Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

7 || Probabilitas Relasi

Hai, Ran!

Pertama, terima kasih sudah membuka amplopnya dan mau meluangkan waktu untuk membaca deretan paragraf di sini.

Maaf, aku belum punya segunung nyali untuk mengatakannya secara langsung, jadi aku memilih jalur aman, yakni dengan menuliskan surat ini untukmu. Semoga kamu tidak bergidik geli ketika membacanya! c;

Dan kutebak, diriku saat kamu membaca ini pasti sudah kabur begitu suratnya sampai di tanganmu.

Jadi kedua, permintaan maaf pun kusampaikan dari diriku malam ini—atau berarti "semalam" kalau dilihat dari sudut pandang waktumu membaca. Maaf karena kabur darimu dan bertingkah payah. Ya ampun, sejujurnya aku tidak mau lewat cara mengirim surat konyol ini karena toh, kita sudah biasa membagi pikiran satu sama lain ketika di luar frekuensi sekarang. Tapi ... aku sadar, bahwa saat ini kasusnya berbeda.

Ini bukan lagi tentang pembahasan kita menyelamatkan diri dari David; bukan lagi tentang spekulasi-spekulasi saintifik mengenai Semesta. Bukan, Ran. Bukan keduanya.

Ini tentang aku; tentang semesta dalam kepalaku.

Ran, tahukah kamu bahwa pikiran kita juga seluas Semesta? Sekompleks Semesta?

Pikiran kita yang mampu mendorong aktivitas sehari-hari. Pikiran kita—manusia—yang membuka peradaban-peradaban luar biasa di muka Bumi. Pikiran kita yang bisa memecah puzzle-puzzle Semesta demi pengetahuan baru.

Kendati isi kepala kita cuma otak dan cairan, semesta di dalamnya sangat luaass ... sekali. Triliunan sel neuron, Ran. Bayangkan. Triliunan sel otak yang mampu menggerakkan kita semua.

Dan, inilah yang membuat aku lebih mengidentifikasi perasaan sendiri belakangan ini; semestaku sendiri.

Aku menyadari bahwa kita tak perlu pergi jauh untuk mencari jawabannya. Kita tidak harus pergi ke semua frekuensi untuk lebih mengenal semesta dalam kepala.

Jadi kadang, kita cuma butuh waktu untuk mendengar. Mendengar lebih jauh dan lebih banyak.

Intinya, aku ingin mengatakan ...

... Ran, suara kepalaku berkali-kali bilang bahwa aku menyukaimu. Aku menyukaimu dalam arti lain.

Terdengar konyol, tapi nyata.

Tidak ingat pasti kapan kepalaku mulai merasa demikian, tapi hormon-hormon menyenangkan itu selalu aktif ketika aku berada di dekatmu, atau membayangkanmu. Aku bukan ahli penyimpan gagasan bahkan perasaan sendiri, jadi seperti inilah caraku mengatakannya, sebelum ia semakin menumpuk seperti gunung es.

Surat ini sepertinya lebih ke arah undangan. Aku ingin mengajakmu besok pukul empat sore ke kafe yang dekat dengan area taman untuk membicarakannya.

Aku akan ada di sana, menunggumu.

Namun sebelum itu, Ran, tolong pikirkan pertanyaan-pertanyaanku di bawah ini.

Dari satu sampai sepuluh, angka berapa yang mendefinisikan probabilitas "relasi lebih dari pertemanan" di antara kita bisa terlaksana?

Atau singkatnya, apakah kau memiliki perasaan yang sama?

Aku punya beberapa alasan rasional kenapa hubungan kita harus terjadi (yah, tidak bermaksud memaksa, hanya penawaran).

Jadi dalam relasi yang kumaksud, ini akan menguntungkan kedua belah pihak. Kita bisa menjadi individu yang lebih baik lagi, dan sangat mungkin untuk mencapai titik potensi paling maksimal ketika kita menjalani semuanya bersama-sama. Contoh nyatanya, kita berhasil keluar dari frekuensi tengik (baca: Derivea) itu beberapa hari lalu dengan menggabungkan kapabilitas kita berdua (sebenarnya bersama kecerdasan yang lain juga, tapi anggap saja mereka cuma karakter tambahan).

Atau, apakah aku mesti membuat matriks supaya memudahkanmu untuk menimbang-nimbang?

Ran, jika kebanyakan manusia menyukai orang lain dengan buta, aku tidak seburuk itu. Penalaranku tentu masih aktif, jadi jangan ragu untuk berargumen denganku besok.

Hehe. Apakah aku terlalu terburu-buru?

Maaf, sekali lagi.

Tapi yang pasti, kutunggu kehadiranmu besok sore di kafe taman!

Salam hangat,
Jane

***

Sudah beberapa jam berlalu setelah surat itu ada di tangan Ran. Apakah lantas hidupku jadi tenang seperti air mengalir di sungai?

TIDAK SAMA SEKALI.

Malahan, rasanya seperti mengalami kecemasan berkali-kali lipat. Kakiku tidak bisa diam dengan tenang, ritme jantungku memompa darah seolah aku habis mengikuti kejuaraan lari maraton tingkat kabupaten, dan aku senantiasa menggigit ujung-ujung jari karena perasaan tidak nyaman itu.

"Ayolah Jane, tidak ada yang perlu dikhawatirkan," ucapku berusaha menurunkan kadar kekhawatiran.

Malam ini aku pergi ke kamar lebih cepat, tidak mengobrol dengan Ibu dulu di ruang televisi karena aku bilang aku sedang butuh waktu sendiri.

Untungnya, Ibu mengerti.

Jadi seperti inilah aku di dalam kamar menghabiskan waktu sendirinya dengan semua kecemasan-kecemasan.

Aku mengambil napas perlahan-lahan, lalu membuangnya. "Apa pun jawaban Ran, tidak ada masalah. Lagi pula siapa kita mau mengendalikan perasaan orang lain?" kataku lagi, bermonolog dan tertawa getir di akhir.

Astaga, aku semakin gila.

Selagi aku merutuki diri sendiri karena semakin malam kewarasanku semakin hilang ... tiba-tiba saja bunyi notifikasi dari ponselku di meja mengalihkan isi pikiran.

"Siapa itu?" tanyaku, sedikit kaget.

Aku refleks berjalan mendekati meja dan meraih ponselku dengan perasaan takut campur heran. Pasalnya, sudah lama tidak mendapatkan notifikasi setelah kepergian itu. Aku lama tidak menggunakan ponsel, ingat?

Ran:
Sampai ketemu besok :)

Dan malam itu, aku berteriak nyaring di dalam tumpukan bantal. []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro