36-Go Away🔫
"Tahu tidak Justin, dengan mengaktifkan GPS seperti tadi, kalian bisa tertangkap di bawah sana." Mr.Quts memperingati Justin.
Benar, yang membuka pintu besi tempat Alban dan Justin tadi adalah Mr.Quts.
"Maaf Sir, tapi saya benar-benar panik melihat Alban hampir mati."
"Dan lagi, kalian tidak tahu kondisi, bukannya langsung keluar malah bercanda disana." Mr.Quts memerhatikan keduanya dari kaca depan.
"Maaf Sir," Justin menunduk. "Tapi, gimana kamu bisa membuat virus secanggih itu Al? Harga diriku sebagai hacker merasa terhina."
"Terimakasih, Justin." Alban menanggapi rekannya itu.
"Apa? Kamu berterimakasih karena aku merendahkan diriku sendiri?"
"Bukan untuk itu, terimakasih sudah menyelamatkan nyawaku." ucap Alban.
Justin tersenyum simpul, "Sudah tugasku!"
Tugas Alban sudah selesai. Hanya butuh beberapa jam misi sulit itu berhasil ia lewati, meskipun sempat ada kendala.
Sekarang sudah memasuki hari kedua Alban meninggalkan Kanada. Kemarin ia tiba di bandara pukul 5 sore, langsung dilanjutkan dengan misi dan tragedi kecilnya yang memakan waktu 8 jam.
Mr.Quts yang mengendarai mobil kini membawa mereka ke sebuah bukit jauh dari kota. Tujuannya agar tidak ditemukan oleh anggota Bootes Company, mereka juga telah membuang alat-alat yang mereka gunakan sebagai koneksi di tengah jalan tadi.
Mereka beristirahat sejenak di sebuah villa disana, sebenarnya waktu Alban sangat sempit. Sekarang sudah pukul 3 pagi, butuh dua jam menuju ke bandara untuk jadwal pesawat yang akan ditumpanginya.
"Kau harus segera pergi Alban. Ini pasport, tiket pesawat, ktp dan keperluan lainnya." Mr.Quts memberikan kartu-kartu penyamaran untuk memulangkan Alban.
"Terimakasih Mr.Q"
"Kita ke bandara sekarang."
—•—•—
Ketiga pria itu kini sudah ada di bandara. Sebelum berangkat, Alban mengucapkan terimakasih kepada Justin dan Mr.Quts. Tanpa mereka, mungkin Alban tidak akan berhasil atau bahkan tidak selamat.
'Para penumpang yang terhormat, kami beritahukan pemberangkatan pesawat Amsterdam-Vancouver dengan nomor penerbangan A-10 ditunda. Untuk semua orang yang ada berada di bandara dimohon untuk tidak meninggalkan lokasi.'
Ketiga pria itu saling melirik, dari pengumuman yang mereka dengar kemungkinan menunjukkan bahwa Bootes Company telah mengunci bandara untuk menemukan mereka.
"Ambil radio baru ini." Justin menyerahkan dua pasang alat komunikasi pada Alban dan Mr.Quts, "Berikan Identitas kedua kalian."
Alban mengernyit kebingungan, sedangkan Mr.Q langsung menuruti perintah Justin. Setelah menerima pasport dan kartu identitas keduanya. Justin berjalan menuju arah pemesanan tiket.
"Apa dia mencoba bunuh diri dengan membeli tiket pesawat menggunakan identitas kedua?" Alban bertanya pada Mr.Q.
Semua keanggotaan perusahaan memang dibuatkan identitas kedua. Isinya masih dengan nama samaran, namun tetap terlihat darimana asal perusahaan mereka. Biasanya digunakan untuk misi yang tidak terlalu berbahaya.
Tak lama setelah itu, Justin kembali. Ia memegang sekitar 12 buah tiket pesawat.
"Apa yang kamu lakukan?" Alban masih belum mengerti apa yang dilakukan Justin. Tanpa diduga, Justin membuang semua tiket itu ke dalam tempat sampah.
Alban mulai mengerti rencana rekannya itu.
"Kalian lihat pesawat yang hendak landing itu?" Justin menunjuk pada sebuah pesawat yang berada di landasan udara. Keduanya mengangguk.
"Tiga menit lagi pesawat itu akan berangkat. Aku sudah membeli banyak tiket dengan tujuan beberapa negara. Tapi tidak dengan pesawat yang akan kita naiki. Tujuannya, agar mereka kebingungan bagaimana cara mereka mengejar kita," terang Justin, "Sekarang kalian berdua pergi kesana."
"Bagaimana caranya kita bisa masuk ke dalam sana tanpa tiket?" Itu Alban, karena Mr.Quts sendari tadi hanya diam dan mengikuti instruksi.
Justin memberikan dua buah pin serta nametag berlogo Badan Intelejen Negara Belanda, "Masuklah, katakan pada mereka kalian sedang mengejar buronan di dalam sana."
"Brilian sekali Justin, kapan kamu menyiapkan ini semua."
"Cepat kalian pergi sekarang!"
"Kamu nggak ikut?"
"Nanti aku menyusul!"
Alban dan Mr.Q langsung berlari menuju lanud, dengan menunjukkan identitas palsu mereka sebagai anggota intelejen pada petugas bandara.
"Kita masuk sekarang Alban." ujar Mr.Quts saat pesawat akan ditutup.
"Tidak, Sir, aku akan menunggu Justin."
Mereka melirik ke arah bandara, nampaknya ada keributan disana sebab orang-orang disana terlihat menunduk dan ketakutan. Alban menghidupkan radionya.
"Berhenti disana!" Terdengar suara samar di earpiece yang ia gunakan.
"Justin! Justin. Cepat lari kesini, pesawatnya akan segera berangkat."
"Masuk, tidak usah pedulikan aku."
"Are you crazy? No. Aku nggak mungkin meninggalkan kamu disana."
Sepertinya Justin sedang berlari, ia dikejar oleh anggota Bootes Company. Justin tidak mungkin berlari ke arah Alban, itu sama saja dengan memberitahu bahwa mereka akan menaiki pesawat itu.
"Justin, aku akan segera kesana."
Alban hendak kembali ke bandara, namun lengannya dicekal oleh Mr.Quts.
"Nggak Al. Kalo kamu berani nyusul aku kesini, aku berjanji bakal nembak diri sendiri!"
Alban mengeram. Petugas pesawat mulai curiga kepada Alban dan Mr.Quts sebab obrolan Alban dengan Justin terdengar seperti buronan. Mr.Quts menepuk bahu Alban dan menyuruhnya untuk segera naik, dengan berat hati Alban masuk kesana.
"Maaf, Justin."
—•—•—
"Hello, test! Test!" Alban terperanjat mendengar sahutan di walky talky-nya.
"Justin, are you oke?"
Pria yang ditanyainya terkekeh diseberang sana. "I think so."
"Where are you?"
"Abu Dhabi. Kalian?"
Mr.Quts tertawa, entah apa alasannya.
"Brazil," jawab Alban. "Kita sudah melewati samudera Atlantik Justin, yg benar saja kamu masih disana."
"Mana kutahu, kita kan naik pesawat random." Pria itu terdengar acuh tak acuh.
"Saya akan ikut ke Kanada bersama Alban." Mr.Quts berbicara pada Justin.
"Hei Sir, bagaimana dengan nasibku?"
"Saya kesana untuk melanjutkan perjalanan Justin, setibanya di Kanada saya akan langsung terbang lagi ke Greenland, begitu juga dengan kamu. Berangkatlah ke Greenland dari sana."
"Kukira kau akan menelantarkanku, Sir, ah yang benar saja saya tidak bisa lagi kembali ke Amstell, bahkan aku belum sempat berpamitan pada kekasihku," ucapnya dengan nada sendu yang dibuat-buat.
"Wanitamu banyak Justin, itu bukan masalah besar." Mr.Q mengucapkan itu dengan santai.
"Lain kali, kamu harus sepertiku Alban, yang benar saja kau hanya setia pada satu perempuan," ledeknya pada Alban.
"Nope, Justin!"
Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan masing-masing.
-
Puasa hari kedua ^_^
Semangat kalian yang sedang menjalankan.
Salam Hangat, 🌹
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro