44-Who you are on the inside🔫
Beberapa hari telah dilalui Zelda tanpa sebuah kekacauan. Hanya saja, akhir-akhir ini muncul keraguan pada dirinya karena sikap sang Ayah.
Malam ini Zelda tengah berbaring di tempat tidurnya, matanya masih belum bisa terpejam mengingat bagaimana bisa golongan darah Tn.Jison adalah O.
Kemarin ayahnya mengalami kecelakaan saat pulang dari kantor, mobil yang ia kemudikan bertabrakan dengan mobil lain. Terjadi pendarahan pada bagian pahanya, sehingga membutuhkan transfusi darah karena darah yang keluar cukup banyak.
Zelda sudah sempat mengambil sekantung darahnya untuk sang ayah, sebelumnya memang sempat terjadi perdebatan kecil antara susten dan Ny.Collins. Namun, Zelda tidak tahu menahu apa yang mereka bicarakan. Sampai proses transfusi selesai, ia melihat bagaimana proses kantung darah itu mengalir pada pembuluh dalam tubuh ayahnya.
Sampai satu hal mengganggu pikirannya, ia menemukan kertas hasil lab rumah sakit yang menunjukan golongan darah yang didonorkan pada Tn.Jison. Yang membuat Zelda ragu adalah, darah yang ia ambil dalam kantung itu adalah AB, ibu Zelda memiliki golongan darah A. Memangnya persilangan A dengan O bisa berakhir AB? Dia masih ingat bagaimana ia belajar biologi saat kuliah tahun lalu.
Tiba-tiba terdengar suara kenop pintu yang dibuka, seseorang masuk ke dalam kamarnya. Zelda tidak bergerak, ia sengaja pura-pura tertidur. Namun, tetap berwaspada untuk menyerang seandainya orang itu berbuat macam-macam. Zelda hanya ingin tahu kenapa orang itu datang ke kamarnya saat tengah malam.
Seseorang itu mendekat, terdengar dari langkah kakinya.
Hening~
Tak ada pergerakan ... Posisi Zelda memang membelakangi pintu itu, sehingga ia tidak tahu siapa yang datang.
Orang itu melangkah lagi, tepat ke arah jendela, Zelda semakin penasaran, dan takut.
Gorden disingkap pelan, menampilkan langit gelap dan bintang-bintang di atas sana. Kemudian orang itu membuka pintu ke arah balkon, begitu pelan. Mungkin agar tidak menggangu sang empu penghuni kamar.
Zelda mengintip lewat celah matanya.
Deg ...
Arpiar ...
Kenapa lelaki itu datang kesini? Apa yang akan dilakukannya?
Zelda merasa tak tenang kali ini, ia masih mencoba bernafas normal layaknya orang tertidur, tapi sungguh jantungnya berdetak kencang kali ini.
Arpiar kembali menutup pintu, dibiarkan pemandangan malam itu tanpa menutup gordennya lagi, ia melirik ke arah Zelda. Nampaknya gadis itu sedang terlarut di alam bawah sadarnya.
Arpiar duduk di sebelah Zelda.
'Astaga, apa yang akan ia lakukan? Tuhan, lindungi aku'
Arpiar menghembuskan nafas lelah, kemudian menatap lurus ke arah jendela.
"Pantas saja Alban menyukaimu, kau gadis yang begitu naif & tulus." Arpiar berbicara sendiri, entah dia tahu Zelda mendengarnya atau tidak.
"Aku mengenal Alban, sejak kecil kami begitu dekat. Sudah seperti kakak & adik.
"Kuakui, dia pria yang cerdas, sikapnya dari dulu selalu bijak, bahkan saat usia kami baru menginjak belasan tahun. Sampai kejadian itu mengubah hubungan kami bagai kutub magnet saling berlawanan. Jujur, kuakui aku menyukai keluarga mereka, bahkan si tua bangka itupun sudah ku anggap seperti ayah sendiri, segala kebaikannya ... Tanpa kutahu, ternyata si Gerald itu buta, buta terhadap kekuasaan. Egois! Bagaimana mungkin ia tega menyingkirkan ayahku dengan cara yang begitu kejam. Dengan begitu, Kakek Franklin akan memberikan warisan pelabuhan itu padanya." Suaranya mulai terdengar parau,
"Tanpa pernah kuduga, pria itu begitu mudah menghilangkan papaku, orang yang paling berharga bagiku, aku tak pernah tega melihat kondisi ibuku saat itu, ia menangis setiap malam sambil menatap foto ayah ... Aku tak pernah menyangka kejadian itu akan terjadi, bahkan keretakan hubungan ini sama sekali bukan keinginanku & ibuku."
—•—•—
Beberapa hari berlalu, Alban mencoba kembali menerima Ditha. Perlahan-lahan ia mulai memperlakukan gadis itu dengan baik. Alban memilih apartemennya sebagai tempat tinggal, villa di tepi pantai itu terkesan kurang baik jika ditinggali berdua. Sedangkan, jika di apartemen, mereka bisa tinggal dalam dua ruangan yang berbeda.
Pekerjaan kantor tidak terlalu memadatkan aktivitasnya, beberapa waktu ini mereka hanya disibukan dengan pikiran bagaimana cara membuka brankas dan siapa yang mereka tunggu. Sampai tiba-tiba, pagi ini ayahnya menelpon Alban untuk datang ke kantor. Ada satu hal penting yang ingin dibicarakannya.
Tok... Tok...
Ditha membuka pintu yang diketuk oleh Alban, "Hai!" sapanya sambil menyunggingkan senyuman manis.
"Aku akan pergi ke kantor hari ini, apa kamu mau ikut?"
"Emm, aku akan pergi ke suatu tempat hari ini. Kamu bisa pergi sendiri, terimakasih sudah memberitahuku!" ucapnya pada Alban.
"Baiklah,"
"Kamu tidak bertanya aku akan pergi kemana?"
"Katakan saja Ditha, tidak perlu berbasa-basi seperti itu."
"Aku hanya ingin pergi jalan-jalan. Mungkin akan pulang malam!"
"Kamu bisa pergi sendiri?"
"Ya, lagipula aku tidak memintamu untuk menemaniku, aku tahu kamu sibuk hari ini."
"Harus ku antar atau nanti perlu dijemput."
"Aku akan benar-benar pergi sendiri kali ini, tidak perlu khawatir, aku tidak akan merepotkanmu."
"Baiklah, jaga dirimu."
—•—•—
Sesampainya di kantor, Alban langsung mengecek data-data yang belum sempat ia periksa, ada berkas-berkas yang belum sempat ia tandatangani. Setelah selesai, ia langsung menuju ruangan ayahnya.
"Selamat siang, Ayah," sapanya pada Tn.Gerald.
"Siang kembali, mana Ditha?" tanyanya sambil mencari keberadaan seseorang.
"Dia pergi refreshing, tidak ikut ke kantor."
"Kamu membiarkannya pergi sendiri?"
"Dia yang meminta, Yah. Sudah aku tawari untuk ku antar tapi dia menolak."
"Duduklah."
Alban duduk berhadapan dengan Tn.Gerald.
"Alban, dengarkan Ayah. Kita harus segera menyusun rencana untuk pernikahanmu dengan Ditha."
"Apa ini perlu dibahas sekarang? Bahkan urusan brankas pun belum selesai."
"Tidak perlu memikirkan urusan kantor, kamu punya kehidupan pribadi 'kan? Lagipula, mau menunggu apa lagi."
—•—•—
Zelda memijat pelipisnya, rasanya pusing sekali memikirkan kejadian-kejadian ganjil dirumah ini.
'Ayah, benarkah itu dirimu?'
Satu hal yang membuat Zelda ragu adalah saat datangnya sebuah paket atas nama Mr.Mark, Zelda bertanya-tanya siapa orang yang bernama Mark dirumah ini, kurir menunjukkan foto sang ayah. Apa itu masuk akal?
Zelda hendak turun ke lantai bawah. Saat ia melewati kamar Arpiar ia mendengar sesuatu, pintu kamar itu tidak tertutup rapat.
Tunggu, Zelda mendengar suara itu semakin jelas, suara yang tidak mengenakan di telinganya. Entah mendapat keberanian dari mana, Zelda mencoba mendekati pintu itu. Penasaran dengan apa yang terjadi dan apa gerangan yang sedang dilakukan di dalam sana.
Zelda melangkah mengendap-endap. Terdengar jelas suara wanita yang merancau. Saat Zelda mengintip lewat celah pintu yang sedikit terbuka itu, ia melihat pemandangan yang sangat tidak pantas ia lihat. Arpiar kini tengah bercumbu dengan seorang gadis. Yang membuat Zelda terkejut gadis itu adalah Ditha, gadis yang ia kenal sebagai kekasih Alban yang baru saja muncul kembali.
Zelda membungkam mulutnya agar ia tidak mengeluarkan suara. Ia mundur pelan-pelan hendak turun ke arah bawah, namun saat ia mundur menyusuri dinding tiba-tiba.
Brak...
Tak sengaja ia menjatuhkan sebuah lukisan dalam bingkai kecil. Saat itu juga Arpiar dan Ditha menghentikan aktivitasnya, sedangkan Zelda mencoba bersembunyi di kelokan tembok.
Arpiar membuka pintu, mencoba mencari siapa yang telah mengganggu kegiatannya. Ia mengarahkan pandangan ke segala sudut, kemudian berjalan ke arah tembok persembunyian Zelda. Zelda hanya menahan nafas dan berdoa semoga Arpiar tidak sampai menemukannya.
Saat tinggal selangkah lagi ia bisa menemukan Zelda...
"Ar, aku pulang." Ditha berbicara hingga membuat Arpiar berbalik ke arah kamarnya.
Zelda menghembuskan nafas lega.
"Yasudah, hati-hati!" ucap Arpiar pada Ditha.
Merasa aman Zelda pun keluar dari persembunyiannya. Saat ia keluar ternyata 2 pasang mata kini tengah menatapnya lapar, seakan menemukan mangsa.
"Ow oww ... Ternyata ini dia kucing yang menjatuhkan lukisan tadi," kata Arpiar sambil bersidekap.
Zelda mati kutu, ia mencoba berlari ke arah tangga namun langsung dikejar oleh Arpiar.
"Akhhhh!!!" ringis Zelda saat rambutnya kini terasa sakit ditarik oleh Arpiar. Arpiar membawa Zelda ke kamarnya mereka kemudian mengurung gadis itu disana.
-
Selamat pagi,
Semoga lancar puasanya.
Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar jika suka dengan ceritanya.
Happy weekend ^_^
Salam Hangat, 🌹
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro