Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

42-Draco's Fashion 🔫

Zelda telah tiba di basemen sebuah gedung tempat pameran Draco's Fashion diadakan, Arpiar menuruni mobil dan langsung mengajaknya untuk masuk ke dalam.

Tiba di lobi utama, Zelda dan Arpiar mengisi daftar hadir di bagian administrasi. Sudah terpampang nama keduanya dalam nomor urut tiga, sebagai tamu Antares Grup. Zelda sempat memerhatikan layar itu dan membaca absensi nomor urut dua, disana terlihat tulisan Altair Grup dengan tamu Alban Rigel Putra & Ditha Azzura, nampaknya -Ia harus menyiapkan mental untuk pertemuan ini.

Saat masuk kesana, terlihat banyak sekali tamu yang hadir, Zelda langsung teringat saat acara Anniversary Altair Grup saat itu. Bedanya, tamu yang terlihat bukan petinggi-petinggi perusahaan, melainkan orang-orang muda. Acara ini memang dikhususkan untuk orang-orang seusia mereka.

Zelda terus berjalan di samping Arpiar, petugas tadi mengarahkan keduanya untuk menuju ke aula utama, beberapa orang terlihat memerhatikan Zelda dan Arpiar.

Zelda sungguh tidak nyaman dengan situasi seperti ini.

"Selamat datang kepada para tamu yang terhormat, sebelumnya saya mengucapkan banyak terimakasih karena kalian semua telah bersedia menghadiri acara pameran Draco's Fashion ini ...."

Setelah beberapa menit berlalu, acara pameran dibuka. Terlihat Deris sedang memberikan sambutan kepada tamu-tamu, pria itu juga mengenalkan salah seorang wanita yang sempat Zelda temui di meja resepsionis saat ia ke butik bersama Alban.

Wanita itu bernama Renia, ternyata ia merupakan seorang desainer utama Draco's Fashion, Zelda sempat terkagum-kagum melihatnya.

Acara inti dimulai, beberapa model dengan berbagai fashion melintas di stage yang berada di depan para tamu. Macam-macam dress, outfit, kostum, t-shirt dan sebagainya ditanggapi tepuk tangan para penonton.

Zelda mencari keberadaan wanita bernama Renia tadi. Di ujung sebelah kiri, matanya mendapatkan desainer muda itu tengah tersenyum lebar menatap para tamu, wajahnya sangat berseri, terlihat puas atas karya-karyanya. Ada Deris yang tengah duduk di samping wanita itu, dan Alban serta Ditha yang tengah bersender pada lengan Alban.

"Sudah menemukan sesuatu yang akan dipilih?" Suara berat Arpiar mengalihkan perhatian Zelda.

"Ah, belum. Kamu saja yang beli, aku tidak terlalu tertarik," ucap Zelda.

"Yang benar saja, kita datang kesini bukan untuk menonton saja, Zelda."

"Baiklah, akan aku pilih saat di ruangan nanti." Zelda memang tidak terlalu fokus pada tujuannya datang kesini.

Acara pameran telah selesai, kali ini para tamu dipersilahkan untuk memilih atau melihat-lihat beberapa busana yang dipamerkan tadi, mereka bisa mencari baju-baju di ruangan galeri.

Sebelumnya, beberapa pakaian sudah sold out saat di atas panggung. Beberapa tamu langsung mengklaim tanpa ampun. Tidak salah lagi, mereka pasti penggila fashion.

Di ruangan lain, Zelda melihat sebuah gaun yang bertengger pada sebuah patung, dress putih tanpa lengan dengan corak dari manik-manik membentuk bunga cukup menarik perhatiannya.


Arpiar memanggil salah satu pegawai toko. Belum sempat dress itu dipesan, entah disengaja atau tidak, Renia, Ditha serta Alban datang ke ruangan yang sama dan Ditha langsung menunjuk dress yang hendak dipilih Zelda.

"Hellen, kemas gaun ini atas nama Nona Ditha Azzura," ucapnya pada seorang pegawai toko itu.

"Permisi, Nona. Kami sudah memilih dress tersebut untuk dibeli." Arpiar angkat bicara pada Renia.

Tiga orang itu langsung mengalihkan perhatiannya pada Zelda dan Arpiar. Zelda sempat terkejut karena pandangan matanya bertemu dengan Alban, Zelda hanya bisa meremas gaun yang ia kenakan dan sedikit menundukkan pandangannya.

"Oh ya? Siapa cepat dia dapat. Apakah Anda sudah memesan ini sebelumnya?" ujar Renia dengan nada yang tidak bersahabat.

"Kurasa jawabannya tidak, lihatlah Nona yang berdiri di sampingmu. Kenapa dia bertindak seperti itu? Silahkan cari gaun yang lain saja. Untuk yang ini, sudah di klaim oleh tamuku yang terhormat!" tambahnya lagi.

"Ternyata Desainer muda hebat yang dikenal beberapa tamu atas karyanya, tidak cukup baik dalam bersikap. Saya-"

"Ar, aku bisa mencari gaun lain. Tolong jangan membuat keributan disini." Zelda menahan Arpiar untuk terus berdebat, ia meraih bahu Arpiar untuk menenangkannya.

Zelda tidak berani menatap ke arah Alban ataupun Ditha, ia hanya ingin segera pergi dari tempat ini.

"Setelah mencoba merusak hubungan Tuan Alban dan Nona Ditha, apakah Anda akan merusak suasana bahagia di acara saya, Nona?"

"Kita pergi," bisik Zelda pada Arpiar. Arpiar tahu mungkin ini bukan situasi yang tepat untuk berdebat. Perkataan Renia pasti menghancurkan hati Zelda. Arpiar pun langsung menarik Zelda agar menjauh dari sana.

Sebelumnya Arpiar tidak berniat untuk mengacaukan acara ini. Namun, sikap Renia tadi benar-benar membuatnya geram. Sepertinya Arpiar memang tidak boleh tersentuh ketentramanya, entah apa yang akan dilakukan iblis tampan itu, ia mengetikan sesuatu pada handphonenya kemudian mengajak Zelda untuk kembali ke aula utama.

Tiba di acara penutupan, beberapa tamu sudah puas dengan belanjaan mereka. Deris dan Renia kini tengah berada di atas panggung untuk menutup acara dan mengucapkan terimakasih, Renia berjalan ke arah depan panggung untuk mengambil sebuah simbolis tanda kenaikan jabatannya di Draco's Fasion. Kabarnya, wanita itupun tengah menjalin hubungan dengan pemilik butik, Deris Jeff dari Draco Grup.

Tepat saat simbolis diangkat, Zelda melirik ke arah Renia. Lampu besar yang menggantung di atasnya terlihat bergoyang tak seimbang. Saat Renia hendak berbalik lampu tersebut terjatuh, seperti slow motion, Zelda langsung berlari ke arah Renia dan menarik paksa lengan wanita itu hingga terjatuh dari atas panggung. Beberapa tamu langsung berteriak melihat kejadian itu.

Deris dan Arpiar langsung berlari menghampiri keduanya, terlihat Alban pun ikut berdiri dari kursinya. Sebelum ia melangkah, Ditha sudah mencekal lengan pria itu.

"Kamu tidak berniat mencoreng nama baik reputasimu untuk menolong gadis itu kan, Gel?"

Mendengar itu Alban mengurungkan niatnya, ia hanya memerhatikan mereka dari kejauhan.

"Are you oke?" Deris mencoba membangunkan Renia dari posisi terjatuhnya, Renia masih terlihat syok dengan kejadian barusan hanya memerhatikan gadis yang tadi menariknya.

"Apa yang kamu lakukan?!" tanya Arpiar pada Zelda. Kondisi Zelda terlihat tak baik, setelah lampu jatuh ke panggung ternyata pecahan kacanya mendarat di bahu gadis itu.

Arpiar tampak hendak menggendong gadis itu, namun dicegah oleh Zelda. "Tidak perlu, aku bisa berjalan sendiri."

"Bawa dia ke ruangan kesehatan," ucap Deris.

"Tidak perlu, aku akan membawanya ke rumah sakit!" ketus Arpiar.

"Apa kau baik-baik saja?" Zelda bertanya pada Renia.

"Pedulikan dirimu sendiri sebelum bertanya pada orang lain Zelda, apa kau buta? Jelas-jelas kamu yang terluka. Lagipula, kenapa kamu harus menolong orang yang sudah berbuat jahat kepadamu!" Arpiar berbicara dengan nada kesal. Namun, tidak terlalu keras. Mungkin perdebatan mereka tidak terdengar oleh tamu-tamu yang lain.

Renia terisak, wanita itu malah menangis di pelukan Deris.

"Kenapa kamu terus-terusan marah sih! kalau kamu tidak suka terhadap apa yang aku lakukan. Pergilah, tidak perlu mengurusi urusanku." Gadis itu bangkit, mencoba keluar dari tempat itu dan melewati orang-orang yang kini tengah menatapnya, Arpiar menyusulnya.

Alban memerhatikan gadis itu, hatinya sedikit nyeri saat melihat gadis itu terluka.

-•-•-

Zelda tengah terduduk di sebuah kursi halte, gadis itu menutupi lukanya dengan sebuah syal yang ia bawa dalam tasnya. Gadis itu telah merubah prinsipnya untuk bisa berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain, apa yang bisa diharapkan dari orang lain? Sejak datang ke kota ini, ia benar-benar harus mandiri, kan?

Arpiar datang menghampirinya, mengajak gadis itu untuk pergi ke rumah sakit.

"Zeld-"

"Kamu yang melakukannya?"

"Zelda, seharusnya kamu-"

"Jawab! Kenapa kamu melakukannya?"

Arpiar menghembuskan nafas kasar, "Aku tidak suka dia berbicara seperti itu kepadamu!"

"Aku tidak masalah dengan ucapannya, kenapa malah kamu yang seperti itu? Apa kepuasan kamu setelah mencelakakan orang lain? Sudah kubilang, balas dendam bukan cara terbaik untuk-"

"Berhenti bicara seperti itu! AKU BUKAN ALBAN, BERHENTI MEMBANDING-BANDINGKAN AKU DENGANNYA!"

Arpiar merasa Zelda terus-menerus menyinggung bagian sikapnya yang seperti itu. Ia selalu merasa pembicaraan Zelda mengarah pada lelaki yang dicintainya.

Kini, gadis itu tengah menahan air matanya sekuat tenaga. Bagaimanapun, Ia tetap wanita, tidak suka dibentak seperti itu.

Zelda berbalik, ia mencoba pergi dari Arpiar. Namun, saat Zelda melangkah Arpiar malah menahannya, menariknya kedalam pelukan pria itu. Tangisan yang sendari tadi Zelda tahan pun pecah dalam dekapan pria itu.

Saat itu pula, mobil yang Alban tumpangi melewati halte itu. Alban menyaksikan adegan kedua manusia yang ia kenal tengah berpelukan.

Alban membenci Arpiar, apakah ia perlu membenci Zelda juga kali ini?.

---

Halo, apa kabar kalian ? :))

Tinggalkan vote dan komentar jika suka dengan ceritanya.

Salam Hangat, 🌹

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro