabar."
Suna kemudian mematikan panggilan dari ponselnya lalu kembali beranjak ke dalam warung untuk ikut nimbrung bersama yang lain.
"Bro, nyebat?" Suna mengangguk lalu meraih sebatang rokok yang disodorkan Tanaka padanya. Tangannya kemudian menggapai korek api yang tersimpan di sakunya lalu menyalakan batang nikotin tersebut sedetik setelahnya.
"Asem bener muka lo, Sun," ujar Samu sambil menguyah lemper di genggamannya. Cowok bermata sipit itu hanya diam dan menyemburkan asap rokok dari mulutnya.
"Asem-asem begini juga gue masih ganteng, Sam." Osamu langsung muntah dan memutar bolanya malas. "Jadi? Apa rencananya abis ini?" tanya yang bersurai abu. Suna menggeleng. "Gue bingung."
Atsumu kemudian buka suara tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya. "Jambi masih ondewey. Palingan bentar lagi nyampe. Tapi, Sun, kita mau ngulang kejadian yang sama kayak tahun lalu lagi?"
Suasana seketika lengang. Bisu mendominasi warung milik bi Inah sore itu. Baik Suna maupun yang lainnya, sama-sama tak ingin mengulangi peristiwa buruk yang sama di masa lalu.
Tahun lalu menjadi masa kelam bagi SMA Hayuuk. Beberapa murid tak bersalah menjadi korban akan egoisme seseorang. Kyotani Suheru pelakunya. Cowok keji, punya kekuasaan dan tentunya uang yang memilih menganiaya orang lain untuk membalaskan dendamnya.
Tahun pertama SMA, Suna langsung dihadapkan dengan orang brengsek seperti cowok botak lima senti itu. Kesehariannya bukan seperti pelajar kebanyakan. Lebih mirip seperti preman di jalanan yang gemar memalak, minum minuman keras, hingga mengonsumsi obat-obatan terlarang.
Belum cukup parah?
Dia berhasil mengisi catatan kriminalnya dengan melakukan penembakan terhadap beberapa orang di suatu bar ternama di kotanya. Namun, Suna mampu sejenak menghentikan aksi brutal Kyotani dengan ancaman menyebarluaskan hal yang selama ini cowok itu sembunyikan.
"Berhenti atau gua publish rahasia lo."
"Apa sih yang lo punya tentang gue?"
Suna berhenti sejenak lalu menunjukkan sebuah foto melalui layar ponselnya. Kyotani seketika bungkam kemudian menatap geram ke arah cowok bermata sipit itu.
"Hidup gue gak pernah sesinetron itu. Mungkin sampai gua tahu kalau ternyata ada anak yang mau nyelingkuhin bokapnya dan having s*x sama orang yang ngelahirin dirinya sendiri. Wah, sekarang gua malah tambah bingung apa bedanya elo sama binatang."
Kyotani mendelik tajam sedangkan Suna tersenyum puas. "Sekarang, gue tanya sekali lagi. Pilih berhenti atau gua ungkap kebusukan lo yang paling busuk ke media? Mungkin lo bakal selamanya dicoret dari KK mengingat lo sama sekali gak ada apa-apanya tanpa duit dari bokap lo."
Sejak saat itu, Kyotani tak melakukan banyak pergerakan yang berarti. Suasana sekolah sempat damai beberapa saat sampai akhirnya cowok itu memutuskan untuk pindah ke sekolah lain. Mereka pikir itu sebuah pertanda akan kehidupan yang lebih baik.
Namun, ternyata salah.
Pindah ke sekolah baru membuat Kyotani berpeluang membangun kelompoknya sendiri. Kelompok yang mendewakan dirinya dan mau melakukan apapun yang dia mau. Termasuk menyerang orang-orang tak bersalah sebagai bentuk pemberontakan dari Kyotani.
Beberapa siswi SMA Hayuuk diculik, disekap hingga beberapa hari tanpa alasan yang jelas. Pelecehan tidak dapat dihindarkan walau akhirnya mereka semua dikembalikan dalam keadaan hidup-hidup namun dengan trauma yang membekas.
Sebab itulah, terbentuk sekumpulan orang-orang paling berani sekaligus berkuasa yang meringkus pelaku di balik kejadian ini. Kumpulan yang terbentuk dari gabungan Jambi dengan Lambe Turah sebagai media informasinya. Dan tentunya, OSIS yang saat itu diketuai oleh Kita juga turut bergabung.
Menghadapi orang-orang seperti itu butuh kekuatan fisik dan mental yang kuat, Jambi punya. Masalah informasi dan strategi terbaik jelas terletak pada Lambe Turah. Dan paling penting, koneksi terhadap lingkungan sekitar juga terbantu oleh OSIS.
Jadi, pada hari dimana pergerakan dimulai, ada Suna, Kuroo, dan Kita yang langsung berkumpul dan membentuk sebuah kesepakatan untuk membantai Kyotani beserta antek-anteknya.
Markas mereka diserbu, bentrok terjadi di seisi ruangan kala itu namun kemenangan berakhir berlabuh pada kelompok Suna. Mulai hari itu, kasus Kyotani ditutup rapat-rapat tanpa melonggarkan kewaspadaan sama sekali akan terjadinya pemberontakan kedua.
Kasus itu menjadi rahasia umum walau tidak banyak yang tahu tentangnya. Kita memilih untuk diam, tidak mewanti-wanti masalah tersebut pada OSIS periode setelahnya. Itulah sebabnya, (Name) dan pengurus inti OSIS lainnya tidak ada yang tahu tentang hal ini.
Kecuali satu orang.
"Yo, barudak! Sori telat, tadi gua abis dibabuin sama Shirabu buat beresin ruang OSIS njir."
Dan orang inilah yang menjadi tangan kanan Suna untuk mengawasi pergerakan OSIS dari dalam.
"Anjing lo, Fut. Udah lama bener lo gak ikut kumpul sama kita!" ucap Tanaka menyahuti. Futakuchi tersenyum lebar sembari mendudukkan pantatnya di kursi. "Jadi, gimana rencananya?"
"Alah, lo semua gak ada yang setia kawan, bangsat. Minimal kalau mau bahas rencana, ajak-ajak lah." Sontak semuanya menoleh dan mendapati Kuroo beserta anak-anak Jambi lainnya baru saja datang di warung tersebut.
Cowok berambut kucing garong itu langsung bergabung lalu mengangkat tungkainya ke atas meja sembari tersenyum miring. "Ayo, gue gak sabar ngabisin ini bocah sebelum gue lulus."
*****
TBC
OMG, FINALLY A LONG LONG CHAPTER YANG NGUAK SEMUANYA! HAMPIR 2000 WORDS TAPI GAPAPA. Tela minta maaf karena its been a year(?) setelah update terakhir. Dan sebagai gantinya, selamat menikmati chapter yang panjang dan membongkar HAMPIR keseluruhan konflik di book ini. So, enjoy the whole book and see you next chapter!
Quitela, 29 Maret 2023
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro