Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

51-She and her dad🔫

Sebuah mobil hitam muncul dengan lampu yang tidak diyalakan, seseorang keluar dari sana kemudian berjalan cepat menuju kotak telephone di ujung jalan.

"Zelda!" serunya saat membuka pintu dan mendapati gadis itu tengah terduduk memeluk lutut sambil menyembunyikan wajahnya. Merasa ada yang memanggil namanya, gadis itu langsung mendongak.

"Al," lirihnya pelan. Tidak banyak bicara Alban langsung menyelimuti gadis itu dengan jaketnya kemudian menggendong gadis itu menuju mobil.

Saat mereka sudah di dalam Andy celingukan mencari seseorang. "Em, dimana-"

"And! Jalankan mobilnya!" Alban menyelang perkataan Andy sebelum pria itu menyelesaikan perkatannya, merasa paham dengan kode Alban iapun langsung mengendarai mobil itu. Sedangkan Zelda, gadis itu merasakan kepalanya yang sungguh berat, ia kehilangan segala tenaganya, bayangan Justin yang tertembak di depan matanya membuatnya sangat merasa bersalah.

Alban merasakan pelukan gadis itu semakin erat, Zelda menangis tanpa suara. Sesuatu buruk pasti telah terjadi, tidak tahu seperti apa yang pasti dengan tidak adanya Justin dapat menunjukan bahwa pria itu tidak baik-baik saja. Alban menatap ke arah jendela disampingnya, sambil mencoba menenangkan Zelda.

'Semua terjadi karena kecerobohanku, seandainya aku tidak memiliki hati untuk gadis yang mengkhianatiku serta gadis di pangkuanku sekarang, mungkin semuanya tidak akan serumit ini.'

Alban merasakan pelukan gadis itu mulai mengendur, isakannya pun sudah tidak terdengar lagi. Zelda tertidur, Alban membiarkannya seperti itu. Merekapun tetap melaju menuju kantor cabang Altair Grup yang terletak di perbatasan British Columbia.

Zelda terhenyak saat merasakan dirinya dijatuhkan pelan diatas benda empuk, gadis itu membuka mata dan mendapatkan dirinya dalam sebuah kamar, ada Alban, Andy serta seorang lelaki yang kini tengah memandangnya.

"Al," panggilnya pada Alban sambil mencekal tangan pria itu saat Alban hendak menjauh.

"Hai Nona, Anda aman bersama kami disini. Bolehkah saya bertanya soal Jutin?" tanya pria yang tampak asing di mata Zelda. Zelda mengingat-ingat nama yang dimaksud oleh paman tersebut, saat menyadari panggilan Andy di radio memanggil nama itu Zelda langsung merasakan sesak lagi di dadanya.

"Ada apa?" tanya Andy pada Zelda, gadis itu tampak berkaca-kaca.

"M-maafkan saya Tuan, seseorang menembaknya dua kali hingga aku tidak melihatnya bergerak lagi," ujar Zelda yang langsung histeris setelah menjawab pertanyaan Mr.Q. Semua orang langsung terkejut mendengar hal itu, terutama Mr.Q, sebagai seorang ayah angkat yang telah melewati banyak hal mulai dari Samudera Grup hingga sekarang, pria itu tidak percaya sang anak meninggalkannya sebelum dirinya.

Alban mencoba menenangkan Zelda, pria itu juga sangat terluka sebab Justin merupakan partner yang baik sekaligus sahabat masa kecilnya. Harusnya ia ikut bersama Justin, harusnya ia menentang perkataan pria itu. Bayangan bagaimana Justin menyelamatkannya saat misi di Amsterdam, bagaimana Justin mempertaruhkan nyawa untuk membantunya melarikan diri saat di bandar udara Schinphol, bayangan saat Justin selalu membantu dirinya menyelesaikan misi-misi berbahaya, bayangan saat Justin selalu merasa kalah dari Alban hanya karena satu benda, pria itu selalu rendah hati, seberapa hebat kemampuannya ia tidak pernah mengakui itu.

Tanpa Justin, Alban tidak akan bisa bertahan sejauh ini. Tidak terhitung berapa kali Justin membantu Alban, Beberapa kali pula pria itu menyelamatkan nyawa Alban. Tapi lihat, Alban bahkan tidak mempu menolongnya sama sekali, malah ia yang menjerumuskannya dalam keadaan bahaya.

"Maafkan aku, ini semua karenaku," ucap Zelda seusai melepas pelukannya dari Alban. Mr.Q tengah terduduk di salah satu kursi yang ada disana.

Suasana pilu menyelimuti ruangan itu, Alban memejamkan matanya.
Sakit, sangat sakit. Bahkan lebih dari kata itu.

Alban menghampiri Mr.Q, berlutut di hadapannya. "Maafkan saya, seharusnya saya tidak melibatkan Justin dalam masalah ini. Mr.Q tolong maafkan saya." Pria itu menangis, siapa yang tidak menangis saat kehilangan orang terdekat, orang yang selalu membantu, orang yang selalu dapat diandalkan.

"Sudah, tidak apa-apa. Aku tidak menyalahkanmu Alban." Pria itu menutup kedua matanya dengan satu tangan.

"Tapi saya yang menjadikan semuanya seperti ini!"

"Justin tahu resiko pekerjaannya dari awal, lagipula dia sendiri yang meminta untuk pergi kesana seorang diri. Saya tidak menyalahkanmu, sekarang segeralah lanjutkan misi kalian. Jangan sia-siakan pengorbanannya!" Setelah itu Mr.Q berlalu meninggalkan ruangan.

-•-•-

Keesokan harinya semua berkumpul di ruangan rahasia, Tn.Gerald masih belum terlihat dari kemarin sore. Mr.Q sudah kembali berkumpul besama yang lainnya, saat menanyakan soal pemakaman Justin ia bilang tidak perlu dipikirkan, mungkin Mr.Q membawa jenazahnya ke Amsterdam atau Greenland, ia tidak membiarkan Altair Grup mengetahui infonya meskipun mereka sudah memaksa.

"Fokuslah terhadap misi kalian, jangan sampai hal ini menggaggu kalian." Itu yang dikatakan Mr.Q.

Hari ini adalah hari intograsi Zelda, Andy mengatakan satu hal yang mungkin bisa menyangkal tuduhan buruk terhadap Zelda. Hal itu adalah saat Zelda datang ke kantor pusat Altair Grup dan berakhir di kurung disana. Jadi, mereka tidak perlu menuduh gadis itu bungkam atau menyembunyikannya.

"Saat itu, Alban yang ditugaskan untuk mengintograsinya. Kemudian, informasi yang diterima oleh Tn.Gerald dari Alban adalah Zelda hanya seorang gadis rantau."

Alban melirik ke arah Andy yang tengah membahas tentang dirinya. Kemudian Tn.Gerald pun memasuki ruangan, tatapannya tidak lepas dari Zelda.

'Tujuanku ke sini untuk mencari keberadaan ayahku, menurut informasi yang aku temukan di jurnal mendiang ibuku, ayahku ada di Vancouver.'

Alban merasa sangat bodoh, seandainya ia menceritakan kebenarannya terhadap Tn.Gerald, mungkin semuanya tidak akan sepanjang ini. Saat itu ia malah dibutakan oleh amarah ketika tahu Zelda mengenal Arpiar.

"Ya, aku tidak memberikan informasinya secara lengkap. Tapi, jika seandainya dulu Ayah bilang padaku tentang anaknya yang-" Alban menghentikan ucapannya, setelah mengumpulkan semua puzzle mengapa dirinya baru sadar saat ini.

"Ayah, apa ..."

"Cukup, jangan terlalu banyak bicara, kita bahkan belum sempat memeriksa keamanan gadis itu!" Mr.Q memperingatkan. Kemudian ia berjalan ke arah Zelda dengan membawa alat bersinar hijau di tangannya.

"Saya akan memeriksa keamanan Anda Nona, mungkin saja Antares Grup menyelipkan alat pelacak di tubuh Anda."

"Emm, Tuan. Semalam Justin sudah menyuruhku untuk membuang handphone serta mantel yang diberikan mereka." Ada perasaan tidak enak diantara mereka saat Zelda menyebut nama itu.

"Saya hanya memeriksa," ujarnya kemudian mengarahkan benda itu dari ujung kepala Zelda, hingga pada bagian lengan kanan cahaya benda itu berubah menjadi warna merah.

"Aku menemukan satu," ujarnya sambil melirik Andy. Pria itu langsung menyiapkan sebuah suntikan serta benda lain.

Setelah selesai memeriksa hingga ujung kaki, Mr.Q mempersilahkan Andy untuk bertindak.

"Tahan sedikit," ucapnya sambil menusukan jarum suntik pada Zelda yang merupakan obat bius bertipe lokal. Andy menyayat sedikit kulit gadis itu kemudian mengambil sebuah kapsul kuning dari dalamnya lalu menutupnya lagi dengan tiga jahitan.

"Mengapa aku tidak pernah merasakan benda itu disana?" tanyanya pada Andy.

Benda itu langsung diberikan pada tangan Mr.Q.

Alat peretas suara.

"Ternyata ini alasan mengapa kita selalu kecolongan, aku akui ini memang cerdik, tapi itu juga sangat menyedihkan. Mengapa? Karena kalian menjadikan ini untuk sebuah kecurangan. Apa kalian sedang mendengarkanku sekarang? Ingat ini baik-baik, segala sesuatu yang dicapai dengan yang buruk akan mendapatkan hasil yang buruk, begitu pula sebaliknya.

"Jadi, berhentilah mengejar apa yang bukan hak kalian. Mau sampai kapan kalian seperti ini? Sampai nyawa-nyawa diantara kalian harus dikorbankan lagi?. Saya disini sebagai pihak Samudera Grup, menyarankan kalian untuk berhenti-" tiba-tiba saja Mr.Q menghentikan ucapannya pada benda itu, kemudian mengambil tang lalu menghancurkan benda kecil itu dengan penuh emosi. Semua tau kalau pria tua itu masih sangat terpukul atas kematian Justin. Andy dan Alban mencoba menenangkannya.

"Zelda!" panggil Tn.Gerald yang baru mengeluarkan suara. Zelda mengalihkan tatapannya pada pria yang memanggilnya, kemudian Tn.Gerald mendekat ke arahnya.

"Ini Ayah, Nak," ucapnya kemudian beralih memeluk gadis itu, Zelda pun tak bisa menahan air matanya. "Ini Ayahmu Nak, Jison Abelardo adalah namaku yang dulu. Kamu anakku, nama belakangmu sama dengan istriku, dia pasti menggantinya tanpa sepengetahuanku. Maafkan Ayah." Pria itu mengusap puncak kepala Zelda yang tengah terisak.

"Kamu anakku!" ucapnya lagi.

Mr.Q, Alban dan Andy menghampiri keduanya, "Ayah, maksudmu Zelda itu..."

Tiba-tiba keadaan menjadi hening.

"Dia adikmu Alban," kata Mr.Q, Tuan Gerald melepaskan pelukannya, kemudian beralih menatap Mr.Q, lalu kepada Alban.

"Boleh aku memelukmu, Kak?" Suara itu datang dari Zelda, Alban terhenyak mendengar panggilan gadis itu terhadapnya.

Alban mendekatinya dengan canggung, kemudian memeluk gadis itu. "Aneh sekali rasanya, kamu adikku? Padahal aku mencintaimu sebagai seorang kekasih," ujarnya. Zelda pun melepas pelukkan itu dengan kecanggungan yang sama.

"Zelda, akan banyak pertanyaan yang kami tanyakan kepadamu," ucap Mr.Q. "Tapi sebelumnya, bagaimana kabar brankas itu?"

"Mereka mencoba membuka dengan kalungku, tapi yang keluar berupa deretan tombol angka yang perlu dibuka dengan 16 digit," terang gadis itu.

"Seperti tebakanmu, Justin!" ujar Andy secara reflek sambil menengok ke sebelah kanannya, tapi disana hanya ada Alban. "M-maaf," tambahnya sendu.

Mr.Q menghembuskan nafas pelan. "Biar aku yang melanjutan, istirahatlah." Tn.Gerald menepuk bahu pria tua itu.

"Zelda, apa yang membawamu kemari? Maksud Ayah, siapa yang menyuruhmu datang kesini?"

"Aku kesini karena Ibu pernah bilang Ayah membutuhkanku, aku sangat penting. Saat Ibu sedang sakit ia memberikan kalung itu padaku, ia menyuruhku untuk menjaganya. Selepas kepergiannya aku membuka Jurnal miliknya dan menemukan sebuah peta dengan lingkaran merah dibagian sini. Aku hanya tahu nama Ayahku, saat aku berbicara kepada Mrs.Kina bahwa aku ingin mencari Ayah, dia mengijinkanku pergi."

"Teruskan."

"Untuk persoalan brankas maupun tentang perusahaan, aku tidak tahu apapun. Bahkan aku sendiri tidak menyangka kalau kalung itu ada hubungannya dengan brankas yang kalian miliki."

Tn.Gerald dan Mr.Q saling melirik. "Kamu yakin tidak ada yang terlewat. Apa kamu tahu Tn.Franklin?"

Zelda mengangguk. "Kakek itu, dia sangat baik padaku. Setiap datang kerumah dia selalu membawa barang-barang yang aku butuhkan tanpa pernah meminta. Kala itu aku masih di bangku sekolah dasar, dia yang memfasilitasi alat-alat yang kubutuhkan untuk sekolah."

"Lalu?"

"Sampai hari itu, saat awal aku berada di bangku kelas delapan aku tidak pernah melihatnya lagi."

Jika kematian Tn.Wilpred adalah 8 tahun yang lalu, Tn.Franklin wafat setahun setelahnya.

"Apa yang disampaikan Mrs.Kina? Apa dia tahu sesuatu?"

"Saat aku berangkat kesini dia tampak senang, seperti ada harapan dalam sorot matanya. Aku pikir, dia tahu." Zelda nampak berbinar saat mengingat itu.

"Baik, kita akan menemuinya di Toronto."

"Saya siap berangkat!" ucap Andy mantap. Alban ikut mengangguk.

"Kalau begitu, besok kita kesana," ujar Alban. Setelah itu rapat pun selesai.

-•-•-

Bulan purnama menerangi langit gelap malam ini, seorang pria tengah menatap ke arah langit, menelusuri tiap-tiap rasi bintang yang bertabur disana.

"Justin, apa kau tahu cerita tentang orang mati yang abadi di langit, mereka bilang taburan cahaya di atas sana adalah orang-orang. Apa kamu ada di antaranya? Jika benar, kamu pasti yang paling terang di atas sana." Alban berbicara sendiri, seakan ada seseorang yang ditanyainya.

Zelda datang dengan membawa sebuah jaket di tangannya, ia melihat pria itu diluar sendari tadi.

"Masuklah, diluar sangat dingin," ucapnya lembut. Alban yang menyadari kehadiran gadis itu lantas berbalik ke arahnya.

"Jangan seperti ini Zelda, kamu mematahkan hatiku."

"Em, maaf. Baiklah aku akan kembali kedalam," ujar gadis itu menyodorkan sebuah jaket dan kemudian berbalik.

"Tunggu! Disini saja, temani aku menyampaikan pesan kepada Justin."

Zelda kembali berbalik, ia tahu pria itu sangat kehilangan Justin. Setelah itu mereka berdua duduk disana sambil menatap langit.

"Apa ibu kita cantik?" Alban memecah keheningan.

"Ya, sangat cantik. Ia wanita paling hebat yang pernah aku temui. Lalu, bagaimana dengan ayah?"

"Ayah adalah seorang laki-laki terbaik yang aku miliki," jawab Alban. "Zel," panggilnya lagi.

Zelda melirik ke arah pria itu, menatap dalam ke arah matanya. Tanpa basa-basi Zelda langsung memeluk pria itu. "Terimakasih untuk segalanya, Kak." Alban yang mendengar kata terakhir gadis itu merasa nyeri di dadanya, tapi ia bahagia juga jika gadis ini telah menemukan ayahnya.

"Menyedihkan sekali rasanya saat harus memelukmu dengan status sebagai adikku," ucapnya sambil terkekeh.

Zelda melepaskan pelukannya, "Aku mencintaimu, tapi sekarang sebagai Kakakku." Alban hanya tersenyum tipis mendengar hal itu. "Aku sangat terkejut, karena ibu tidak pernah bercerita soal kakak laki-laki ku."

---

Ada yang patah tapi bukan tongkat.

Eits, brankasnya masih disana, ini belum selesai oke!

Kecewa tak?

Jangan dulu ya, endingnya masih jauh kok :v sekitar 2/3 part lagi mungkin.

Jangan lupa vote dan komentar jika suka dengan ceritanya.

Salam Hangat,

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro