Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

49-Key🔫

Tidak salah lagi, itu kalung milik istrinya. Tn.Gerald tidak mungkin salah, ia sangat mengingat jelas bagaimana dirinya meminta pengukir membuatkan kalung seperti itu, tidak mungkin jika ada yang menduplikasi kan benda itu. Kalaupun ada, sangat jarang kemungkinannya.

"A-ah iya. Ada di dalam sana," ujar Tn.Gerald sedikit tergagap.

"Ada apa?" tanya Alban masih dengan nada ketus, cukup lama pria itu menunggu jawaban sang Ayah. Pikirnya, mungkin Tn.Gerald lupa menaruh benda itu.

"Lakukanlah!"

Alban mengerutkan kening saat mendengar ucapan sang ayah, bukannya tadi Tn.Gerald menentang ucapannya, sekarang langsung berubah seperti ini.

"Tunggu, maksud ayah ... menukar kunci dengan Zelda tanpa melakukan apa-apa?"

"Asalkan gadis itu selamat!" ujar Tn.Gerald. "Siapa nama lengkap gadis itu?"

"Zelda Nixie Aurora."

Tombol oranye di tekan, tanda Tn.Gerald akan mengadakan rapat pribadi bersama orang-orang intinya.

"Ke ruangan utama sekarang, kita rapat mengenai masalah ini!"

Alban serta Tn.Gerald memasuki ruangan utama, disusul oleh Tn.Arthur. Sambil menunggu Andy dan lima orang inti yang lain, Tn.Gerald pergi ke toilet terlebih dahulu.

'Dimana Ayah simpan kalung Zelda?'

'Ini, pakailah!'

'Wah, cantik sekali. Nanti akan aku pakaikan pada anak kita ya!'

'Jaga dia ya!'

'Pa-pa mau mana?'

'Kamu sama bunda ya Nak, papa sayang kamu!'

Seketika kilasan adegan itu muncul di tengah-tengah lamunan Tn.Gerald, sebesar itukah kepercayaan Tn.Franklin kepadanya sampai menjadikan istri serta anaknya dalam penguncian berkas penting Samudera Grup.

Saat Tn.Gerald meninggalkan Toronto, beliau memang tidak pernah lagi berkomunikasi dengan istrinya. Tujuannya untuk melindungi mereka.

Hingga tiba di Vancouver, Tn.Gerald mengganti nama sebab saat itu Samudera Grup mulai bertindak di bidang kejahatan. Jika orang lain mengenal Samudera Grup sebagai perusahaan penggerak bidang transportasi, mereka salah. Bukan hanya itu, mereka juga bergerak dalam pelatihan agen rahasia tidak resmi, sindikat itu melatih orang-orang dari berbagai negara sebagai hacker, yang nantinya mereka akan berada di balik permainan ekonomi masyarakat tiap negara.

Itulah mengapa sering terdengar suatu negara berkembang tiba-tiba mengalami krisis moneter. Itulah mengapa para aparat keamanan negara sering terkelabui jika ada permasalahan di bidang sosial maupun politik. Ada hacker-hacker hebat dibalik kerugian mereka, membuat keseimbangan sering kali tidak terkendali.

Hingga tahun lalu, ia mendapat kabar bahwa sang istri telah wafat, kabar itu datang dari Mrs.Kina, wanita tua yang diamanati Tn.Gerald untuk selalu mengurus serta menjaga Istri dan Anaknya. Wanita itu juga yang menyampaikan informasi bahwa Tn.Franklin menyimpan Brankas di Toronto sehingga hari itu Alban menjemputnya.

Rapat dimulai.

Sembilan orang inti Altair Grup mengeluarkan saran mereka terhadap misi pengambilan Brankas, sampai tiba-tiba semua rencana mereka harus tertahan karena ancaman seseorang dalam sebuah telepon.

"Aku tahu kalian pasti sedang melaksanakan rapat bukan?" Orang diseberang sana kini tengah tertawa.

"Aku berikan negoisasi, berikan kuncinya maka akan kulepaskan gadis malang ini!" Ny.Collins berbicara dalam sambungan telepon Alban. Alban sengaja membiarkan telepon itu didengar oleh semua yang ada disini.

"Akan ku berikan—"

"Dengan syarat, kamu datang sendiri tanpa ditemani atau diikuti siapapun. Kalau tidak ... Saya tidak akan segan-segan melukai gadis ini."

Setelah itu telepon langsung dimatikan dan Ny.Collins mengirim foto Zelda yang tengah meringkuk di lantai dengan keadaan tangan dan kaki terikat.

Alban mengepalkan tangannya hingga buku tangannya memutih, sedangkan Tn.Gerald mengusap kasar wajahnya.

"Arghhh!!" Alban berteriak sambil menggebrak meja didepannya.

"Baik, turuti kemauan mereka. Alban akan pergi kesana dengan kuncinya seorang diri!" Tn.Gerald langsung membuat keputusan, membuat salah satu diantara mereka mengacungkan tangan.

"Mohon maaf Tuan pimpinan, apakah tidak sebaiknya salah satu diantara kami tetap mengikuti Tuan Muda? Kita semua tahu dan bisa melihat dari kejadian-kejadian sebelumnya bahwa mereka seringkali bertindak curang, terkahir pun saat mereka meminta salah satu dari kami untuk menemui mereka sendiri, orang itu berakhir dengan keadaan yang cukup tragis." Tn.Arthur membuka suaranya.

Memang benar, saat itu adalah kasus hak milik bar, saat Antares Grup menjanjikan pembagian sertifikasi dan meminta salah satu anggota Altair Grup menemui mereka seorang diri, mereka malah menembaknya serta mengambil berkas tersebut.

"Jangan khawatir, aku bisa mengatasinya." Alban mencoba meredam kekhawatiran para petingginya.

Semuanya hanya bisa mengangguk atas keputusan anak dari pimpinan mereka.

"Kalau begitu semoga berhasil, Tuan Alban," ucap Andi seraya menatap Alban dengan tatapan meyakinkan. Alban menanggapinya dengan anggukan, disusul ucapan-ucapan lain dari semua orang yang ada disana.

—•—•—

Alban mendatangi tempat yang ditentukan Arpiar. Sesuai perintah, ia datang sendiri tanpa ditemani oleh siapapun.

Di depannya kini terpampang sebuah bangunan tua yang terlihat kosong dan sudah usang. Dalam teks yang Arpiar kirimkan, ia meminta Alban untuk bertemu di lantai 5 bangunan itu. Tanpa menunggu waktu lebih lama karena malam pun terlihat semakin larut, Alban pun bergegas menaiki anak tangga bangunan itu.

Saat sampai disana, seorang gadis tengah terikat di sebuah kursi kayu serta dua orang penjaga dikedua sisinya.

"Baiklah, serahkan kuncinya." Arpiar muncul dari arah lain dan langsung berbicara pada intinya.

"Apa yang kamu lakukan padanya?" tanya Alban, ia menunjuk ke arah Zelda yang kepalanya tertutup kain hitam.

"Kamu yakin ingin melihatnya?"

Satu dari dua orang di samping Zelda membuka kain hitam yang membungkus kepala Zelda. Alban mengepalkan tangannya, sebuah luka lebam terlihat di ujung bibir gadis itu, rambut acak-acakan serta mata yang sembab mampu membuat Alban mengetahui bahwa Zelda tidak diperlakukan baik disana.

Alban mengeram marah, ia mencoba menghampiri Arpiar untuk memukulnya namun anak buahnya menghentikan Alban.

"Kuncinya?" Arpiar mengangkat tangan meminta benda yang ia maksud.

"Lepaskan Zelda!" ucap Alban yang kini tengah dikunci pergerakannya oleh kedua anak buah Arpiar. Tubuh keduanya sangat besar sehingga Alban tidak mampu menyaingi kekuatan mereka.

"Aku bilang mana kuncinya Tuan Alban."

Alban tetap tidak menggubris ucapan Arpiar, matanya tetap terfokus pada Zelda. Gadis itu sangat lemah tidak berdaya.

Arpiar memberi instruksi pada kedua anak buahnya agar menggeladahi Alban. Mereka mendapatkan kalung itu dibalik jaket yang Alban kenakan.

Bukannya melepaskan Zelda, Arpiar malah mendekati Alban sambil mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. Alban mencoba berontak melepaskan diri, tapi mustahil. Kedua orang yang memeganginya kini bahkan lebih kuat dari seorang atlet tinju.

Zelda mencoba berteriak dengan mulutnya yang kini tertutup lakban hitam. Gadis itupun terlihat ingin menyelamatkan Alban.

Satu tusukan jarum suntik mendarat di bahu Alban. Seketika langsung membuat daya dalam tubuhnya habis. Kedua pria itu melepas cekalan mereka. Namun, Alban malah terjatuh tidak mampu berdiri. Obat yang Arpiar suntikan nampaknya berjenis obat bius. Semua otot dalam tubuhnya tidak bisa digerakkan, Alban berbaring dengan keadaan telungkup dan tidak bisa melakukan apa-apa selain melihat, berbicara dan mendengar.

Arpiar tersenyum meremehkan, "Oh, datang dengan pengawalmu ya! Baiklah, terimakasih kuncinya. Aku bawa dia, karena kamu tidak menuruti aturannya!"

"Zel," lirihnya pada gadis itu, Zelda berhenti berontak. Ia menatap Alban penuh arti, kemudian gadis itu tersenyum padanya.

"Kata orang bahagia itu penuh rintangan Al, seberat apapun ini adalah rintangan yg harus aku hadapi!" ucap gadis itu dengan nada sumbang.

"Maaf aku nggak bisa untuk selalu menjadi pelindungmu," Alban membalas tatapan manik cokelat itu dari kejauhan.

"Nggak perduli seberapa lama, aku bakal selalu nunggu kamu, Al."

Alban tidak bisa melakukan apapun, badannya sudah mati rasa. Ia hanya bisa menatap nyalang kepergian Arpiar, Zelda serta dua anak buah Arpiar.

Sampai tiba-tiba seseorang datang menghampiri Alban. "Anda tidak apa-apa Tuan?"

"Siapa yang menyuruhmu kesini?" tanya Alban saat orang itu membalikan tubuhnya dan mencoba membangunkannya.

"Saya mengikuti karena tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi seperti ini, Tuan Muda," ucap Tn.Arthur.

"Tapi kedatanganmu membuat mereka membawa Zelda la- gi."

Saat itu pula Alban kehilangan kesadarannya.

---

Halo apa kabar, kita jumpa lagi.

Maaf membuat kalian menunggu, kemarin-kemarin sangat sulit menyempatkan waktu untuk mengetik.

Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar jika suka dengan ceritanya.

Ajak teman kalian juga untuk baca cerita ini yah.

Terimakasih yang sudah bersedia membaca sejauh ini.

Big love for you💗

Salam Hangat, 🌹

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro