Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

14 || Gladi Clean

Translate ada di paling bawah
Jangan lupa vote + comment <//3

[ Author POV ]

"Shir, Shir, ada duit tuh!"

Yang disebut namanya sontak menunduk namun menampakkan muka masam sedetik kemudian. Terushima tergelak, berhasil menipu ketos sekaligus fanboy garis keras itu.

"Yhaa, mata duitan."

"Sabodo."

Siang itu, seluruh panitia acara seni budaya benar-benar disibukkan dengan berbagai persiapan mengingat besok adalah hari digelarnya acara. Bukan hanya panitia, seluruh partisipan yang akan tampil di atas panggung sudah bersiap untuk melaksanakan gladi bersih.

"(Name), (Name), (Name)! Abis ini gladi perform kakel dulu ya."

Cewek itu menoleh, mengacungkan ibu jarinya, "Oke."

"Sunaaa, kamu mau kemana? Gak mau temenin dedek disini gituch?"

Cowok bermata sipit itu mengendik, mengangkat sebuah kamera DSLR di tangannya. "Dokumentasi bentar. Sakit mata gue ngelihat kloningan mimi peri kek lo," ucapnya sebelum melangkah gontai meninggalkan segerombolan manusia akhlakn't itu.

Tsumu kemudian memonyongkan bibirnya. Berbeda dengan Samu yang justru ingin menggampar saudaranya itu, seluruh cewek yang melintas di hadapannya justru kesemsem bahkan meleyot di tempat.

Samu berdecih sambil membuka sebungkus lemper bi Inah, "Gue kadang heran kenapa monyet kek lo bisa banyak cewek."

Cowok berambut pirang itu mengusap dagunya penuh pede, "Iyalah, orang gue ganteng sejak orok. Gini-gini, cewek itu suka sama cowok badboy kayak gue begini." Sombongnya tak tahu tempat.

Samu kemudian melempar tatapan datar ke arah Tsumu. "Pengen deh, gue jejelin mulutnya pake lemper isi tai ayam," pikirnya. 

Tanaka, Noya, dan Yamamoto yang sedari tadi menyimak seketika menggeleng tidak setuju. "Kok gue gak yakin ya? Padahal gue juga badboy, kenapa gak ada yang suka sama gue gitu," ujar Noya menggaruk tengkuknya.

Yamamoto mengernyitkan dahi, "Emang lo ngapain aja?"

Cowok berjambul kuning itu terlihat berpikir sejenak, "Kemarin gue udah nunggak kas ampe dikejer-kejer bendahara. Terus, gue juga makan mi kuah gak pake kuah. Bukannya itu termasuk kriminal ya?"

Tsumu menggeleng, "Kurang greget itu mah. Sini, gue ajarin cara menggaet cewek dengan benar," ujarnya kemudian dia melongok, mencari mangsa yang hendak ia gombali.

Kedua mata Tanaka seketika melotot, "Tsum, Tsum! Ada dekel cakep tuh, lo deketin coba," serunya menunjuk sesosok gadis dengan rambut coklat tergerai.

Kembaran Samu itu terlonjak senang menemukan mangsa barunya. "Ada info gak, ini anak kek gimana?"

"Asal Jawa, gayanya medok pisan."

Lima cowok yang tengah berkerumun itu seketika terlonjak kaget. "Anjing, Sun! Bukannya lo tadi cari dokumentasi? Kek setan lo ujug-ujug nongol."

Suna memutar pelan kedua bola matanya, "Alay lo pada."

"Goblokk! Hinata goblokk!"

Ibarat kuyang, datang tak diundang, pulang ditendang. Muncullah dua sosok tuyul bersurai hitam jelaga dan oren jeruk nutrisari. Seketika, sebuah ide melintas di kepala tanpa otak Tsumu.

"Kageyama! Kags! Kags! Woi, asu! Sini lo berdua!"

Dua manusia itu menoleh, kemudian saling berpandangan. Buat salah apa mereka sampai dipanggil kakel jamet seperti mereka? "Hah? Kita bang?"

Tsumu berdecak, "Bukan, bapak lo! Yaiyalah, lo berdua! Sini!"

Keduanya kemudian mendekat, membuat senyum lebar terbit di wajah Tsumu. "Kags, lo bisa bahasa Jawa kan? Bikinin gue puisi Jawa dong, gue mau nembak cewek nih," ujarnya sembari menaik turunkan alisnya.

Kageyama terlihat berpikir sejenak kemudian melempar pandang pada cowok yang lebih pendek darinya. Hinata yang mengerti kemudian mengangguk. Dengan polosnya, cowok bersurai hitam itu setuju, "Oke, sebentar ya mas."

"Hin, aku ra ngerti caranya bikin puisi. Piye ki?*"

Hinata yang sedari tadi menahan senyum kemudian menepuk pelan pundak Kageyama, membawa cowok itu untuk sedikit menjauh dari kerumunan Suna dan setan-setan lainnya.

"Gue ada ide, ikutin gue."

*****

"Ini mas."

Tsumu seketika tersenyum sumringah sampai tak menyadari senyum Hinata dan Kageyama yang terlihat mencurigakan. "Makasi ye Kags, semoga lo cepet-cepet dapet pacar deh," ujarnya yang dibalas anggukan canggung.

"I-iya, mas."

Cowok pirang itu segera berdiri lalu berjalan gontai mendekati cewek incarannya  yang tengah minum susu L-Men. Tak lupa ia tebar pesona, sekaligus menyugar rambut jametnya itu.

"Hai, dek."

Cewek yang menjadi mangsa Tsumu itu kemudian mendongak dan menatap datar cowok itu. "Oh, halo kak."

Tersenyum miring, ia kemudian duduk di sampingnya. Mengamati cewek itu dari samping tanpa tahu bahwa sebenarnya ia risih. "Nama lo siapa dek?"

"Tela, ada apa ya kak?"

"Lo cantik. Boleh gue ngomong sesuatu?"

Awalnya cewek itu mengernyit heran, namun penasaran juga dengan apa yang akan buaya jadi-jadian itu katakan. "Apa?"

Tsumu berdeham pelan sebelum membuka sebuah lembaran kertas yang sudah ditulisi tulisan cakar ayam milik Kageyama. "Dek, ket pertama kali kangmas nyawang sirahmu, kowe ra bakal ngerti seberapa gede rasa kangmas pengen nggaplok raimu,**"

"Dek, kangmas ngerti iki pertama gawe awakmu. Nanging kangmas pengen kowe ngerti yen awakmu iki gendeng, nggateli, elek sisan.***" 

Cowok itu tersenyum bangga, "Wuih, romantis parah kata-katanya Kags," batinnya. 

"Dek, iki mungkin kekrungu lancang nanging kangmas saget dadi bojo gawe ramamu kan?****" Tsumu mengakhiri 'puisinya' dengan senyum lebar lalu menatap kedua manik Tela.

Yang ia lihat, cewek itu sudah melongo sampai-sampai susu di mulutnya tumpah-tumpah pada jalanan aspal. Ah, lagi-lagi cowok itu berbangga diri.

"Gapapa kok dek, kalo gak bisa jawab sekarang. Abang bakal-"

Plakk!

"Cok, matamu kowe arep dadi bojo bapakku! Cah gemblung!*****" umpat cewek itu sebelum beranjak lalu berlalu dari hadapan Tsumu. 

Tsumu yang mendapat tamparan kencang di pipinya kemudian menoleh, menatap Kageyama dan Hinata yang sudah tergelak sampai nari jaipong. Begitu juga dengan temannya yang sudah ngakak dengan Suna yang tak luput untuk merekam aksi Tsumu.

Tsumu mengusap pelan pipinya, "Lah, salah gue apaan dah?"

*****

"(Name)!!"

Cewek yang dipanggil itu mendongak, mendapati Kiyoko dan Mika yang hendak memeluk dirinya. Menjelang sore, tim inti OSIS dari periode sebelumnya datang keroyokan menghampiri Shirabu dan antek-anteknya. 

"Apa kabar lo (Name)? Udah lama gak kontakan," tanya Mika sembari menguyel-uyel pipi (Name). Cewek itu terkekeh pelan, "Gue baik kok kak."

Dua cewek itu kemudian disusul dengan kehadiran Kita, Daichi, Yaku, dan juga Iwaizumi di belakang mereka. "Yo, dek!" sapa Yaku dengan senyum lebarnya.

Daichi kemudian memutar pandangannya, menilai persiapan acara mereka sampai saat ini. "Gila, kece juga periode ini. Gimana, ada kendala dek?" tanya Daichi.

"Namanya kendala pasti ada lah kak. Tapi sampai saat ini, masih aman kok," jawab (Name) yang dibalas anggukan pelan oleh Daichi.

"Terus, gimana tuh kabar Babu? Sehat-sehat kan? Mana orangnya?" tanya Iwaizumi beruntun membuat Kiyoko menatapnya heran. "Babu?"

"Yo, gue di sini bang."

Iwaizumi kemudian menoleh lalu merangkul erat Shirabu seperti adik sendiri. "Pakabar lo, Babu? Makin mencong aja nih poninya."

Shirabu kemudian menghela napas lelah, "Baik bang, Alhamdulillah. Udah deh kak, dari tahun lalu poni gua mulu yang dishamming."

Cowok itu kemudian tergelak. Berbeda dengan Kita yang justru memusatkan pandangannya pada (Name) dengan senyum tipis yang terukir di wajahnya.

"Kak, mau makan dulu kah?"u

Kita kemudian menoleh, mendapati Sakusa yang tengah menyodorkan sekotak nasi. Cowok itu kemudian menggeleng, "Enggak, masih kenyang."

Belum lima menit mereka bersua, Yaku kemudian menepuk pelan dahinya. "Weh, udah jam 3. Balik bimbel cuy, diamuk bapak Ukai paling gaul tahu rasa lo pada," ajak Yaku sebelum ia berlalu meninggalkan lokasi.

Kiyoko dan Mika pun juga turut beranjak. Kita yang berjalan paling akhir kemudian menatap (Name) lalu mengkode cewek itu agar menoleh ke belakang. "M-i-n-u-m." isyarat Kita sebelum menghilang dari pandangan (Name).

(Name) mengernyit, kemudian kembali ke tempat duduknya di mana ada sebotol susu coklat dengan sebuah sticky note menempel pada botolnya.

"Jangan lupa istirahat, semangat dek! :)"

Cewek itu tersenyum kecil, kemudian membuka segel botol berdominan warna cokelat itu. Belum sempat meneguknya, botol susu itu kemudian direbut dengan cepat tanpa mempedulikan (Name) yang terkejut.

"Hey!"

Gluk! Gluk!

"Hah? Apa?"

(Name) menatap tajam Suna yang tengah memandangnya dengan wajah tanpa dosa bahkan setelah menghabiskan 1 botol penuh miliknya.

"Ck, kok lo minum sih?"

"Gue haus, lo mau gue mati dehidrasi?"

Cewek itu berdecak kesal, memilih mengalihkan netranya dari Suna dan kembali fokus mengerjakan laporan acaranya. Berusaha ngambek pada cowok sipit itu.

Suna terkekeh pelan, kemudian duduk di samping cewek itu. "Nih, lo belum makan siang kan?"

(Name) menoleh, mengernyit heran menatap sebungkus nasi goreng yang masih hangat itu. "Lo beli ini buat gue?" tanyanya sebelum dahinya mendapat dorongan maut dari Suna.

"Ngimpi lo. Tadi adek gue minta dibeliin nasgor, tapi malah gak jadi. Gue juga masih kenyang. Daripada mubazir, mending gue ngasihin ke yang lebih membutuhkan," cerocosnya panjang lebar kali tinggi kali ruas.

Ia menghela napas, sayang juga ditolak. "Yaudah, makasih. Sana pergi lo, ngerusuhin gue mulu," usir (Name) yang dibalas tatapan datar oleh Suna. Namun cowok itu tetap saja beranjak lalu berjalan gontai menjauhinya.

"Oh iya, (Name)!"

Cewek itu mendongak lalu refleks menangkap kala Suna baru saja melempar sesuatu ke arahnya.

"Lo lebih suka yang vanila kan?" ucap Suna tersenyum miring sebelum benar-benar meninggalkan (Name) yang masih kebingungan.

(Name) memekik tertahan saat mendapati susu vanila favoritnya berada di genggamannya. 

"Ni orang cenayang apa gimana sih?"

*****

TBC

Jor, part terpanjang yang pernah gue ketik di book ini :D Btw, ada yang mau mutualan wp gak? Lgsg follow aja nanti minta folbek di wall. Kalian bebas mau ngapain, entah itu ngespam di wall, curhat, bacotin husbu, serah lo pada dah. Wall gue sepi bat soalnya :,)

Translate :
* : "Hin, gue gak tahu caranya bikin puisi. Gimana nih?"
** : "Dek, sejak pertama kali abang ngelihat wajahmu, kamu gak bakal tahu seberapa besar rasa abang ingin nampol mukamu."
*** : "Dek, abang tahu ini pertama kali buat kamu. Tapi abang pengen kamu tahu kalau kamu itu sinting, ngeselin, jelek pula."
**** : "Dek, ini mungkin terdengar lancang tapi abang boleh jadi istri bapakmu kan?"
***** : "Sat, matamu kamu mau jadi istri bapakku! Anak goblok!"

See you next chapter!

Quitela, 31 Agustus 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro