Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

54-HERETOFORE🔫

Jangan lupa tekan bintang di pojok kiri.

Happy Reading <3

—•—•—

Rebbeca mencoba membuka kode di balik sidik jari Zelda, sebagai seorang hacker dia tidak mungkin diam saja ditengah keributan yang tengah terjadi. Saat enkripsi data terbuka, kode itu memiliki mailware aktif yang entah terhubung kemana, semoga saja bukan pada orang jahat.

Di ruangan utama, semua keributan telah terhenti. Penjelasan Mr.Quts benar-benar mengejutkan semua orang. Tidak ada lagi yang meributkan soal brankas, semua fokus teralihkan pada kenyataan yang terkesan seperti guyonan.

Tak lama kemudian terdengar derap langkah memasuki gedung, sekumpulan pasukan resmi negara datang berseragam lengkap dengan senapan di tangan mereka.

"Turunkan senjata! Jangan ada yang berontak. SEMUANYA MERUNDUK!" titah seorang pria yang memimpin pasukan pada orang-orang Antares serta Altair Grup. Beberapa petugas kesehatan pun ikut masuk dan memberi pertolongan pada yang terluka.

Pria yang terlihat sebagai pemimpin yakni orang yang memerintah pasukan itu menggunakan seragam CSIS, anggota Intelijen Keamanan Kanada. Sedangkan pasukan yang diperintahnya merupakan pasukan keamanan khusus, bukan polisi atau tentara. Pria itu membuka helm yang ia kenakan, diikuti kedatangan dua orang wanita yang langsung berdiri disampingnya.

"Saya turut prihatin atas apa yang terjadi!" ujarnya.

"H-harper!?" Tn.Gerald, Mr.Quts serta Ny.Collins terkejut dengan kedatangan anggota lama mereka. Begitu pula dengan Alban, Arpiar, Zelda serta yang lainnya saat melihat Nevva ikut hadir dan berdiri di samping pria yang berbicara tadi.

"Perhatikan kondisi kalian, kita akan segera melaksanakan rapat di kantor pusat... Samudera Grup!!!"

-•-•-

Pasukan Tn.Harper menggiring semua anggota Antares dan Altair Grup dengan teratur, mereka melucuti semua senjata agat tidak ada lagi yang terluka. Kantor pusat Altair Grup menjadi tempat rapat mereka, kantor terdahulu Samudera Grup.

Tidak ada yang saling bicara, semua masih bungkam dan terlarut dalam pikiran mereka masing-masing. Mereka hanya menunggu semua klarifikasi atas pertanyaan-pertanyaan dalam benak mereka. Nampaknya, Tn.Harper merupakan orang yang memungkinkan untuk menjelaskan semuanya.

"Nona Zelda Nixie Aurora silahkan maju kemari!" ujar Tn.Harper yang kini berada di tempat pusat perhatian semua anggota yang mengikuti rapat.

Rebbeca mengangkat sebelah tangannya, meminta ijin untuk membuka suara sebab ia telah memecahkan kode sidik jarinya. Iapun ikut maju bersama Zelda untuk mempermudah proses pembukaan brankas.

Zelda menempelkan jarinya pada benda berlapis besi itu, kemudian memasukan 16 digit angka yang ditunjukkan Rebbeca. Brankas itu terbuka, ada sebuah sertifikasi serta beberapa berkas lain di dalamnya.

Berkas berwarna merah terang menarik perhatian Zelda, gadis itu langsung mengambil benda itu kemudian membukannya. Reaksi yang diberikan Zelda hanyalah diam mematung saat melihat isi berkas tersebut, tidak ada yang bisa mengartikan maksud dari ekspresi mukanya.

Tn.Harper meminta berkas itu, kemudian memindai isi berkasnya agar dapat ditampilkan di layar proyektor. Saat berkas itu terpampang jelas di layar, semua orang terkejut atas apa yang mereka lihat saat ini.

Susunan organisasi penerus Samudera Grup sudah tercatat jelas disana. Ada nama Justin, Zelda, Alban, Arpiar dan Nevva.

Orang-orang disana mulai mengerti apa maksud Tn.Franklin saat itu. Mereka semua baru menyadari bahwasanya Pemimpin mereka telah menyusun segala rencana untuk menyejahterakan anggotanya, sebelum beliau wafat —dengan jalan lurus, tanpa kekacauan, tanpa kerumitan seperti yang mereka perbuat, tanpa harus adanya pertumpahan darah.

Masih pantaskah mereka semua menyesali tindakan yang pernah mereka lakukan saat ini?.

Mr.Quts menangis, hatinya terenyuh saat melihat nama anak angkatnya ditempatkan di bagian yang cukup layak sebagai pengisi perusahaan itu. Justin ditempatkan sebagai pemimpin baru Samudera Grup.

"Baik, sebelumnya saya sendiri bingung harus memulai semua dari mana. Beberapa dari kalian mungkin ada yang sudah mengerti. Tidak ada nama para petinggi sebelumnya disini, Tn.Franklin hanya ingin kita membimbing mereka sebelumnya. Naasnya, 5 tahun itu kalian gunakan untuk saling bermusuhan." terang Tn.Harper.

Disinilah mereka, saat semua sudah berlalu cukup jauh baru kali ini mereka bisa membuka mata.

"Beberapa fakta yang telah kalian ketahui tentunya tentang gadis di depan sini, Nona Zelda atau Olivia pada saat bayi merupakan putri kandung Tn.Gerald, yakni Tn.Jison sebelumnya.

"Kemudian Alban, ini pasti sangat berat untukmu, Nak. Tn.Wilpred dan Ny.Collins adalah orang tua kandungmu. Ayahmu menitipkan kamu pada Tn.Gerald karena dia tidak punya anak laki-laki, sebagai seorang sahabat saat itu dirinya sudah sangat mempertimbangkan semuanya. Karena ia tahu pada akhirnya semua akan mendapat posisi yang sama seperti yang terpampang disini." Pria itu menunjuk ke arah layar.

Helaan nafas menyesakkan terdengar dari beberapa orang diantara mereka. Terutama Alban, pria itu menunduk pedih sambil menahan air matanya. Rasanya, ingin sekali meneriakkan semua emosi... Siapa yang harus ia salahkan? Apakah Tn.Gerald? Jawabannya pasti tidak, pria yang selama ini ia anggap sebagai ayah kandungnya benar-benar berperan sangat baik untuknya. Hanya saja, saat mengingat dirinya memerangi keluarga kandungnya, itu memberi luka yang amat dalam bagi Alban, begitu pula bagi sang Ibu dan Kakaknya.

"Tentang keberadaan dimana saya, sebelumnya saya ingin meminta maaf soal ini. Tn.Franklin memercayakan saya sebagai orang yang mendampingi kalian saat pembukaan brankas. Sebenarnya selama ini saya tidak diam, saya tahu pergerakan kalian, hanya saja saya memilih tidak memunculkan diri demi melindungi keluarga saya, sampai tiba saatnya hari ini saya mampu memenuhi amanat Tn.Franklin." Semua mata terfokus pada penjelasan pria itu.

"Mailware aktif kala pendeteksian kunci terkirim kepada saya, saya telah menyiapkan pasukan sebelum hari ini. Itulah mengapa semua nampak tersusun, meskipun kedatangannya terlambat, saya tetap harus berterima kasih pada Tn.Gerald karena berani jujur sehingga menghentikan semua.

"Sebenarnya, saya tidak pernah berharap Brankas itu akan dibuka sejak kalian memilih memisahkan diri dari Samudera Grup, saya tidak ingin lagi berurusan dan lebih memilih menghindar bahkan mengganti identitas karena jiwa saya hanya ada pada Samudera Grup. Bukan Antares maupun Altair Grup."

"Kalau begitu, sama saja tidak ada perjuangan yang Anda lakukan untuk Samudera Grup karena lebih memilih menghindar tanpa membantu menyelesaikan. Disaat saya dan rekan-rekan saya harus mempertaruhkan nyawa, dimana Anda?" tanya Ny.Collins dengan nada tegas meski sedikit serak.

"Saya tidak melibatkan keluarga saya karena saya tidak mau ada yang harus dikorbankan—demi sebuah jabatan dan uang. Saya tidak termasuk orang serakah seperti kalian, kalau bukan amanat Tn.Franklin. Saya tidak akan hadir disini, tapi saya sadar urusan saya belum selesai bersama Samudera Grup selama hal ini belum terbuka." Tn.Harper mengeluarkan pendapat dirinya, cukup menyentak hati mereka yang berani melakukan apapun demi sebuah kekuasaan.

"Mudah sekali berperan sebagai Anda, tanpa tergores luka, tanpa berdarah, tanpa—"

"Samudera Grup membuat jalan lurus terhadap keterlibatan kalian, tapi kalian malah membelokkan dan membuat jalannya berliku-liku tanpa tujuan, tanpa aturan, brutalitas dan tidak mengenal siapa yang kalian eksekusi. Bahkan anak sendiri pun hampir kalian buat mati!"

Bungkam, tidak ada lagi yang berbicara. Semua sadar kalau ini tidak akan terjadi jikalau dulu mereka membuka mata terhadap organisasi yang mereka jalani.

Tidak ada yang bisa disalahkan selain menyalahkan diri mereka masing-masing.

"Justin, maafkan saya," lirih Mr.Quts yang diiringi sebuah isakkan setelahnya.

"Dimana Justin?" tanya Arpiar, semua orang langsung mengalihkan perhatian padanya.

"Bukankan pihak kalian telah menembaknya saat ia menyelamatkan Zelda," ujar Alban dengan nada pelan, mengingat kondisinya masih terlihat parah.

Arpiar menampilkan raut muka kebingungan. "Itu tidak benar, tidak ada perintah untuk membunuh Cyber itu, tidak ada laporan apapun."

"Tn.Arthur yang menembaknya. Saya baru menemukan sebuah rekaman cctv di atas gedung Sujxx, bukankan kalian berkerja sama dengannya sehingga kalian bisa menyerang tempat ini?" ujar Andy, pria itu sempat menyelidiki kejanggalan Tn.Arthur.

"Itu memang benar, semua informasi tentang brankas selalu kami dapatkan dari dia, Tn.Arthur berkhianat dari Altair, tapi untuk menembak Justin itu bukan perintah dari kami!" terang Arpiar.

"Dimana orang itu sekarang?!" ucap Mr.Quts.

"Baik semuanya, tolong tenang dan dengarkan saya. Dia sekutu Breyoz, kesalahpahaman Tn.Franklin pada mendiang Tn.Wilpred adalah karena dia! Tn.Breyoz memanipulasi berkas seakan Wilpred yang hendak menjual pelabuhan itu. Breyoz menjanjikan keuntungan besar pada Arthur sehingga dia berkhianat pada Samudera Grup. Kita semua telah keliru, tidak ada yang salah pada Samudera Grup sebelumnya, semua kekacauan berasal dari faktor luar yang mengadu domba internal kami." Perspektif mereka tentang Tn.Wilpred maupun Antares Grup berubah saat itu juga. Tuduhan terhadap Ny.Collins yang akan menjual pelabuhan pun ternyata tidak benar adanya.

"KEPARAT!!!" teriak Ny.Collins dibarengi tangisan pilu. Arpiar yang memeluk sang Ibu ikut menitikan air mata juga.

"DIMANA BAJINGAN ITU?" Tn.Gerald bangkit dari duduknya, mengedarkan pandangan ke segala arah.

"Anda tidak akan menemukan dirinya dimana pun Gerald, rubah itu pasti sudah bersembunyi dengan aman!"

"Saya tidak bisa menerima semua ini, cari dia dan eksekusilah di depan muka saya!" ujar Ny.Collins lagi.

"Cukup! Tugas saya hari ini bukan untuk mengadili siapapun. Semua tidak akan selesai jika kalian tetap seperti ini!" tegas Tn.Harper.

"Bagaimana mungkin kamu membiarkan orang seperti itu berkeliaran bebas diluar sana, hah? Setelah brankas ini terbuka ia pasti akan melanjutkan aksinya, bukan begitu?"

Tn.Harper menggeleng kuat. "Tidak! Pelabuhan akan tetap ada di tangan Samudera Grup, tidak ada yang bisa mengambil atau menjualnya tanpa tanda tangan kelima anggota kepengurusan. Jika Justin sudah tidak ada, maka sertifikat tetap berakhir disini, sampai turun-temurun pada anak dan cucu-cucu Samudera Grup!"

Ada sedikit kelegaan mendengar pelabuhan akan selalu aman. Meskipun banyak kenyataan pahit harus mereka telan, yang seharusnya terjadi tetaplah terjadi, tidak ada yang bisa dirubah di masa yang lalu.

"Tn.Gerald, Mr.Quts, Ny.Collins. Kalian pasti sudah mengerti apa maksud saya. Semua kekacauan harus berakhir disini, berikan pengajaran terbaik terhadap anak-anak kalian yang hendak menanggung tanggung jawab besar." Jika dipikir dengan mata dan hati yang terbuka, para petinggi itu pasti sangat paham dan hanya memilih satu pilihan. Bagaimanapun mereka sudah tidak punya tujuan selain membangun kembali pondasi yang telah mereka robohkan karena keegoisan.

Tn.Gerald bangkit dari kursinya, kemudian berjalan maju ke arah Tn.Harper, diikuti Ny.Collins serta Mr.Quts.

"Ijinkan saya menyampaikan permohonan maaf saya disini..." ujar Tn.Gerald sambil mencekal mic ditangannya. "Saya meminta maaf atas segala rahasia yang selama ini saya sembunyikan, terutama kepada anak saya Alban, serta Collins sebagai istri dari sahabat saya." Tn.Gerald menghela nafas, ia sudah tidak perduli terhadap harga diri maupun reputasi, meski harus meminta maaf di depan semua orang, kenyataanya memang ia sangat merasa bersalah.

"Alban, Nak. Bagaimanapun kamu adalah anak Ayah. Tidak pernah sedikitpun Ayah menganggapmu sebagai orang lain ataupun hanya memanfaatkan kemampuan dirimu. Ayah membiarkan kamu memerangi Ny.Collins karena alasan yang mengancam brankas itu, tapi nyatanya semua tidak seperti yang dipikirkan. Jika Wilpred mendengar ini, saya benar-benar ingin mengucapkan maaf padanya sebab sempat keliru dan menganggap berita gila itu benar. Sahabat macam apa saya ini, maaf sempat membencimu atas tuduhan yang tidak benar itu." Tn.Gerald menitikan air matanya, betapa menyakitkan saat mengingat segala kebaikan Tn.Wilpred padanya dulu.

"Collins, saya benar-benar meminta maaf atas tindakan saya. Saya tidak tahu harus menebusnya seperti apa, tapi dengan sepenuh hati saya meminta maaf kepadamu karena telah menembak Wilpred atas kesalahpahaman itu." Mr.Quts mengepalkan kedua tangannya di depan Ny.Collins, pria itu terlihat sangat menyesal.

"Cukuplah, saya tidak akan menyalahkan kalian atas semua ini. Terlalu banyak kekeliruan yang terjadi di antara kami." Ny.Collin berbicara sambil menangis.
"Tidak dapat dipungkiri bahwa sayapun bersikap semena-mena terhadap kalian. Saya tidak pernah menyangka bahwa kehancuran ini terus-menerus mengejar saya hingga hari ini. Saya sudah hancur kala Wilpred meninggalkan saya, saya sangat hancur sampai semua itu merubah saya menjadi seorang monster yang tidak punya hati. Disisi lain saya merasa beruntung sebab Tuhan masih memihak kepada saya, saya tidak bisa membayangkan apa yang selanjutnya terjadi jika saya benar-benar membunuh anak saya sendiri.

"Alban, Arpiar, kemarilah Nak. Bagi semua rasa sakit itu pada Ibu, maaf jika selama ini Ibu tidak berperan layaknya Ibu untuk kalian. Kemarilah, peluk Ibu. Ayahmu pasti akan sangat senang."

Arpiar berdiri, berjalan pelan ke arah Alban. Pria yang selama ini ia anggap musuh terbesar adalah adik yang selama ini ia inginkan kehadirannya, Arpiar kecil yang dulu hanya menyentuh Alban saat dalam perut Ibunya kini ia bisa menggandeng dan memapah pria yang dalam kondisi lemah tertempel selang infus.

Semua rasa benci satu sama lain telah hilang saat mereka tahu kebenarannya. Rasa dendam yang selama ini mereka simpan berbalik menjadi rindu yang sangat pilu.

"Maafkan saya," ujar Arpiar tulus saat mereka berjalan menghampiri sang Ibu.

Alban tersenyum singkat, "Kamu terlalu kejam kepada saya, tapi itu bukan lagi masalah... Maafkan saya juga, Kak."

Ny.Collins menelungkup wajah pria yang digandeng putra sulungnya, derai air mata sudah tidak dapat dibendung lagi. "Maafkan Ibu, Nak!" Ny.Collins memeluk Alban dengan erat, melepas rasa rindu kepada bayinya yang hilang 23 tahun lalu. Ny.Collins menarik Arpiar juga kedalam pelukan itu.

"Ayah, aku sangat bangga padamu." Zelda menghampiri Tn.Gerald lalu memeluk pria itu.

"Maafkan Ayah ya, kamu mungkin banyak melalui masa sulit dalam hidupmu, tapi Ayah tidak banyak berperan pada masa itu."

"Tidak apa-apa, ibu selalu mengajariku untuk menjadi gadis kuat. Hingga saat ini, buktinya ada di hadapan Ayah," ujar Zelda, kemudian mengecup puncak kepala gadis itu.

Sepahit apapun kenyataan, semua tetap harus diterima. Kepedihan, luka dan amarah akan sirna jika mereka mampu mengikhlaskan semuanya.

"Hey, Nev, gue belum sempat tanya tentang bagaimana lo bisa—"

"And! Lo nggak pa-pa?" potong Nevva saat melihat betis Andy yang terbungkus bidai tebal.

Tn.Harper yang mendengar pertanyaab Andy langsung berniat menjelaskan. "Jika kalian bertanya-tanya siapa Nevva, ini adalah Nevva anak saya. Kiana, begitu kalian mendengarnya dulu. Saya tidak pernah membawanya, hanya Justin yang tahu tentang Nevva saat pemakaman Tn.Franklin dulu."

Zelda terkejut, begitu pula dengan yang lainnya. "Apa pertemuan kami di pesawat itu..."

"Nggak Zel, pertemuan kita di pesawat kala itu memang secara kebetulan. Who know? but it happened!" ujar Nevva seraya tersenyum.



-

Kumenangisssssssssssss...
:')

Nangis pas nulis bagian Ny.Collins dong wkwk.

Terlalu panjang, jadi kutambah satu part lagi ya untuk endingnya.

Jangan lupa rekomendasikan cerita ini ke teman kalian juga ya.

Salam Hangat, <3

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro