Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

55-End Of Story | SAMUDERA GROUP🔫

Setelah rapat selesai, semua orang telah merubah pikiran mereka. Percaya atau tidak, perdamaian itu terjadi sangat mudah. Pengorbanan orang-orang yang berarti bagi mereka menyadarkan bahwa selama ini mereka hidup dengan dinding ego yang terlalu tinggi.

Susunan rencana baru telah diatur, mereka menyatukan suara dan saling memberi saran dengan terbuka, mereka kemudian mengurus berkas-berkas yang sempat berantakan. Ny.Collins memberi kabar bahwa ia hendak menghapus Antares Grup. Sebenarnya ia bisa membekukannya, hanya saja ia lebih memilih untuk menghilangkannya agar tidak mengganggu fokus pembangunan satu nama kembali.

"Va, Thanks a lot for everything," ujar Zelda pada Nevva. Kali ini mereka tengah dalam situasi lenggang, setelah rapat berakhir beberapa jam yang lalu mereka memiliki kesempatan untuk mengobrol santai.

"Lo tau Zel? Gue ngerasa beruntung banget kenal sama lo. Siapa yang pernah mengira kalo lo, gue, Alban dan Arpiar pernah berada di tempat yang sama-pesawat itu. Itulah awal semuanya terjadi 'kan?"

"Takdir tuhan memang sangat luar biasa, Va. Betapa bersyukurnya aku hari ini, setelah melewati beberapa hal yang sangat sulit untuk menemukan ayahku, akhirnya semuanya selesai, begitu pula dengan segala kekacauan ini."

Nevva menceritakan bagaimana ayahnya tahu tentang Zelda, semua informasi yang Nevva dapatkan sejak ia tahu Arpiar merupakan orang Antares Grup ia selalu melaporkan apapun yang terjadi kepada ayahnya. Kecuali tentang ancaman Arpiar, ia baru mengatakan itu setelah mendapat Informasi dari Andy mengenai kunci brankas ada pada Zelda, semua informasi sangat berperan penting untuk ayah Nevva.

Nevva tahu soal Altair dan Antares sendari dulu, keluarganya melarang ia untuk menyinggung hal apapun tentang mereka yang tahu hal itu demi melindungi privasi. Nevva tidak pernah bertemu Alban maupun Arpiar, kala itu ia hanya mengenal seorang Justin, itupun secara tidak disengaja.

"Ya, dia temen masa kecil gue. Gue nggak pernah ketemu dia lagi semenjak kematian kakek Franklin. Gue bahkan belum sempat ngeliat Justin yang dewasa, pasti lelaki itu sangat tampan, kan?" tanya Nevva saat Zelda membahas tentang lelaki itu.

"Maaf, Va. Dia harus mengorbankan nyawanya buat nolongin aku." Zelda meraih tangan Nevva dengan ekspresi sendu.

"Enggak ada yang nyalahin lo atas semua ini, Zelda. Berhenti membuat pikiran seperti itu, Justin memang luar biasa, tidak salah kakek Franklin menjadikan dirinya sebagai pimpinan Direksi. Pengorbanan paling berarti dari seorang calon pemimpin." Nevva mencoba menenangkan.

-•-•-

"Boleh saya memanggilmu Ibu?" tanya Alban. Seorang pria yang tidak pernah sedikitpun merasakan kasih sayang dari seorang wanita yang biasa disebut ibu, yang ia tahu sejak kecil bahwa sang ibunda telah pergi meninggalkannya, ternyata itu bukan cerita nyata.

Ny.Collins menatap lekat ke arah putranya, perasaan haru mucul saat mendengar perkataan pria itu.

"Nak, Ibu sudah menunggu panggilan itu beberapa tahun lamanya, bahkan Ibu tidak sempat melihat wujudmu sedikitpun kala itu. Ibu kehilangan kesadaran ditengah-tengah proses kelahiranmu, saat bangun Wilpred mengatakan bahwa kamu tidak selamat. Betapa hancurnya hati Ibu..."

Ny.Collins menghampiri putranya lalu memeluk Alban. "Maafkan aku, Bu... Aku telah membuat banyak kesalahan padamu."

"Lupakan itu, Alban. Mari kita memulai kehidupan baru yang lebih baik!"

Arpiar tertawa kecil, membuat Alban kebingungan. "Ada apa?"

"Tidak, rasanya aku masih tidak percaya, kita yang selalu bertarung dalam pekerjaan, masalah pribadi bahkan tentang wanita. Kini menjadi seorang saudara, menggelikan. Tapi, jika boleh jujur aku memang menginginkanmu sendari dulu, dan aku mengenyampingkan gengsiku untuk mengakui kalau aku menyayangimu. Adik kecilku!" ujar Arpiar sambil bergurau menunjukkan ekspresi ingin muntah.

"Cih, mengapa kamu jadi seromantis itu. Mana tatapan sengit yang selalu kamu lontarkan padaku?" tanya Alban.

"Apa? Mau kusuntikan obat bius supaya lemah lagi?"

"Jangan mengaku sebagai Kakakku jika kamu masih bertindak pengecut!" cibir Alban.

"Hey, itu ide Ibu!" elak Arpiar sambil menunjuk pada Ny.Collins.

"Tetap saja, kamu selalu curang, tidak pernah melawanku secara langsung. Kamu selalu membawa anak buahmu dan menyuruh mereka untuk melindungimu. Jika kamu bukan pengecut, kamu pasti melawanku sendari dulu dengan tangan kosong!"

"Kamu menantangku!?"

"Well, if you want to prove that you are not a coward. Why not?"

"STOP IT!!!" Ny.Collins menghentikan pertengkaran kedua putranya. Kemudian wanita itu memijat pelipisnya.

"Kalian ini, baru juga baikan, kenapa malah ribut!"

"He said I'm loser, Mom!" Arpiar menunjukan nada tidak terima.

"Jika dia benar, kenapa kamu tidak menerimanya?" Ny.Collins seakan membenarkan ucapan Alban.

"Ibu membelanya?" tanya Arpiar Geram.

Ny.Collins menyunggingkan senyumnya lalu beralih pada Alban. "Alban, tidak semua yang Arpiar lakukan selalu seperti itu...

"Kamu bisa lihat bagaimana perjuangannya mendapatkan Ditha, begitu dramatis!" ujar Ny.Collins dengan mendramatisir juga, kemudian terkekeh setelahnya.

"Benar juga!" jawab Alban sok polos sambil meletakkan tangannya di dagu seakan berpikir.

Arpiar yang mengetahui keduanya tengah meledek dirinya merubah ekpresinya menjadi datar.

"Apa aku anak tiri, Bu?" ujar Arpiar.

Lalu ketiganya tertawa terbahak setelahnya.

-•-•-

Hari selanjutnya mereka masih melaksanakan beberapa meeting penting, mempercepat pendirian kembali Samudera Grup.

"Saya mengajukan Ditha sebagai direktur keuangan, bagaimana?" Arpiar berpendapat.

"Saya setuju!" ujar Tn.Gerald yang kemudian disusul Ny.Collins, Tn.Harper dan Mr.Quts.

"Kinerja Ditha dalam manajemen data keuangan sangat baik!" setuju Ny.Collins yang diangguki petinggi lainnya.

"Mohon ijin semuanya, bolehkah saya mengajukan Rebbeca ke bagian Cyber di atas saya?" ujar Andy.

"Eh..." Rebbeca nampak terkejut sebab namanya disebut, ia memang diminta hadir dalam rapat sejak kemarin, berjaga-jaga untuk membuka data Justin yang banyak dititipkan pada dirinya.

"Apa yang salah, Rebbeca? Kami memang berniat merekrut dirimu untuk masuk ke susunan perusahaan kami. Anggap saja, kamu menggantikan posisi Justin." Tn.Gerald berbicara pada gadis itu.

Semua posisi telah diatur dengan musyawarah dan keputusan bersama. Perekrutan diambil dari pihak Altair, Antares serta Samudera Grup sebelumnya.

"Baik, rapat telah selesai. Saya akan melapor susunan organisasi yang telah disepakati bersama ke negara, setelah itu kita hanya tinggal menunggu ijin dan peresmian kembali perusahaan ini!" ujar Tn.Harper.

Suara tepukkan tangan bergema dalam ruangan rapat, semua menampilkan wajah yang begitu ceria. Hari-hari buruk telah berlalu, kini saatnya mereka membuka lembaran baru dan mencatat sejarah baru.

Semua orang bersalaman, tidak ada lagi rivalitas diantara mereka.

Semuanya,

BERSATU & BERDAMAI

-•-•-

Seorang gadis tengah berjalan dengan langkah cepat menuju salah satu ruangan, gadis itu lupa mematikan signal akunnya setelah menggunakannya kemarin. Rebbeca membuka pintu dengan sedikit keras, mendapati Nevva dan Andy yang tengah berdiri berdekatan.

"Ups!! Sorry," ujarnya dengan kikuk.

"Eh tidak-tidak, lo salah liat. Gue cuma niup mata Nevva yang kelilipan," ucap Andy dengan kepanikannya.

Rebbeca menaikan sebelah alisnya seraya tersenyum. "Why? It's not problem for me!"

Tawa Nevva seketika terdengar sangat keras. "And, what's wrong with you?" tanyanya sambil menyeka air matanya yang keluar akibat menertawai ekspresi Andy.

Andy menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kemudian tersenyum kikuk ke arah Rebbeca. Gadis itupun melenggang dari sana setelah mengambil benda pipih elektronik miliknya.

"And," panggil Nevva yang tiba-tiba berubah menjadi serius.

"Kenapa?"

"Kamu... Suka sama Rebbeca?" tanya Nevva.

Andy menyipitkan kedua matanya. "Apa? Kamu?" Bukannya terkejut atas pertanyaan Nevva, pria itu malah salah fokus terhadap panggilan Nevva pada dirinya.

"Haish, maksud gue- em. Jawab aja sih, kenapa malah tanya yang lain!?" ucapnya sedikit kesal.

"Nev," panggil Andy sambil meletakan kedua tangannya di pundak gadis itu. "Gue suka sama lo."

Nevva mengerjap-ngerjapkan matanya saat mendengar penuturan Andy, sebenarnya ia menanyakan tentang perasaan Andy pada Rebbeca karena Nevva melihat Andy nampak memiliki minat pada gadis mantan Cyber CIA itu, bukan untuk memancing.

"Tapi, lo nggak bisa suka sama dua gadis sekaligus, And."

"Gue nggak suka dua, gue sukanya cuma sama lo, Nev!"

"Gue merhatiin lo, And. Gue tau lo punya ketertarikan sama dia."

Andy mencubit pipi gadis di hadapannya dengan gemas, membuat Nevva merasa sedikit senang diantara rasa kesalnya saat ini.

"Gue tertarik sama dia sebagai rekan kerja, lo tau kan gue pernah cerita soal gimana gue kagum sama Justin, gue belum bisa sehebat dia. Lo juga tau kalo gue ngerasa seneng banget kalo gue kerja sama dengan hacker yang berkemampuan di atas rata-rata. Gue nggak memiliki perasaan apapun ke dia, hanya sebatas itu dan nggak lebih... Kalo sama lo baru gue punya-rasa lebih itu."

Nevva mengulum senyumnya saat mendengar perkataan terakhir Andy. Rasa senang itu membuncal dihatinya, tidak dapat dipungkiri bahwa gadis itupun menyukai Andy sejak keakraban mereka saat mencari Zelda kala itu.

"Kalau begitu, bilang sama Papah aku!"

Seketika Andy membelalakan kedua matanya. "Nev, maksudnya gimana? Lo serius?" tanya Andy yang diangguki oleh Nevva.

"Iya, bilang ke Papah kalo kamu suka sama aku, minta ijin kalo mau pacarin anaknya!"

Andy terlihat cemas, Nevva mengetahui hal itu. Pikiran pria itu menerawang jauh pada bagaimana dirinya berhadapan langsung dengan ayah Nevva yang notabenya sebagai Ketua Inteligen Kanada, bagaimana caranya ia meminta ijin untuk memacari anaknya? Dalam pikiran pria itu, ia pasti akan diuji dalam sebuah misi rahasia, atau bergelut sebagai agen lapangan dan diuji kemampuan pengintaian lawan terlebih dahulu.

"Hey!" Nevva mencoba menyadarkan lamunan Andy, sejak tadi pria itu nampak berpikir keras dan terlarut dalam alam bawah sadarnya.

"Mohon ijin, Pak! Nama saya Andy, saya ingin meminta ijin untuk menjadikan Nevva sebagai kekasih saya. Saya berjanji akan selalu berusaha untuk melindunginya dan menjauhkannya dari segala bahaya. Meskipun saya hanya seorang Agen rahasia tingkat menengah, saya yakin saya pasti bisa mengusahakan yang terbaik!" ujar Andy seakan mempraktekan geladi bersih sebelum melakukan permintaan Nevva.

"Saya ijinkan!" Suara tegas bariton itu terdengar dari arah belakang Andy, ada Tn.Harper yang tengah berdiri gagah di belakang sana. Ternyata, pria itu memang sudah berdiri sendari tadi semenjak Nevva menyuruh Andy meminta ijin pada Ayahnya.

"Pak..." sapa Andy seraya membungkuk hormat dengan kegugupannya. "Tadi itu baru latihan padahal, em- tapi apa Bapak benar mengijinkan saya bersama Nevva?"

Tn.Harper menggeleng, membuat raut muka Andy berubah menjadi kecewa. "Harus ada syaratnya!"

"Apapun itu akan saya lakukan, Pak!"

"Pegang dengan benar semua perkataan dan janji yang kamu ucapkan itu!" jawab Tn.Harper yang langsung diangguki oleh Andy, pria itu sangat senang. Andy pun berbalik ke arah Nevva lalu memeluk gadis itu.

"And, Ayah gue masih disini!" bisik Nevva pada Andy yang kini tengah memeluknya. Andy pun langsung melepaskannya.

"M-maaf, Tuan."

"Dasar anak muda," katanya kemudian melenggang dari sana.

-•-•-

Pagi hari yang terasa berbeda bagi semua, orang-orang yang biasa menjadi lawan kini berlalu-lalang dengan santai. Meski sedikit canggung, ternyata beberapa mereka bersikap ramah dan interaktif.

Tok tok tok

Tn.Gerald mempersilahkan seseorang masuk ke dalam ruangannya, ia menatap dengan tatapan sedih pria dengan sisa-sisa memar dan plester di beberapa bagian wajahnya.

"Ada apa, em- A-ayah memanggil saya?" tanya Alban, Tn.Gerald tersenyum saat mendengar pria itu masih memanggilnya dengan sebutan ayah.

"Alban, sekali lagi maafkan Ayah, Nak."

"Tidak perlu, aku tahu Ayah tidak pilihan. Aku sudah melupakan bagian itu, yang terpenting sekarang semua kebenaran sudah jelas terungkap."

"Apa kamu tidak marah?"

"Jika dipikir dengan logika harusnya aku marah, tapi rasa sayangku terhadapmu meredam semua itu. Apa Ayah tahu? Bahkan sampai saat ini aku tidak kehilangan rasa kagumku terhadapmu!"

"Jaga Zelda untukku!" pinta Tn.Gerald.

"Sebelum Ayah meminta pun, aku akan melakukannya."

"Maaf soal gunjingan perasaanmu juga!"

"Tidak masalah, aku sudah terbiasa dengan luka-luka itu sebelumnya. Hanya saja, perasaan terburuk itu aku dapatkan saat kau mengatakan bahwa kami adalah saudara-aku hampir kehilangan harapan soal itu."

"Kamu memang anak yang sangat kuat," ujar Tn.Gerald sembari memeluk pria itu.

"Dimana dia sekarang?"

"Di auditorium, pergilah kesana, aku dengar semua staf baru juga akan berkumpul disana setengah jam lagi."

Alban mengangguk, kemudian melenggang dari sana. Ia ingin menemui Zelda, mereka belum lagi bertegur sapa sejak hari penyerangan itu.

Tiba di tempat yang Tn.Gerald maksud tidak terlihat satu orang pun di dalam sana. Kondisi ruangan terlihat sangat gelap, Alban terus berjalan ke arah dalam sambil menyesuaikan penglihatannya dalam gelap.

DORRR...

.




.


Suara itu terdengar nyaring, dibarengi dengan kondisi ruangan yang berubah menjadi terang-benderang.


.

"HAPPY BIRTHDAY TO YOU!!!"

"HAPPY BIRTHDAY TO YOU!!!"

"HAPPY BIRTHDAY, HAPPY BIRTHDAY...

"HAPPY BIRTHDAY, ALBAN!!!"

"Selamat ulang tahun yang ke-24!" ujar Zelda menghampirinya dengan sebuah kue berwarna abu-abu dihiasi potongan coklat yang disusun dengan elegan, lengkap dengan sepasang lilin yang menunjukkan angka 24 di atasnya, gadis itu tersenyum lebar sambil menyodorkan kue agar mempermudah Alban meniup lilinnya.

Alban memerhatikan orang-orang disekeliling mereka. Ada yang berbeda kali ini, Ibu dan Kakak kandungnya ikut hadir dalam pesta kejutan ulang tahun untuknya. Tentu saja membuat hatinya bahagia, ditambah gadis yang ia cintai kini berdiri di depannya.

"Happy birthday my son, make a wish!" ujar Ny.Collins seraya mengusap puncak kepala Alban. Pria itu menutup mata, memanjatkan semua keinginannya, tidak lupa bersyukur juga terhadap apa yang telah terjadi hingga hari ini.

"Selamat ulang tahun, calon menantu!" Tn.Gerald memberikan sebuah pelukan kepada Alban.

"Terima kasih untuk segalanya, Ayah!"

Semua mengucapkan selamat kepada Alban, ia tidak menyangka bahwa mereka menyiapkan semua ini di hari ulang tahunnya. Bahkan ia sendiri pun tidak menyadari hal itu adalah ulang tahunnya sebab kegiatan padat yang ia jalani akhir-akhir ini.

Alban menghampiri Zelda, ia sangat merindukan gadis itu.

"Hai, Al. Bagaimana perasaanmu?" tanya Zelda.

"Tentang?"

"Tentang keluarga barumu,"

Alban tersenyum. "Mereka luar biasa."

"Aku turut bahagia!"

"Bagaimana perasaanmu juga?"

"Kamu tidak perlu bertanya, Al. Ayahku adalah Ayahmu juga selama ini. Aku bahagia memilikinya!"

"Bukan soal itu," Alban memiliki maksud lain.

"Lantas?"

"Perasaanmu kepadaku, apa itu masih sama? Bisakah aku mendapatkannya kembali?" tanyanya. Pria itu menatap Zelda dalam sambil meraih kedua tangan gadis itu.

"Kamu Kakakku-"

"Zel, aku serius kali ini!" sanggah Alban.

"Baiklah, Al. Sebenarnya aku sudah bersama orang baru." Zelda menarik tangannya dari genggaman Alban.

Alban terlihat cemas dengan apa yang baru saja Zelda katakan. "Benarkah? Siapa itu? Biarkan aku tahu!?"

"Putra Tuan Wilpred!"

"Maksudmu Kakakku? Mustahil! Dia sudah bersama Ditha, Zelda."

Zelda menggeleng, apakah Alban belum terbiasa hingga ia tidak menyadarinya. "Aku bersama Alban Rigel Wilpred, aku masih disana dan tidak pernah kemana-mana!" kata Zelda mantap.

Alban menghembuskan nafas lega, melepas segala kecemasannya. "Terima kasih!" ujarnya yang kemudian menarik pinggang gadis itu dan memeluknya.

"Terima kasih untuk segalanya, Zelda. Aku mencintaimu, sangat!" Alban mengecup puncak kepala gadis itu.

"Aku juga mencintaimu, Al." Zelda menitikkan air matanya sebagai rasa haru. Ia bisa merasakan pria di depannya memiliki rasa sayang yang besar kepadanya.

"Bee, apa kamu akan membiarkan Adikmu ini mendahuluimu? Lihatlah mereka, nampak semakin serius, itu membuatku cemas!" ujar Ditha dengan nada yang mampu terdengar oleh orang-orang disekitarnya.

"Tentu saja tidak, Sayang. Kita akan menikah, bulan depan!"

"Ha?" Ditha sedikit terkejut, sebenarnya tadi itu hanya ucapan asal, bukan berniat iri ataupun menyinggung Arpiar, atau mungkin memang bawaan dari kandungannya.

Sorakkan serta tepuk tangan bergema diruangan saat Arpiar mengatakan bahwa ia akan menikahi Ditha bulan depan. Ditha tersenyum senang saat orang-orang nampak mendukung hubungannya.

Merasa tidak mau kalah Alban menghampiri sang Ibu lalu berbicara padanya, entah apa yang mereka bicarakan namun setelah mereka selesai Alban beranjak dan menghampiri Tn.Gerald.

"Saya Alban Rigel Putra, putra dari mendiang Tuan Wilpred ingin meminta ijin kepada Tuan Gerald, bahwasannya saya berniat menjadikan Nona Zelda Nixie Aurora sebagai calon istri saya di masa mendatang. Maka dari itu, ijinkan hari ini kami melaksanakan acara pertunangan sebagai bentuk pembuktian cinta saya kepada Zelda!"

Sorakan-sorakan itu kembali muncul, seakan sedang terjadi persaingan ketat antara dua kakak-beradik di depannya kini.

Tn.Gerald tentu merestui dengan sangat terhadap hubungan Alban dan Zelda. Ia sendiri yang mendidik Alban hingga sebesar ini, ia tahu Alban memang yang terbaik untuk Putrinya.

"Saya masih bisa merasakan aura kompetitif diantara mereka!" ujar Mr.Quts pada Tn.Harper seraya terkekeh.

"Meski begitu, percayalah, mereka akan menjadi sebuah keluarga yang harmonis setelahnya!"

-•-•-

"Sudah cukup segala pengkhiatan yang kita terima dari orang-orang disekeliling kita. Saya harap untuk selanjutnya tidak ada lagi tindakan terhina seperti itu!" ujar Alban di akhir kalimat saat tengah mengisi sambutan dalam rapat besar Samudera Grup.

"Saya persilahkan kepada Kakak saya, sebagai orang yang paling berhak untuk mewakili!" Alban mempersilahkan sang Kakak sebab ia yang paling tua dalam susunan organisasi.

"Saya hanya ingin mengucapkan, terima kasih banyak kepada kalian semua, terutama kepada pimpinan para petinggi karena kalian telah mampu menurunkan ego hingga kita bisa sampai pada titik ini. Terima kasih juga kepada semua orang yang masih tetap setia bertahan dan tetap bekerja keras untuk membangun perusahaan kami. Tanggung jawab yang kita emban mungkin akan sangat berat, kami mohon bimbingan kepada semua para petinggi agar semua bisa berjalan dengan baik!"

Sambutan demi sambutan memenuhi rapat kali ini, setelah dari mereka yang berada dalam susunan baru. Para petinggi juga ikut memberi dorongan dan motivasi kepada mereka.

Seperti yang diucapkan Tn.Harper. "Perjalanan pahit mungkin sudah berakhir, tapi tantangan di depan telah menanti kita semua. Kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi setelah ini, yang pasti tetap waspada dalam situasi harus selalu kita kunci!"

"Selamat menjalankan tugas Anak-anakku, laksanakanlah tanggung jawab kalian!" ujar Tn.Gerald.

Susunan organiasi sudah tempampang jelas dalam banner berukuran besar yang terpasang di bagian depan aula, susunan lengkap para petinggi serta seluruh staffnya.

Mulai hari ini sebuah halaman kehidupan baru telah mereka buka. Dengan menampilkan susunan organisasi yang telah dibuat Tn.Franklin serta tambahan lainnya ;

Justin Jeremy

Alban Rigel Putra - Arpiar Wilpred

Zelda Nixie Aurora - Nevva Claria

Andy Joe - Rebbeca Kelyza

Ditha Azzura

Dengan ini, secara resmi dinyatakan bahwa...

"SAMUDERA GRUP BERDIRI KEMBALI."







.

--THE END--




___

Alhamdulilah ceritanya sudah selesai ')
Terima kasih kepada teman-teman semua yang telah mendukung.

Bagaimana pendapat kalian tentang cerita ini?

Apakah cukup puas?

Atau mengecewakan?

Jika ada kritik maupun saran kalian bisa tulis di kolom komentar atau DM ya ^_^
Ini adalah novel pertama yang aku tulis, mohon maaf jika masih banyak kekurangan atau kekeliruan.

Sekali lagi, terima kasih banyak untuk kalian semua yang sudah bersedia mengikuti cerita ini, terima kasih juga untuk vote dan komentarnya.


SALAM HANGAT <3

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro