35-Die?🔫
"Clear!" sahut seseorang saat membuka beberapa ruangan disana.
"Clear!"
"Tak ada, Sir!"
Tersisa dua ruangan yang belum mereka periksa, salah satunya ruangan yang Alban jadikan tempat bersembunyi.
Seseorang mulai mendekat ke ruangan itu, Alban sudah bersiap dengan senjatanya.
"Alban, how are you?" tanya Justin dengan nada sedikit panik.
Tut tut ...
"Saya ijin untuk menembak, Mr.Q!" Alban mengeluarkan suaranya dan berbicara pada Mr.Quts lewat earpiece-nya, Mr.Quts adalah orang yang mengendarai mobil tadi.
Dorr dorr ...
Alban keluar dari tempat persembunyiannya dan langsung menembak ke arah orang-orang yang sedang mengepungnya. Tiga dari mereka sudah tumbang terkena peluru Alban, kini tersisa 4 orang lagi di ruangan itu.
-Pintu darurat-
Alban melihat tulisan dengan tanda panah itu kemudian berlari menuruni tangga sambil menghindari tembakan orang yang mengejarnya.
'Ah yang benar saja, menuruni tangga 32 lantai?'
Tidak mungkin Alban menuju ke lantai dasar, disana pasti sudah banyak orang yang akan mengepungnya.
Beberapa orang dari bawah mulai terdengar menaiki tangga, Alban Terkepung di lantai 10, ia mencari celah untuk menghindari dari jalur evakuasi ini.
Tepat di tangga lantai 7, ia masuk ke sebuah pintu. Sambil mengacungkan senjata, menyuruh orang-orang disana untuk tidak menyerangnya. Alban berlari ke bagian sisi gedung yang lain, sambil mengikuti arahan Justin yang mengetahui denah bangunan gedung ini.
"Dimana jalan keluarnya?" Alban kebingungan melihat dua pintu di depannya.
"Belok kanan al," ujar Justin yang terdengar di walky talky—nya.
"Oke!"
Alban langsung membuka pintu itu, namun tiba-tiba ...
"Al, kiri-kiri. Maksud aku ke kiri bukan kanan."
"Aku sudah masuk,"
Justin kebingungan, mengapa tiba-tiba layar tabletnya terbalik, bukan terbalik rotasi, melainkan terbalik mode flip.
Suara nyaring sirine berbunyi. Alban memerhatikan benda-benda di sekelilingnya,
'Ruangan apa ini?'
Tabung-tabung besar bertengger di dalam sana, suhunya pun Alban rasa tak cukup baik.
Tung...
Banyak pipa yang saling terhubung di ruangan itu. Entah apa yang selanjutnya akan terjadi, Alban mulai merasa gelisah sebab pipa-pipa itu terputus satu-persatu, dan munculah lubang-lubang kecil yang seakan siap mengekuarkan sesuatu.
"Justin!" sahut Alban, namun tak kunjung mendapat jawaban.
Ada gangguan di sambungan earpiece-nya.
Tidak lama kemudian sistem mengaktifkan sesuatu. Seketika pipa-pipa itu langsung mengeluarkan gas berwarna putih kekuning-kuningan dari berbagai sisi.
"Justin, ini ruangan apa? Pipa-pipanya mulai mengeluarkan gas?!"
Gelang yang Alban pakai bergetar, mendeteksi kandungan dalam gas tersebut.
CO
"Karbon monoksida, sial! Ini ruangan sisa gas pembakaran tak sempurna,"
"Al, —halo, Al kamu masih disana? Aku tidak cukup yakin untuk mengatakan hal ini, tapi mereka ternyata gak sebodoh yang kita kira."
"Yep Justin! Aku rasa, tablet dan radio kita diretas, mereka sengaja menjebak ku untuk berakhir di ruangan ini." Kepulan asap mulai memenuhi ruangan tersebut.
"Justin, tolong carikan pintu keluar lain di ruangan ini," ucap Alban yang mulai terbatuk akibat gas beracun itu.
Dadanya mulai terasa nyeri, seketika rasa mual bergejolak dalam perutnya. Matanya sudah sangat pedih sekali, dan yang terparah —pasokan oksigen yang ia hirup mulai menipis karena gas itu ikut menghambat aliran hemoglobin dalam nadinya.
"Oke wait, Al, tolong bertahan," ujar Justin di seberang sana sambil memainkan tabletnya yang berlayar 3D.
"Jus—tin!!"
"Al, kamu jalan ke arah tabung yang paling besar, dibelakangnya ada pintu menuju tangga luar."
"A—kan aku coba!" Pandangan Alban mulai tak baik, sebab gas itu mengiritasi matanya ditambah gas itu hampir sepenuhnya memenuhi ruangan.
Uhukk uhukk...
'Pintunya hanya bisa dibuka dari luar, Shitt!' Justin berdecak dalam hatinya dan melempar tablet ke sembarang arah.
Tidak ada cara lain, seketika Justin langsung keluar dari mobilnya.
"Justin kamu mau kemana?" Mr.Quts berteriak saat Justin menutup pintu mobil dengan kasar.
"Doakan saya, Sir!"
Justin berlari ke arah belakang kantor itu, mencari tangga luar untuk menuju ke lantai 7.
"Al, say something!" Justin menyahut sambil membernarkan posisi earpiece-nya.
Tak terdengar jawaban Alban disana, hanya helaan nafas sesak.
"Bertahan! Aku kesana."
Bootes Company sudah pernah menduga kejadian ini pasti akan terjadi. Mana mungkin anak perusahaan Samudera Grup diam saja saat mereka tahu bahwa aset paling berharga akan diambil alih. Maka dari itu mereka sudah mempersiapkan diri dan berjaga-jaga.
Mereka berhasil menggagalkan rencana penghapusan surat penyerahan palsu itu, mereka akui, cukup cerdik teknik pembobolan yang Alban lakukan. Terutama saat mereka tahu Alban mengetahui letak kunci laptop itu.
Justin masih mencoba membuka pintu dengan alat yang ia bawa seadanya, sedangkan di dalam, para anggota Bootes Company sedang tertawa puas karena berhasil menjebak Alban.
Kesadaran Alban sudah berada di ujung tanduk. Ia tidak tahu harus melakukan apa lagi, untuk bergerak pun sudah tak bisa. Mungkin ini adalah akhir hidupnya. Terjebak di dalam perangkap musuh tanpa berhasil menjalankan misinya. Detik dimana semuanya hampir terasa gelap, Alban menggerakkan tangannya ke arah dada dengan sedikit tenaga yang tersisa, saat itu pula Alban meraih tombol kecil kemudian menekannya.
Nafas tersengal-nya, berhenti saat itu juga.
—•—•—
Sirine kebakaran berbunyi, para pekerja yang berada di dalam gedung langsung berhamburan keluar.
"Apa yang terjadi?" teriak pria tua dengan tongkat berjalan di tangannya.
"Bukankah kau sudah menjebak orang itu? Kenapa alarm kebakaran berbunyi?"
"Tuan Breyoz, mohon maaf atas kelalaian saya. Data dalam Laptop memang belum sempat terhapus, tapi orang itu menancapkan flashdisk yang nampaknya langsung merusak sistem dan membuat laptopnya meledak."
"FUCK!" Tn.Breyoz mengumpat kesal. Ia langsung menembak orang yang melaporkan tadi, bagaimana bisa sebuah flashdisk meledakan sebuah laptop?
"Panggil petugas pemadam kebakaran, api yang ditimbulkan tadi mulai merambat ke beberapa ruangan di lantai 23 & 22." Suara itu terdengar dari sebuah speaker kantor yang memberitahukan kondisi sumber kebakaran.
"BAWA MAHLUK BADEBAH ITU KEHADAPANKU. AKU TIDAK AKAN MEMBIARKAN DIA MATI SEGAMPANG ITU! CEPAT BAWA SEKARANG!!!" Tn.Breyoz menyuruh dua anak buahnya untuk membawa Alban.
Tiga menit kemudian dua orang itu kembali, dengan wajah yang terlihat pias dan berkeringat.
—•—•—
Justin sedang mencoba melakukan resusitasi jantung paru (CRP) pada Alban. Ia sudah mengecek respon pria itu, namun nampaknya tidak ada pergerakan. Bahkan, dadanya pun tidak terlihat naik turun.
Jantungnya tidak berdetak.
Justin mencoba setenang mungkin agar otaknya bisa terus berpikir. Ia mulai menempatkan tangannya dipertengahan dada Alban, tepatnya dibawah tulang sternum. Kemudian Justin menekannya sedalam 5 cm sambil menghitungnya sampai angka 30.
Setelah melakukan Cardiopulmonary Resuscitation, Justin melakukan tindakan Airway, mencoba membuka jalan nafas Alban. Ia meletakan satu tangganya di dahi Alban dan menengadahkan kepalanya, kemudian ujung jari yang satunya diletakan di bawah dagu Alban dan mengangkatnya.
Perlu diakui, Justin tak bisa setenang itu. Ia mulai meruntuki dirinya sendiri, ia menggigit bibir bawahnya menahan panik.
"Al ...?"
Tak ada respon.
Usaha terakhir, Justin mencoba melakukan Breathing (Nafas Buatan). Justin menarik nafas dalam-dalam, sambil memejamkan mata, ia mulai mempersingkat jarak wajahnya pada Alban.
"Kamu tidak berniat menodai bibirku yang suci ini kan, Justin?"
Justin langsung membuang nafasnya secara kasar.
"WOY AL, AKHIRNYA KAMU HIDUP LAGI!" teriaknya kemudian menghamburkan dirinya kepelukan pria itu.
Alban bergidik ngeri, "Are you gay?"
Justin langsung mendorong Alban. "Sialan, bukannya berterimakasih malah menuduh aku gay. Kamu juga, seharusnya bilang kalau kamu udah sadar gitu, gimana kalo seandainya aku yang terkena serangan jantung gara-gara dikagetkan seperti itu. Memangnya kamu bisa melakukan pertolongan seperti yang aku lakukan padamu tadi?!"
Alban terkekeh melihat tingkah Justin.
"Kalian dimana? Kerja bagus Alban, kamu berhasil. Bukan hanya merusak datanya, kamu merusak laptop dan gedungnya juga," seru Mr.Q di ujung sana.
"Ha?" Justin melongo mendengar ucapan Mr.Quts.
"Kita dimana?"
"Kamu berhas—"
"Nggak ada waktu buat itu Justin, kita dimana?" tanya Alban dengan nada serius.
"Kita ada di tempat pembuangan—."
Tiba-tiba terdengar suara besi berderit. Alban dan Justin saling bertukar pandangan.
______
•
•
•
Halo, bagaimana kabar kalian?
Jangan lupa tinggalkan vote dan komen ya!🖤
•
Minal Aidin Wal Faidzin teman-teman semua.
Mohon maaf lahir dan batin😇
-
Besok InsyaAllah sudah memasuki bulan suci Ramadhan.
Selamat berpuasa bagi yang menjalankannya.
Salam Hangat, 🌹
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro