50-Thanks Justin🔫
Alban mengabari Justin tentang kunci brankas yang diambil oleh Antares Grup, serta Zelda yang diculik oleh mereka.
Justin dan Mr.Q memang sudah berada di Vancouver saat hari pernikahan Alban, mereka datang saat sore hari dan mendapati acara pernikahan tersebut tidak jadi dilaksanakan. Mendengar brankas telah dicuri merekapun tetap tinggal disini untuk membantu.
"Jadi, tolong ceritakan semuanya dari awal," pinta Justin pada Alban.
Alban menceritakan semua kronologi mulai dari kepulangannya dari Amsterdam, foto Zelda bersama Arpiar, info kepalsuan ayah Zelda serta pengkhianatan Ditha.
"Apa yang kamu mau?"
"Selamatkan dulu gadis itu, soal brankas bisa diurus setelahnya!" Mr.Quts tiba-tiba datang diantara obrolan kedua pria itu, diikuti Tn.Gerald juga dibelakangnya.
"Tapi, bagaimana kalau sertifikat itu—"
"Kita bisa selamatkan keduanya, tapi Zelda yang paling utama!" seru Tn.Gerald.
Alban langsung mengingat percakapannya dengan Tn.Gerald saat mencoba membuka brankas hari itu.
"Pah, apa Zelda orang yang Papa maksud?"
"Benar, katamu kalung gadis itu adalah kunci brankas itu kan?" Justin menimpali perkataan Alban.
"Jangan banyak bertanya, lebih baik cari cara bagaimana melepaskan gadis itu terlebih dahulu!" seru Mr.Q pada mereka.
Enam orang tengah berkumpul disisi lingkaran meja bundar di depan mereka. Yakni Tn.Gerald, Mr.Q, Tn.Arthur, Alban, Justin, dan Andy. Mereka tidak mengajak yang lain sebab misi ini dilakukan personal untuk menyelamatkan Zelda, mengapa begitu? Sebab, jika kunci brankas ada padanya, sangat memungkinkan bahwa gadis itu sangat penting serta akan banyak informasi buntu yang mungkin bisa terjawab.
Menyangkut soal Samudera Grup, itu yang paling utama. Jika brankas dan isinya mungkin hanya sebuah benda, itu masih bisa diperjuangkan dengan cara apapun, tapi jika nyawa manusia sudah hilang, akan sulit mendapatkannya kembali.
"Menurut hipotesisku, sebuah kalung tidak mungkin langsung membuka brankas itu!" ujar Justin.
"Kalung adalah kunci kedua, yang pertama seperti biasa ada bagian yang perlu disentuh sebelumnya," ucap Alban. Pria itu masih dalam keadaan buruk, efek obat yang Arpiar suntikan benar-benar melemaskan seluruh ototnya. Setelah diperiksa, ternyata obat itu adalah Pavulon, sejenis obat pelumpuh atau biasa digunakan untuk suntikan mati jika dalam dosis lebih—Arpiar memang terlalu gila.
"Kunci kedua? Hakikat kunci pada dasar keamanannya ada 3. Jadi, aku setuju dengan pendapat Justin!" Andy menimpali ucapan Alban.
"Berapapun kuncinya, saya yakin brankas itu tidak akan langsung terbuka dengan benda yang kalian maksud!" Mr.Q, pria itu selalu tidak tahu aturan, merokok dalam ruangan rapat dengan santai. Tidak ada yang menegurnya, meskipun tidak gila hormat—pria tua ini tetap dianggap petinggi oleh yang lain.
Posisi Tn.Gerald, Mr.Q, Tn.Wilpred serta Tn.Harper adalah petinggi dibawah Tn.Franklin. Mereka tetap sederajat meski Samudera Grup sudah runtuh.
"Jadi?" Alban menatap satu-persatu dari mereka.
"Aku yang akan masuk kesana!" Justin, pria itu memutuskan dengan mantap.
"Apa katamu? Aku? Kita akan masuk kesana!" ucap Andy.
"Tidak, biar aku yang mendatangi tempat gadis itu disekap. Kamu dan Alban berada di mobil untuk menjemput kami saat keluar."
"Aku ikut, jika bukan aku yang punya misi utamanya, biarkan aku ke dalam untuk mengalihkan perhatian mereka!"
"Dengan kondisi seperti itu?" Justin menaikan sebelah alisnya. "Atau mungkin kamu tidak usah ikut saja Al!"
"Hey Bro, mana mungkin aku akan diam saja dengan moment seperti ini?!"
"Ya ya ya, moment menarik perhatian maksudmu 'kan?" pria itu malah menggoda Alban, Andy ikut terkekeh mendengan ledekan Justin.
"Baik, sekarang kita mulai menyusun rencana mulai dari sini!" seru Tn.Gerald.
Andy mendapatkan informasi bahwa ada kapal asing yang identitasnya tidak cukup jelas di jalur menuju pelabuhan Vancouver, lantas iapun langsung memberitahu yang lain. Perlu diingat, pelabuhan Vancouver di bawah kepengurusan mereka, jika ada sebuah kapal asing di jalur mereka, petugas perbatasan negara tidak akan ikut campur.
"Mengapa harus dalam keadaan seperti ini!" runtuk Tn.Gerald. "Arthur, pergilah ke menara pelabuhan. Ambil senjata barumu di ruangan belakang."
Tn.Arthur merupakan aset penembak jitu Altair Grup, begitu pula saat di Samudera Grup. Mendengar informasi dari Andy, Tn.Gerald tidak tanggung-tanggung langsung menurunkan Tn.Arthur agar masalah kapal itu tidak menganggu misi penyelamatan Zelda dan Brankasnya.
Setelah itu, mereka melanjutkan rapat dengan bantuan informasi dua hacker andalan mereka, Justin dan Andy.
—•—•—
Hari sudah malam, Ny.Colins, Arpiar, Tn.Mark serta dua anggota mereka yang lain tengah mencoba membuka brankasnya. Kalung berbentuk salju itu sudah ada di tangan Arpiar, mereka tersenyum senang saat Arpiar mulai menyocokkan benda itu pada lubang kuncinya. Namun, seketika senyuman mereka luntur sebab bukan brankas yang terbuka, melainkan sebuah kunci lain yang menampilkan deretan angka.
"Shit!!!" Teriak Ny.Collins sambil menendang meja yang ada dihadapannya.
"Lagi?" Arpiar menghembuskan nafas gusar.
"Bawa gadis itu kemari, dia pasti tahu cara membukannya!"
Dua orang diantara mereka langsung bergerak menuruti perintah Ny.Collins, tak lama kemudian Zelda pun datang masih dengan kondisi yang sama.
"Zelda, kamu tahu cara membukannya kan?" ucap Arpiar, tidak terlalu menekan. Sedangkan Ny.Collins tengah berdiri dekat jendela sambil memijat kepalanya sendiri.
"Membuka apa?" tanya gadis itu, ia menjawab karena tidak ingin diperlakukan tidak baik lagi, saat mereka bertanya hari lalu gadis itu bungkam dan malah berakhir dengan memar di wajahnya.
"Enam belas digit untuk membuka ini!" Pria itu menunjuk ke arah brankas.
Zelda menggeleng, "Aku tidak tahu."
"Jangan berbohong!"
"Aku sungguh tidak tahu."
"Nona, jangan mempersulit seperti ini! Buka brankasnya atau saya tidak akan segan-segan menyakiti orang-orang yang memiliki hubungan dengan Anda, anak saya bilang Nevva dan adik kecilnya itu bisa jadi negoisasi 'kan?"
"Tapi aku sungguh tidak tahu!" Gadis itu sedikit berteriak sambil menatap Ny.Collins tanpa rasa takut.
"Oh, sudah mulai berani ya? Saya tidak percaya jika Anda bisa membawa kunci ini, pasti ada informasi lain selain kalung ini bukan?"
"Jangan sakiti mereka, aku bilang aku sungguh tidak tahu! Itu kalung milik ibuku, dia menitipkannya padaku. Aku tidak pernah tahu sedikitpun kalau kalung itu bisa berhubungan dengan brankasnya!"
"Kalau begitu, dimana ibumu?"
"Ibuku sudah di surga, jika kamu mencarinya, mati saja. Tapi aku pastikan kamu tidak akan bertemu dengannya because hell is your place!"
Ny.Collins langsung berjalan mendekati Zelda kemudian mendaratkan satu tamparan di pipi gadis itu.
"Mengapa mulutmu jadi sangat berani seperti itu ha? Dengar! Setelah brankas ini terbuka, saya menjadi orang pertama yang melubangi jantung Anda!" ancamnya sambil menunjuk dada kiri Zelda. "Siapa pula yang akan menyelamatkanmu Nona malang!?."
Setelah itu Ny.Collins keluar dari sana diikuti yang lainnya, dapat diartikan bahwa pembukaan brankas ini gagal dan akan dilanjutkan nanti.
"Bersihkan dirimu Nona, kamu terlihat sangat kacau!" ucap Arpiar sebelum melenggang dari sana.
"Ar ..."
"Jangan berpikir aku akan menyelamatkanmu, anggaplah ini sikap peduli untuk ucapan terimakasih telah membantuku mendapatkan Ditha!" Setelah mengucapkan itu, Arpiar keluar dari sana. Kemudian dua lelaki kembali membawa Zelda ke ruangannya.
—•—•—
"Siapa kamu? Mau dibawa kemana dia?" ucap Ditha saat melihat seorang wanita membawa Zelda keluar dari ruangannya.
"Saya salah satu pelayan disini Nona, Tuan Arpiar menyuruh saya membantu Nona Zelda membersihkan diri." Seketika ekspresi Ditha menampilkan wajah badmood.
"Hei hei kenapa calon ibu ini menampilkan ekspresi seperti itu?" tanya Arpiar yang baru saja menghampiri mereka.
"Kamu menyuruhnya membantu gadis itu membersihkan diri, untuk apa?" tanyanya dengan nada ketus.
"Jangan salah paham, itu hanya hal kecil. Jadi, kamu cemburu hmm?" tanyanya sambil mencolek dagu Ditha, membuat gadis itu sedikit tersipu. "Tunggu, memangnya aku menyuruh? Bukankah tadi pelayan yang lain?"
"Benar Tuan, saya bukan orang yang Tuan suruh, tadi rekan saya mengalami masalah gangguan pencernaan."
"Dan ... Kamu tampak asing." Arpiar menaruh tangan di dagunya seakan berpikir.
"Sudahlah, pelayan di tempat ini terlalu banyak, dan lagi kamu baru akhir-akhir ini kan berada disini? Ayo kita pergi!" Ajak Ditha, tidak berbeda jauh dengan Altair Grup, Antares pun kini menempati kantor percabangannya untuk mengecoh yang lain.
Sampai tiba-tiba sebuah teriakan Ny.Collins mengagetkan semua orang yang berada di sana. Di lantai dasar, Zelda, pelayan serta seorang pria tertangkap basah di depan mata Ny.Collins yang hendak memasuki kantor dari arah basemen.
Semua orang yang ada di kantor pun langsung bergerak mengejar ketiga orang itu. Satu motor di tempat keluar sudah siap dengan pengendaranya, justin menyuruh seorang pelayan palsu itu untuk naik dan melarikan diri. Sedangkan Justin, ia kini sedang berlari bersama Zelda menghindari orang-orang yang mengejarnya.
Tut...tut...
"Kita ketahuan dan mereka sedang mengejar! Ganti tempat pertemuan!" Ujar pria itu dengan earclip-nya.
Zelda hanya mengikuti pria itu yang kini tengah menariknya untuk berlari. "Tuan, maaf Anda siapa?" Itulah yang diucapkan Zelda ditengah-tengah lari mereka.
Justin mengalihkan tatapannya pada gadis itu. "Zelda, apa kamu memakai barang dari mereka?" tanyanya.
"Anda tahu namaku, Tuan?"
"Jawab saja pertanyaanku!"
"Ada, Handphone ini."
"Buang benda itu!"
"Hah?"
"Ada lagi?" Tanpa pikir panjang lagi Zelda pun menuruti apa katanya.
"Mantel ini." Justin langsung menarik Zelda ke sebuah gang kecil yang gelap.
"Buka!"
"Apa maksudmu?" ucap Zelda terdengar sebal.
"Ikuti perkataanku agar mereka tidak mengejar kita!" ujar Justin dengan nafas memburu akibat berlari.
"Jangan macam-macam!" ancam Zelda, kemudian ia membuka mantel yang ia pakai dan hanya memakai baju tanpa lengan miliknya.
"Mereka berada di daerah sini!!!" seru seseorang dari kejauhan, Justin pun langsung mengajak Zelda berlari lagi.
Pihak Antares Grup benar-benar memburu mereka, selain orang-orang yang mengejarnya tanpa transportasi, beberapa mobil, motor bahkan sebuah helikopter pun ikut dikerahkan oleh mereka.
Mereka terus berlari, beberapa orang yang menemukan mereka sempat menggertak dengan mengarahkan tembakan ke arah Justin—saja.
Zelda terjatuh, satu orang yang tengah menaiki motor besar berhasil menyerempetnya. Sebelum orang itu membawa Zelda, Justin sudah berhasil melumpuhkannya.
"Tuan, kakiku sakit." Zelda memegangi lututnya, nampaknya ia mengalami cedera karena terjatuh cukup keras.
Satu mobil dari arah belakang mereka terlihat mulai mendekat, Zelda tahu itu mobil Arpiar. Suara motor-motor lain juga mulai terdengar.
"Zelda, apa kamu bisa berdiri?" Justin membantu Zelda berdiri setelah mendirikan motor milik orang tadi. "Ayo naik!"
Justin melaju, beberapa motor mengejar mereka. Helikopter di atas pun nampaknya melihat keberadaan mereka, lampu sorot itu yang membantu yang lainnya menghampiri mereka.
"Pegangan!" ujarnya, pria itupun langsung melaju kencang sambil mengecoh pergerakan yang lain dengan berbelok ke arah gang-gang kecil. Namun, gang itu tetap berakhir di jalan utama yang sama. Tapi itu cukup berhasil untuk melumpuhkan beberapa pengejar yang menaiki motor.
Justin keluar dari gang kecil, disambut mobil Arpiar di pertigaan jalan. Saat mobil Arpiar melaju, pria itu tertahan oleh motor anak buahnya yang baru saja keluar dari gang yang sama.
Tentu saja Justin merasa aman karena mulai berhasil keluar dari pengejaran. Sampai tiba-tiba ...
Dorr...
Satu tembakan membuat motor yang ia kendarai terjungkal, Zelda terpental cukup jauh, begitu juga dengan Justin.
Seseorang telah menembak pria itu. Beberapa detik keduanya masih belum sadar terhadap apa yang terjadi. Saat Zelda mulai kembali ke alam sadarnya, ia melihat pria itu tergeletak di depannya.
"Hey, Tuan. Pssttt... Bertahanlah aku akan kesana."
Justin menggeleng sebagai jawaban untuk gadis itu. "No... Don't!!... Go a-way!!" Pria itu tersengal-sengal lantaran peluru tadi berhasil melubangi ulu hatinya.
"Tolong bertahan!" ucap Zelda lagi dengan bibirnya yang bergetar.
"Per-gilah, ja-ngan sia-siakan pergorbananku. Kamu ... harus selamat!"
Zelda tetap merangkak menuju Justin tetapi lelaki itu malah bergeser cepat sambil melemparkan earclip-nya ke arah Zelda, kemudian satu tembakan lagi mengenai punggungnya.
Dorr...
Itu bukan tembakan biasa, hanya seorang dengan senjata khusus yang mampu menembak dengan membaca sedikit pergerakan lawan.
Zelda menutup mulutnya saat tembakan kedua mengenai Justin, pria itu nampak tidak bergerak lagi. Saat suara deru motor besar mulai terdengar mendekat ke arah tempatnya saat inj, lantas Zelda langsung mundur dengan posisi telungkup ke arah belakang bak sampah, nyeri sikut yang menyentuh aspal pun sudah tidak diperdulikan, merasa posisinya cukup aman untuk berdiri, iapun langsung berlari dalam kegelapan.
"Maafkan aku, Tuan," lirih Zelda sambil mengusap air matanya. Gadis itu berlari sejauh mungkin untuk menghindari orang-orang Antares Grup.
"Test! Test! Justin!" Suara itu menyadarkan Zelda untuk segera menghubungi orang yang ada di sambungan radio Justin.
"And," panggilnya saat mendengar suara Andy di radio tersebut.
"Zelda! Kamu dimana?" Itu adalah suara Alban, suara yang Zelda rindukan.
---
Guys!
-
Sorry ...
Justin die :((
Hacker andalannya tertembak huhu.
•
Hampir 2k kata👉👈
Rekor banget ini😭
Anggap aja bonus karena minggu kemarin nggak ada update.
Semoga terbayang dengan suasananya ya. Kalau ada kritikan, boleh kalian isi di komentar.
Jangan lupa tinggalkan vote jika suka dengan ceritanya.
Salam Hangat, 🌹
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro