39-You're Here Dad🔫
Tidak menemukan Zelda, Alban kembali menuju villanya. Ditha masih terduduk manis disana, sedangkan Andy terlihat menunggu kedatangan Alban.
"Mana Zelda?" Andy bangkit dari duduknya dan menghampiri Alban.
Alban hanya diam, matanya memerah, terlihat amarah menguasainya kali ini.
"Kenapa kamu tidak ikut mengejarnya?!" bentak pria itu pada Andy.
"Hey, kenapa lo malah nyalahin gue? Siapa disini yang posisinya sebagai kekasihnya?!" Andy menimpali omongan sahabatnya itu.
"Arghhhh!!!" Pria itu berteriak frustasi.
"Hebat lo Al, tanpa diberi kabar, gadis itu kelabakan nyariin lo kesana kemari, setelah tahu lo pergi ke Amsterdam, dia nungguin lo pulang. Lo tau nggak betapa bahagianya saat dia tahu lo udah pulang kesini? Dan lihat apa yang lo lakuin kali ini. GILAAA!!"
"And, ini diluar kendaliku. Apa yang kalian lihat tadi salah paham!" jelasnya pada Andy. Lagipula, siapa yang melakukan hal yang tidak-tidak, dia tidak melakukan apapun dengan Ditha, tapi Ditha yang mencoba menggodanya.
"Diluar kendalimu? Hey, lo memilih pergi ke tempat ini buat bawa cewek itu. Bagaimana kali ini gue bisa berpikir jernih dan percaya apa yang gue liat sama Zelda itu salah paham Al?"
"Hey, Andy. Kenapa kau terlihat begitu mencemaskannya? Jangan-jangan selama Alban pergi kalian menjalin hubungan ya?" Perempuan itu malah menyahut dengan kata-kata yang terkesan tak berguna.
"DIAM KAMU!!!" Alban membentak sambil menunjuk gadis itu.
"BRENGSEK!!!" Andy melemparkan kata itu pada sahabatnya, kemudian beranjak keluar dari Villa itu. "Lanjutkan kegilaan kalian yang sempat tertunda." Pria itu melenggang dari sana.
"And, lo mau kemana? Bantu aku cari Zelda."
"Gel, I can tell your father, if you leave here." Ditha berbicara sambil mengacungkan handphonenya seakan mengancam.
Alban menggeretakan giginya. Andy mendengar omongan Ditha tadi, ada kemungkinan Tn.Gerald yang menyuruh Alban untuk pergi kesini bersama Ditha.
"And," panggil Alban lagi, Andy menghentikan langkahnya, menengok ke arah sahabatnya itu. Terlihat tatapan memohon dari Alban, ia membutuhkan bantuannya.
Dengan berat hati Andy kembali ke Villa itu.
"Cekal dia, aku ambil HP-nya. Aku butuh kamu disini untuk jagain dia biar nggak ngasih tau Ayah kalo aku ngejar Zelda. And, Can you help me?" Alban berbicara dengan nada pelan supaya tak terdengar oleh Ditha. Andy mengangguk sebagai jawaban.
Andy mulai mengerti, Alban tak sepenuhnya salah disini ... Meskipun ia tahu gadis yang duduk di dalam sana adalah tunangan Alban, namun itu sudah terlewat 2 tahun lalu.
Alban masuk bersama Andy, tanpa curiga Ditha bertingkah biasa saja. Di waktu yang tepat, Andy mencekal Ditha dan Alban mengambil HP-nya. Setelah itu Alban menyuruh Andy menjaga gadis itu agar tidak kemana-mana dan Alban berangkat mencari Zelda.
—•—•—
Zelda berada di Apartemen Alban, kali ini ia tengah membereskan barang-barangnya. Ia berniat untuk pergi dari sini, mungkin rumah Nevva adalah satu-satunya pilihan.
Ada yang mengganjal dipikirannya, selain hari yang kacau saat melihat kekasihnya bersama orang lain. Ia dibingungkan dengan datangnya pesan dari nomor tak dikenal saat diperjalanan tadi.
: Do you want a surprise? datang ke kantor Antares grup sore ini.
Zelda mengabaikan pesan itu, bisa saja itu hanya jebakan. Namun, saat nomor itu menghubunginya lagi dengan isi pesan yang cukup membuat Zelda terkejut.
: Come here. Your dad waiting you baby girl!
Seketika Zelda langsung turun dari apartemen dan memesan sebuah taxi untuk menuju kantor Antares Grup. Menunda rencananya yang hendak pergi ke rumah Nevva.
—•—•—
"Selamat datang Nona, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang resepsionis kepada Zelda.
"Welcome to Antares Grup Nona Nixie," sapa seorang wanita yang nampaknya sudah cukup berumur, namun tak menutupi kecantikannya. "Saya Nyonya Collins, Pemimpin Antares Grup."
Zelda menautkan alisnya, "Ah ya, Namaku Zelda ... Aku mendapat pesan yang menyuruhku untuk datang kemari," ucapnya sambil menunjukan isi pesan tersebut.
"Putriku!" ucap seorang laki-laki yang tengah berdiri di belakang Zelda, seketika Zelda pun langsung membalikan badannya, ada Arpiar juga disana.
Zelda tampak kebingungan, ia belum sepenuhnya yakin terhadap apa yang ada dihadapannya.
"Adeeva yang memberitahukan keberadaanku, Nak?" tanya orang itu.
Adeeva Tifan Aurora ....
Ibunya Zelda.
"Ayah!" ucap Zelda seraya menghampiri lelaki tua itu, "benarkah ini Ayah?"
"Justru aku yang harusnya bertanya, mungkinkah putriku sudah sebesar ini sekarang? Oh ... Maafkan Ayah meninggalkanmu saat usiamu masih balita, Nak."
"Tak apa Ayah, aku merindukanmu. Ibu sudah pergi, aku pikir aku takkan berhasil menemukanmu. Ternyata, takdir mempertemukan kita juga," ujar Zelda seraya dibarengi tangis....
Tangisan bahagia!
"Well, ini manis sekali. Jison!" Ucap perempuan tua itu, Ibunya Arpiar.
"Selamat Nona, akhirnya kau menemukan Ayahmu," Arpiar mendekati Zelda.
Zelda tersentak, "Menjauh dariku!!" Pekiknya seraya berlindung pada tubuh seseorang yang merupakan ayahnya itu. Beberapa orang disana mulai memusatkan perhatian, sebab suara Zelda cukup terdengar keras saat berbicara pada Arpiar.
"Kenapa sayang?" Tn.Jison terlihat kebingungan.
"Oh, maafkan saya Tuan Jison, saat pesta Altair Grup aku sedikit menyakiti putrimu."
"Maksudmu?"
"Aku hampir melakukan hal yang tidak senonoh padanya, tapi tenang itu belum terjadi. Lagipula aku hanya memancing Alban."
"Alban?"
"Dia kekasihku, Ayah!" terang Zelda.
'sebelum hari ini, mungkin besok sudah tidak.'
Arpiar tersenyum kecut,
Tn.Jison terdiam,
"Kamu harus tinggal disini, Ayahmu ini berada di Antares Grup, Nak. Tak seharusnya kau berhubungan dengan Mereka,"
"Apa maksudnya ini? Ayah."
"Kau datang kesini untuk menemui Ayahmu, mana mungkin Ayah membiarkanmu tinggal bersama orang-orang yang tak dikenal. Mulai sekarang tinggalah bersama Ayah."
Mungkin ini waktu yang tepat, ia tak perlu pergi ke rumah Nevva. Ia sudah menemukan tempat pulang, meskipun ia tahu ayahnya ini terikat bersama Antares grup.
Persetan dengan Arpiar yang pernah meledakan pesawat. Satu-satunya jalan terbaik adalah ikut dengan Ayahnya.
Tn.Jison Abelardo.
—•—•—
Zelda kembali ke Apartemen Alban, untuk mengambil kopernya yang masih berada di kamarnya.
Saat tiba di lantai 12, ruangan itu tidak sepi seperti biasanya. Ada beberapa orang yang tengah berdiri di dekat pintu ruangannya.
Dengan ragu Zelda melewati orang-orang itu, setibanya di ruangan ada Tn.Gerald yang tengah berdiri di sana.
"Ternyata saya sudah salah memberikan kepercayaan terhadap kamu!"
Entah mendapat keberanian dari mana, Zelda tetap melangkah masuk dan mencoba mengambil kopernya.
"Apakah kau tuli Nona? Dibayar seberapa banyak Anda oleh mereka?"
Zelda menghentikan langkahnya. Menatap Tn.Gerald . "Mohon maaf, apa maksud dari perkataan Anda Tuan?"
"Apakah perlu Anda bertanya seperti itu?"
"Saya bisa saja melubangi kepalamu saat ini juga, beruntung saat ini saya masih punya hati. Biar saya katakan saya sungguh kecewa terhadap Anda, Nona. Mulai saat ini, jauhi anak saya. Jangan pernah menginjakkan kaki di Altair Grup. Anda sudah termasuk dalam daftar hitam. Sekarang pergilah dari sini!"
"Ya, tenang saja. Saya memang sudah berniat pergi dan tidak akan mengusik kehidupan kalian lagi. Terimakasih karena sebelumnya telah memberikan tempat tinggal kepada saya."
Entah apa yang dipikirkan Zelda saat ini, berani-beraninya dia menanggapi omongan Tn.Gerald seperti itu. Padahal, bisa saja nyawanya dihilangkan saat itu juga. Zelda tahu alasan Tn.Gerald marah padanya, pasti ada informasi dia mendatangi kantor Antares Grup hingga Tn.Gerald mencap dirinya sebagai pengkhianat.
"Saya pamit, Tuan. Maaf dan terimakasih." ucapnya seraya meninggalkan tempat itu.
Sebenarnya bisa saja Tn.Gerald tidak melepaskan Zelda. Namun, ada sesuatu yang membuat Tn.Gerald tidak melakukan hal yang lebih jauh. Gadis itu sangat sopan, naif dan lemah.
Nalurinya berkata, dia tidak berbahaya.
-•-•-
Alban tiba di halaman parkir Apartemen. Ia melihat ayahnya ada disini juga, hendak menaiki mobil.
"Tunggu, Pah. Apa yang sedang papah lakukan disini?"
Tn.Gerald tidak menjawab pertanyaan anaknya.
"Dimana Zelda?" tanya Alban lagi. Merasa tak ada jawaban dari ayahnya, Alban langsung mesuk ke Apartemen dan mencari Zelda di ruangannya.
Kosong.
Tak ada satupun barang Zelda yang saat itu dikeluarkan dari kopernya disini. Hanya ada sebuah dress yang Alban belikan untuknya tergantung di lemari.
Zelda pergi dari sini.
-•-•—
"Apa Zelda ada disini?"
"Apa maksud lo, bukannya dia selalu disana sama lo. Jangan bilang kalo Zelda hilang!" Nevva tak habis pikir, tiba-tiba Alban datang kerumahnya dan langsung menanyakan keberadaan Zelda. Yang benar saja? Bukannya Zelda selalu disana bersamanya.
"Gue belum ketemu lagi sama Zelda, terakhir dua hari lalu dia kesini, sama cowok siapa ya namanya. Andy kalo nggak salah. Apa yang sebenarnya terjadi, Alban?"
"Zelda salah paham, dia melihatku berada di villa bersama seorang perempuan."
PLAKKK...
Satu tamparan lolos mengenai pipi Alban. Kata 'salah paham' yang diucapkan Alban pun tak berarti untuk Nevva. Sama seperti perkataan Andy, bagaimana orang bisa berfikir positif melihat hal seperti itu.
"Lo gila ya? Baru aja kemaren gue denger kabar baik dari Zelda yang bahagia karena kalian udah resmi menjadi sepasang kekasih. Sekarang, lo khianati dia kayak gini. Dimana otak lo yang katanya jenius itu! Dimana hah?"
Alban hanya menunduk, meruntuki kebodohannya sendiri. Kenapa pula ayahnya malah menyuruh dia membawa Ditha, dan mengapa pula Zelda malah memergoki mereka dalam posisi yang tak baik. Alban mengacak-acak rambutnya frustasi.
"Kalau kamu dapat kabar dari Zelda. Langsung kabari aku, aku akan coba cari dia juga."
"Kenapa lo nggak meminta bantuan anak buah ayah lo yang banyak itu?"
"Ceritanya panjang, Nevva!"
"Jangan bilang ayah lo juga ada hubungannya dengan masalah ini!"
"Perempuan yang aku maksud tadi adalah tunanganku yang sudah dinyatakan meninggal dua tahun lalu, Nevva. Dan entah mengapa ia bisa kembali saat ini. Ayahku menyuruhku membawanya dan berhubungan lagi dengan dia dan ..."
"Dan meninggalkan Zelda?" Nevva menyambar penjelasan Alban.
Alban mengangguk sebagai jawaban.
"Kenapa lo nggak nolak permintaan ayah lo kalo lo cinta sama Zelda?"
"Ayahku memegang kendali atas apapun, Nevva. Jangan lupa dengan hal itu, aku tidak bisa memaksakan kehendak, itu bisa berbahaya untuk Zelda."
"Oww, oke, kalau begitu ya sudah. Turuti apapun yang ayah lo katakan. Lupakan Zelda!"
"Nevva,"
"Tenang, gue akan cari dia lewat polisi. Lo pergi aja, salam buat tunangan lo yang itu."
Alban harus bagaimana?
-
Salam Hangat, 🌹
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro