Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

48-A Fact🔫

"Kenapa kamu melakukan ini padaku?" tanya seorang gadis yang kini tengah terisak dihadapan lawan bicaranya.

"Sudah ku bilang, aku mencintaimu!"

"Tapi mengapa kamu sampai sejauh ini Ar?"

"Kenapa? Kamu tidak mau kita bersama? Kamu tetap memilih si Alban itu?! Aku tahu kamu juga cinta sama aku Tha, tapi kenapa yang kamu harapkan selalu pria itu. Dua tahun, dua tahun kita bersama apa itu nggak berarti apa-apa bagi kamu." Arpiar mendadak lebih serius. "Menurut kamu, apa masih perlu kamu bertanya seperti itu?!"

Ditha memang perlu disadarkan, mengharapkan dua pria sekaligus itu merupakan hal yang tidak seharusnya ia rasakan. Sendari dulu, Ditha juga tahu bahwa Arpiar sangat bersungguh-sungguh padanya. Namun, bayangan masa lalunya bersama Alban selalu meruntuhkan perasaannya terhadap Arpiar.

"Kamu nggak akan bisa kesana lagi Tha, kamu sudah mutlak jadi milik aku!" tegasnya pada gadis itu.

-•-•-

Andy dan Nevva mendatangi mansion Tn.Gerald, mereka berniat menemui Alban disana. Laki-laki itu tidak sedang dalam keadaan baik, tiga hari Alban mengurung diri dan tidak datang ke kantornya.

"Al,"

"Jangan ada penjelasan apapun, And. Lebih baik kamu pergi ke kantor dan bantu ayahku mengurus tentang brankas disana!"

Andy sudah menyangka pasti akan disuruh pergi seperti ini.

"Lo nggak boleh begini, gue tau keadaan lo emang lagi hancur. Kalo brankas itu penting buat lo, ayo ikut gerak! Lo nggak bisa terus-terusan kayak gini, 'kan. Dengerin penjelasan Nevva biar lo tau fakta yang sebenarnya seperti apa!" ucap Andy, tapi Alban masih terlihat bungkam.

Memang sulit membujuk pria itu, tapi Andy akan terus berusaha. "Lo mungkin udah nggak mau denger tentang Ditha, tapi ini tentang Zelda-"

"Apa lagi? Wanita itu kembali kesana bersama Arpiar. Mereka sama! Sama-sama pengkhianat."

"Hati lo boleh hancur Al, tapi otak lo nggak usah ikut-ikutan."

"Maksud lo apa? Lo yang terlalu ikut campur urusan hidup gue!" Pria itu malah tersulut emosi atas makian Andy padanya.

"Mikir Al! beruntung gue, Nevva dan Zelda berhasil mengungkap rencana mereka. Lo pikir dengan lo menikah sama dia, dia ambil brankas itu dan dapat sertifikatnya, perusahaan lo bakal aman-aman aja? Lo pikir dengan dia menikah sama lo perjanjian dan rencana mereka akan selesai begitu aja, lo itu kenapa sih? Sangat cinta lo sama dia?"

Nevva hanya memerhatikan perdebatan kedua pria itu di ujung pintu.

"Kepala gue sakit, mending kalian pergi!" ujar Alban sambil mengacak-acak rambutnya.

"And," panggil Nevva.

"Bener kata lo Nev, orang ini udah nggak bisa diandalkan buat nolong Zelda."

"Buat apa gue harus nolong-" Belum sempat Alban menyelesaikan kalimatnya, Nevva sudah menyelang ucapannya.

"Zelda bukan kembali ke Antares Grup sama Arpiar, dia diculik! Mana janji lo yang katanya mau melindungi dia? OMONG KOSONG!" Gadis itu sendari tadi menahan emosinya, kini meluap juga. Nevva tidak bisa lagi menahan air matanya sehingga langsung menangis dan terduduk di tempat ia bicara. Kemudian Andy menghampiri gadis itu, merekapun melenggang dari sana.

Sedangkan Alban, pria itu tidak tahu harus berpikir seperti apa. Ia sudah tidak ingin percaya pada siapapun lagi, semua kepercayaan itu sudah tidak bisa ia bangun lagi. Ibarat jiwa, jika sudah hilang tidak bisa kembali.

-•-•-

Sebuah telepon masuk terus-menerus membuat handphone Alban berdering, kini pria itu tengah menutup matanya tanpa berniat mengangkat telepon tersebut. Lama kelamaan Alban merasa muak dengan ringtone yang terdengar nyaring, lantas iapun mengambil benda pipih itu untuk ia matikan. Namun, sebuah pesan yang terlihat di layar membuat Alban mengurungkan niat itu.

+1 (604) 671-8xxx : Al, aku tahu cara membuka kunci Brankas itu, jangan lupa hubungi aku.

Alban yang tadinya tidak menanggapi langsung tertarik terhadap apa yang dilihatnya pada pesan nomor tidak dikenal itu, iapun segera menghubungi nomor tersebut.

"Halo, Al!" ucap gadis itu riang di ujung sana.

Alban yang mendengar suara gadis itu tidak bisa berkutik saat itu juga.

"Al, aku tahu cara membuka brankasnya!"

"..."

"Al?"

"Kamu tidak sedang membodohiku 'kan, Zelda?"

"Tidak Al, sungguh."

Jika benar gadis itu tahu tentang kunci brankas, yang Alban pikirkan adalah mengapa Zelda masih mau memberikan Informasi sepenting itu padannya setelah apa yang Altair Grup lakukan pada Zelda.

"Kuncinya ada pada, Kalungku."

Alban tak habis pikir pada ucapan Zelda. Kunci brankas ada pada kalung Zelda yang ia simpan saat tersangkut di hoody-nya pada hari itu?.

"Buka email-mu, aku kirim fotonya!"

Alban tidak banyak berbicara, setelah email masuk pria itu langsung memerhatikan foto yang Zelda kirimkan. Benar, sebuah ruang bulat di tengah brankas satu ukuran dengan kalung Zelda yang berbentuk kepingan salju itu.

"Zelda, sekarang brankasnya ada dimana?"

"Brankasnya ada di ... Kyaaaaaa!!!"

Terdengar suara teriakan gadis yang kemudian semakin menjauh.

"Zelda, Zelda!!"

"Well, berikan kunci brankasnya kepadaku. Alban." Arpiar mengambil alih telepon Zelda.

"Jangan Al!" Zelda berteriak di ujung sana.

"Diam kamu!" Samar-samar Alban mendengar suara Ditha, gadis itu yang menarik Zelda.

Brukk...

Tut-tut... (End Call)

Setelah Alban mendapat panggilan dari Zelda, pria itu langsung bergegas menuju kantor untuk mencari kalung yang Zelda maksud. Sesampainya disana, kalung itu tidak ia temui dalam laci ruang kerjanya. Iapun langsung memeriksa cctv dengan fast previous mode.

Alban menuju ruangan Tn.Gerald, menjelaskan bahwa Zelda memberi tahu soal kunci untuk membuka brankas itu.

"Mereka hanya menjadikan gadis itu sebagai umpan-mu. Alban!" Tn.Gerald terlihat tidak suka saat Alban bercerita.

"Cukup Ayah! Tolong jangan libatkan tugas dengan perasaanku kali ini! Dia memberitahuku kunci Brankas itu. Dia tahu cara membukannya, bisakah Ayah berpikir jernih kali ini. Dia tidak mungkin memberitahuku kalau dia tidak berada di pihak ku. Aku sudah melihat perjuangannya! Sekarang mereka menyandera Zelda memintaku untuk memberikan kunci itu."

"Kau tahu apa kuncinya? Lalu akan ditukar dengan Zelda? Apa-apaan kamu Alban."

Alban benar-benar frustasi kali ini, pikiran Tn.Gerald tidak sejalan dengan dirinya.

"Dimana Ayah simpan kalung Zelda?" Alban berteriak. Emosinya benar-benar sudah memuncak.

Kalung Zelda?
_

Tn.Gerald memasuki ruangan kerja Alban. Mencoba mencari proyek kerjanya yang dulu ia simpan di ruangan itu. Dahulu, tempat yang Alban tempati ini merupakan ruangan kerjanya, saat Samudera Grup masih berdiri.

Saat membuka laci, ia melihat benda berkilau itu di dalam sebuah kotak transparan. Tn.Gerald mencoba mengambilnya. Ia memerhatikan guratan-guratan benda cantik itu, dibelakangnya terdapat ukiran bertuliskan abjad A.

"Apakah 18 tahun itu cukup lama? Sampai aku lupa pernah membawa benda ini ke Vancouver," gumamnya pada dirinya sendiri.

Setelah itu, Tn.Gerald memasukan benda itu ke dalam sakunya dan membawanya.

-

"Apa maksud kamu, Alban?"

"Dimana kalung Zelda yang Ayah ambil di ruanganku? Hanya Ayah yang berani masuk kesana!"

Tn.Gerald berhasil mencerna perkataan Alban, seketika membuat pening memenuhi kepalanya.

Orang yang ditunggu ternyata sudah tiba sendari dulu.

_______

'

Hai,
Beberapa pertanyaan mulai terjawab satu-persatu ya!

Tetap ikuti kisah mereka.

Salam Hangat, 🌹

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro