Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

38-Break The Heart🔫

Setelah keberhasilan misinya di Amsterdam, Alban langsung kembali ke Vancouver. Sesampainya di bandara ia langsung menuju kantor pusat Altair Grup untuk melaporkan hasilnya, tak lupa ia akan menemui gadisnya yang sudah sangat ia rindukan itu. 'Ingin sekali memeluknya untuk melepas rasa rindu yang sudah meronta itu.'

Tiba di depan kantor Alban langsung melangkahkan kakinya. Ia disambut beberapa orang berpakaian jas hitam disana, setelah itu Alban bergegas untuk masuk ke dalam.

Pemandangan yang pertama ia lihat adalah Ayahnya yang sudah menanti kedatangannya, Alban datang dengan senyum tipisnya saat menatap Tn.Gerald, namun senyumannya tiba-tiba luntur saat melihat seorang gadis yang baru saja datang dan berdiri di sebelah Tn.Gerald.

Alban memperlambat langkahnya, rasanya ingin ia memutar balik badannya. Namun, ia tak boleh terlihat lemah seperti itu, mau tidak mau ia harus tetap menjaga wibawanya.

"Selamat anakku, you got it! Good job!" sambut Tn.Gerald sambil menjabat tangan Anaknya itu.

Tn.Gerald menggerakan matanya ke samping seakan memberi isyarat bahwa siapa yang ada disampingnya.

"Selamat Gel, kamu hebat," kata Ditha sambil mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Alban. Ingin merasa terlihat baik-baik saja di depan papanya. Ia meraih tangan Ditha dan menyalaminya singkat.

"Sudah selesai kan pa? Aku ingin kembali ke apart—"

"Tetap disini, ayo ke ruangan. Ada yang mau papa bicarakan," ucap Tn.Gerald memotong pembicaraan Alban. Mau tidak mau Alban harus menurutinya.

—•—•—

Saat ini mereka berdua sedang berada di dalam ruangan Tn.Gerald.

"Kenapa reaksi mu biasa saja saat bertemu Ditha?" tanya Tn.Gerald pada anaknya.

"Memangnya sikapku harus seperti apa?" Alban berjalan ke arah sofa kemudian duduk disana.

"Bukankah kau masih mencintainya? Kini ia kembali Al, ternyata ia masih hidup." Tn.Gerald memerhatikan gerak-gerik Alban sendari tadi, nampaknya ia tak melihat respon baik dari ekspresi anaknya itu.

"Kembalilah menjalin hubungan dengan dia!" dalihnya.

Mendengar ucapan itu, Alban langsung mengepalkan tangannya.

"Bagiku dia sudah mati pah, tak ada lagi hatiku untuknya, lagipula, kali ini aku sudah bersama Zelda. Aku tidak mungkin memiliki dua wanita sekaligus," jawab Alban sambil membuka dasi yang ia kenakan.

"Tinggalkan dia!"

Alban mengalihkan pandangannya kepada Tn.Gerald, apa maksud dari perkataan ayahnya itu? dengan pancaran emosi pada matanya. Alban kembali bertanya ...

"Kenapa begitu?"

"Jauhi gadis itu, dia tak pantas bersanding denganmu, Alban!" kata-kata Tn.Gerald begitu menusuk.

"Atas dasar apa Ayah berbicara seperti itu? Mengapa tiba-tiba ayah menyuruhku menjauhi Zelda. Apa ini semua karena datangnya Ditha?" Alban bangkit dari duduknya.

"No, one reason to explain this! Intinya kamu tidak perlu menemui gadis itu lagi!"

"Never, Dad, aku menyayanginya dan—"

"Buang rasa itu jauh-jauh. Pergilah bersama Ditha, perlakukan dia seperti saat kamu begitu mencintainya. Jika kamu tetap berniat menemui gadis itu, Ayah tidak akan segan-segan membuangnya jauh-jauh dari kota ini, kalau perlu Ayah musnahkan dia!"

Alban bungkam. Apa yang diucapkan ayahnya tidak pernah main-main. Meskipun ia bingung mengapa ayahnya bisa berbicara demikian, ia tidak akan pernah bisa menentang ayahnya itu.

—•—•—

"Mau berangkat sekarang?" tanya Ditha.

Alban terlihat tak nyaman. Entah mengapa, iapun bingung dengan hatinya. Logikanya berpikir harusnya ia senang Ditha berada disini, tapi lain dengan hatinya. Pikiran pria itu terus menerawang kepada Zelda, bagaimana keadaannya sekarang? Dia pasti khawatir karena Alban sama sekali tidak memberitahunya saat ia tiba-tiba pergi.

"Hey Gel" Ditha menepuk bahu Alban hingga tersadar dari lamunannya.

Alban menarik nafas, kemudian memberi anggukan kepada Ditha.

Ditha langsung menggandeng lengan Alban,  sedangkan Alban langsung melirik ke arah lengannya.

'Ada yang berbeda'

Alban tidak merasakan sesuatu yang hangat dalam hatinya.

Hanya sebuah kecanggungan dan —asing.

—•—•—

Pada sebuah villa panggung yang terletak di North Shore, Alban tengah terduduk dengan segala sesuatu yang berkecamuk dalam kepalanya.

Ditha semakin geram, mengapa lelaki di depannya kini terlihat begitu tidak tertarik padanya.

Ditha pun tersenyum licik, ia berniat menggoda Alban.

"Benarkah kamu sudah melupakanku Gel? Huh ... Padahal, aku mengira kamu masih bersikap seperti dulu atau bahkan menyambutku dengan segala kerinduanmu."

"Mengapa kau baru datang sekarang, jika kau masih hidup. Mengapa setelah dua tahun kau baru memunculkan dirimu lagi?" tanya Alban begitu dingin.

Ditha bergerak menuju Alban. Ia mengusap rahang tegas lelaki itu, Alban masih tetap melihat lurus ke depan dengan tatapan kosong.

"Apa aku salah? Mengapa kamu seperti tidak tertarik padaku Gel, apakah kau benar-benar sudah tidak memiliki perasaan terhadapku lagi? ... Atau mungkin sudah ada wanita lain yang mengisi hatimu?" ujar Ditha sambil terus menggoda Alban.

Kini gadis itu mulai nekat. Ia malah duduk di paha Alban dengan posisi menghadapnya.

Saat Alban hendak menyingkirkan gadis itu tapi Ditha malah mengalungkan tangannya di leher Alban.

Cklekkk...

Pintu terbuka, menampilkan seorang gadis yang sangat Alban rindukan,

Zelda ...

Ditha mengalihkan pandangannya ke arah pintu.

Alban langsung menyingkirkan Ditha dari hadapannya, sedangkan Zelda kini tengah menatap keduanya dengan genangan air mata yang sudah menumpuk di pelupuk matanya.

Andy memunculkan kepalanya di ambang pintu, menyadarkan keterkejutan mereka. Andy pun terkejut melihat pemandangan yang kini ia lihat di depannya,

Alban bangkit dari tempat duduknya, sedangkan Zelda langsung berlari menjauh dari villa panggung itu. Ia menuruni tangga begitu cepat, pandangannya buram tertutup air mata yang sudah tidak bisa ia bendung. Ia terus berlari tak tentu arah bersama Alban yang mengejarnya dari belakang.

"Lo, masih hidup?" tanya Andy yang masih terkejut.

"Hai And, how are you?!" kata Ditha yang bersikap biasa tanpa rasa bersalah.

Disisi lain, Zelda kini masih terus berlari, berlari menghindari Alban ...

Tujuannya datang kesini adalah untuk menemui kekasihnya itu. Saat tiba di lokasi, senyumnya begitu merekah melihat mobil hitam yang ia kenali terparkir disana.

Namun, apa yang ia lihat benar-benar menyayat hatinya. Lima hari lelaki itu menghilang tanpa kabar, membuat pikirannya begitu cemas dan khawatir. Hari ini ia mengetahui informasi dari Andy bahwa Alban sudah kembali ke Vancouver karena kemarin-kemarin Alban sedang menjalankan misi perusahaannya ke Belanda.

Tapi apa yang ia lihat saat ini? Lelaki yang mengatakan cinta padanya kini tengah bercumbu dengan wanita lain?

Dan wanita itu ... Wanita yang Zelda lihat di kantor Altair Grup saat ia mencari Alban.

Zelda melihat jalan didepannya buntu, tumpukan karang besar yang hampir menyerupai bukit menghentikan langkahnya. Ia menengok ke belakang, Alban terlihat masih jauh dari sana. Seketika ia melihat celah cukup besar di antara batu karang itu. Ia pun segera berlari kesana untuk mengumpat, menghindari Alban.

Dan menangis sesenggukan.

-

Sahurrrrrrr-sahurrrrrr :v

Gimana-gimana? Zelda? Alban? Ditha?

Nyesek banget ya kalo jadi Zelda, hmm...

Can relate?

Ikuti terus kisah mereka ya :))

-

Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar kalau suka dengan ceritanya.

-

Salam Hangat, 🌹

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro