Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

32-Why you back?🔫

Hari ini Alban akan mengunjungi tempatnya yang berada di North Shore, pegunungan sisi pantai. Ia berniat mengambil sesuatu untuk dibawanya tiga hari mendatang.

Tempat itu memang sudah di obrak-abrik oleh musuh, namun Alban tak mungkin menghancurkannya karena banyak kenangan yang tersimpan disana. Salah satunya dengan masa lalunya ...

Kini tempat itu hanya diisi oleh benda-benda normal layaknya villa biasa, tidak lagi Alban menyimpan sesuatu penting disana. Terkecuali, dalam satu ruangan rahasia yang ia buat —belum sempat terjamah musuh.

Sesampainya disana, ia memarkirkan mobilnya di depan bangunan itu. Alban keluar dari sana, alas kakinya langsung menyentuh lembut pasir putih, deburan ombak pun terdengar menenangkan di telinganya. Saat ia hendak berjalan menaiki tangga, ia melihat seorang gadis sedang berdiri di bagian samping villa panggung itu. Gadis itu sedang memerhatikan laut, memakai sebuah dress berwarna biru muda selutut, terlihat begitu menikmati suasana hingga rambutnya bergerak-gerak tersapa oleh angin.

Alban mengernyit, siapa orang yang berada di villanya itu?. Alban melangkahkan kaki kesana, mencoba menuntaskan rasa penasarannya.

Saat Alban sudah di belakangnya, gadis itu berbalik.

"Hai Gel, Miss you so bad," ucap gadis itu. Seketika Alban merasa jantungnya berhenti berdetak, darahnya berhenti mengalir.

Alban masih mematung, mungkinkah kali ini ia sedang berhalusinasi? Apakah gadis di depannya ini hanya ilusi.

"Do you Miss me?" tanya gadis itu lagi.

"Aku berhalusinasi ..." kata Alban pelan.

Gadis itu mendekatinya, meraih tangan Alban dan mengarahkan tangan itu untuk menelungkup pipinya.

"Tidak Gel, kamu tidak sedang bermimpi." Gadis itu tersenyum, "aku nyata dan aku masih hidup ... untuk kamu." Kemudian gadis itu beralih memeluk Alban begitu eratnya.

Alban masih merasa tidak percaya, ia memang selalu berharap gadis itu masih ada, Alban pun sangat merindukan gadis itu. Ingin rasanya memeluk balik tapi entah mengapa kali ini hatinya menolak, menolak atas apa yang ia lihat, menolak apa yang sedang terjadi.

Bahkan, menolak kenyataan lebih tepatnya.

Alban mencoba menyesuaikan pasokan oksigen yang dihirupnya. Gadis itu masih memeluknya, sekitar beberapa menit barulah gadis itu melepaskannya.

"How are you?" tanyanya pada Alban yang kini masih terpaku.

"D...dit-ha," Alban bergumam pelan.

"Yeah, it's me!" Gadis itu berkata riang sambil menatap Alban. Mata cantiknya berbinar saat memerhatikan pria didepannya.

Alban memundurkan langkah, memutar balik tubuhnya, kemudian melangkah kembali menuju mobil, hendak meninggalkan tempat itu.

Gadis yang bernama Ditha itu mengejar Alban, "Gel!" teriaknya.

Alban tetap meneruskan langkahnya.

"Gel tunggu, kamu mau kemana?" Gadis itu mencoba meraih tangan Alban. Ia sempat berhasil meraihnya, namun Alban malah menepis tangan mungil gadis itu.
Alban memasuki mobilnya dan melaju begitu saja.

Ditha sempat mencova mengejar lagi, namun kecepatan mobil Alban terbilang sangat mustahil untuk dikejar. Sampai akhirnya, gadis itu hanya mampu terduduk di atas pasir, sambil menatap sendu kepergian Alban dengan mobilnya.

"Oh God, what's wrong?" lirihnya dengan nada frustasi.

"Sudah ku bilang kan, dia telah melupakanmu," ucap seorang lelaki di ujung sana.

"Diam, ini semua gara-gara kamu! Kalau saja kamu tidak menculik dan memalsukan kematianku. Semuanya tidak akan seperti ini!" ujar Ditha dengan nada parau.

—•—•—

Alban kini tengah melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Perasaannya sungguh tidak baik saat ini, mengapa setelah ia mampu berdiri dari luka lama yang membuatnya terpuruk. Gadis itu datang lagi?
Mengapa setelah hatinya kini telah menghangat karena kehadiran Zelda, gadis itu datang menggoyahkan perasaannya lagi.

Alban berhenti di sebuah perbukitan Coast Mountains, lalu ia berjalan ke arah bukit yang lebih tinggi. Dari sini, ia bisa menatap luasnya samudera yang tak berujung. Alban berteriak sekencang-kencangnya, mencoba melepas semua emosi yang sedang ia rasakan.

Runtuh.

Bagaimana mungkin, seseorang yang ia anggap telah mati bersama separuh hatinya kini hadir muncul lagi di hadapannya.

Alban tidak ingin menyakiti siapapun, apalagi orang yang ia sayangi. Bagaimana ia harus bersikap kali ini, kemana ia harus pergi kali ini? Ia sudah berjanji akan bermalam di apartemennya kepada Zelda. Tapi, sanggupkan Alban menemui gadisnya itu.

Memikirkannya saja sudah sesak bagi Alban.

'aku masih hidup... untuk kamu.' tiba-tiba Alban mengingat ucapan Ditha tadi.

—•—•—

"I'll never leave you, you always be by my side ..." Seorang gadis kini tengah menyanyikan lagu Zara Larsson yang berjudul Never Forget You.

"Salah lirik, seharusnya I will never forget you."

"Ih apasih Gel, memangnya aku mau kemana kalo liriknya nggak akan lupain kamu. Ini tuh lirik lagu aku buat kamu, kalo aku itu gak akan ninggalin kamu dan kamu harus selalu ada di sisi aku!" terang gadis itu sambil menusuk-nusuk pipi lelaki yang ada saat ini sedang berbaring di pahanya.

"Bisa aja kamu itu, gemes aku." Alban menarik hidung mungil gadis itu.

"Ihh, ngeselin. Pake narik hidung segala nih kuda poni," keluhnya sambil mengelus idungnya yang memerah akibat ditarik Alban.

Alban langsung bangkit mengubah posisinya menjadi duduk, "Hah apa kamu bilang, kuda poni? Kurang ajar ya!" Alban menutup wajah gadis itu dengan kedua telapak tangannya hingga terjungkal.

"Aduh, ampun Gel ampun hahaha ... abis emang bener kan, itu rambut pake di poni segala. Yaudah aku bilang kuda poni," ujar Ditha yang sedang kewalahan menahan keseimbangannya.

"Apa ...? Berani ya kamu, bilang lagi coba apa!" Alban masih menelungkup wajah gadis itu sambil bergurau.

"Pengap Gel ya ampun. Lepas dulu lepas, nanti aku bilang."

"Bilang apa?" katanya sambil melonggarkan bekapannya di wajah Ditha.

"Bilang ... I love you kuda poni," ucap Ditha dengan tawanya sambil berdiri dan langsung berlari menghindari Alban.

Sebenarnya Alban tidak masalah saat mendengar panggilan itu, hanya saja kali ini ia sedang ingin bercanda dengan gadisnya itu, lebih tepat calon pendamping hidupnya satu tahun mendatang.

Alban mengejar Ditha yang kini tengah berlari menuju ke arah taman. Tentu saja, Alban mampu menyeimbangi langkah kecil gadis itu.

"Whaaaa!!!" teriak Ditha saat melihat ke belakang ternyata Alban sudah dekat dengan dirinya.

Alban berhasil mengejar Ditha, ia langsung menggendong gadis itu begitu mudah dengan posisi bridal style. Ditha pun langsung mengalungkan tangannya di leher pria itu.

"Hah, aku capek. Haus!" Gadis itu mengatur deru nafasnya yang kelelahan.

"Jadi kamu haus?" tanya Alban ditemani senyum miringnya.

Ditha yang melihat itu langsung curiga kepada Alban, "Turunkan aku!"

"Not now baby." Alban berbelok dari jalan yang seharusnya mengarah ke dalam rumah menjadi ke bagian samping rumah.

"Gellll!!!" teriak Ditha yang saat ini posisinya sudah berada di atas kolam renang. Alban tertawa melihat muka ketakutan itu.

"I can't swimming, please!" pintanya dengan tatapan memohon.

Byurrrrr...

Alban menceburkan Ditha ke kolam renang yang kedalamannya sekitar 2,5 meter.

Ditha dengan segala kepanikannya hanya bisa menahan nafas sambil memejamkan mata. Dirinya yang sudah tercebur ke kolam itu hanya bisa pasrah sambil menunggu nafas cadangan di paru-paru habis.

Setelah merasa tak kuat, Ditha menarik nafas. Dalam bayangannya, bukan udara yang masuk ke paru-parunya melainkan air. Namun, ia salah, —she can breathe with the air.

Lantas ia membuka kedua matanya. "I think you will kill me Gel," katanya masih dengan detak jantung tak beraturan.

Alban langsung terbahak dengan tawanya setelah mengerjai gadis itu. Ternyata, saat Ditha jatuh ke kolam Alban pun langsung turun dan kembali ke posisi menggendongnya. Saking paniknya Ditha tak merasakan itu.

"Masih haus?" tanya Alban yang masih terkekeh.

Ditha hanya mendaratkan sebuah cubitan pada lengan pria itu. Alban langsung menepi dari kolam dan menurunkan gadis itu, kemudian memeluknya.

—•—•—

Alban tersentak, ia terbangun dari tidurnya. Ternyata, sejak tadi ia tertidur di dalam mobilnya. Dan apa itu barusan? Ingatan itu kembali muncul di dalam mimpinya?.

Seketika Alban mengingat kebenaran dari kejadian tadi pagi. Ia pun langsung bergegas mencari tempat untuk menenangkan diri.

-

D

itha Azzura ;

=

Hallo teman-teman 🙌

Bagaimana kabar kalian?

/Saturday Night/

#Dirumahaja #Readingtogether

Bilang sama doi —Quarantine time—

°°°

Jangan lupa tinggalkan jejak.

Salam Hangat, 🌹

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro