31-Diving🔫
"1...2...3...." Alban berhitung kemudian mereka berenang menyelam agar tidak terdeteksi alat sialan itu.
Zelda mengalungkan tangganya di leher Alban, sambil sesekali mengayuh kakinya membantu Alban meskipun ia tidak bisa berenang. Sekitar muncul ke permukaan, akhirnya mereka sampai di sisi pantai. Segeralah Alban mengajak Zelda berlari untuk menghindari serangan yang bisa saja datang tanpa diduga.
"Are you okey?" tanya Alban sambil memberikan handuk kepada Zelda yang kini tengah menggigil kedinginan.
Saat ini mereka berada di sebuah villa yang tak jauh dari sana. Zelda menerima handuk itu dan langsung dipakainya seperti selimut untuk mengeringkan tubuhnya yang basah kuyup. Alban menghampirinya, tak tega ia melihat gadisnya seperti ini. Ia pun langsung merengkuh tubuh gadis itu ke dalam pelukannya.
"Strong girl, kamu hebat!" katanya sambil mengecup puncak kepala gadis itu.
Kemudian mereka pulang menuju apartemen setelah sebelumnya Alban membawa Zelda ke rumah sakit untuk memastikan keadaan kesehatannya baik-baik saja.
Secara, lima hari lagi ia akan berangkat ke Amsterdam, meninggalkan gadis itu untuk menyelesaikan misi perusahaannya. Maka saat ini ia harus benar-benar memastikan bahwa gadisnya ini baik-baik saja, Alban tidak akan memberi tahu hal itu, khawatir membuat membuat Zelda menjadi cemas. Jadi, ia akan meminta Andy sahabatnya untuk menemani gadisnya ini selama ia berangkat ke Belanda.
"Mau makan?" Alban bertanya pada Zelda yang kini tengah terduduk di sofa kamarnya dengan selimut tebal terbalut di tubuhnya.
"Makan apa?" Zelda bertanya seperti itu karena setahu dia memang tidak ada makanan yang siap untuk dimakan disana. Hanya ada bahan-bahan saja, tidak mungkin jika ia harus memasak dulu. Tubuhnya benar-benar lelah dan butuh istirahat.
"Emm, bagaimana kalau tumis granat?" ujar Alban dengan ekspresi serius.
Zelda tertawa renyah. "Hey Tuan Muda, sejak kapan kamu bisa bercanda seperti itu?"
"Sejak ... Tadi." Pria itu mendekat ke arah Zelda. Entahlah, ia hanya teringat suasana tegang saat di kantor, Andy tiba-tiba saja bergurau tentang menu makanan dari senjata-senjata api yang kemudian membuat suasana menjadi lucu.
Dia sedang mencoba menghibur Zelda, meskipun caranya kurang cocok untuk seorang Alban.
"Dasar aneh!" maki Zelda.
Zelda sungguh keheranan atas sikap Alban kali ini. Mungkinkah secepat itu ia berubah, atau memang ini sikap Alban dulu yang dimaksud Tn.Gerald. Ah, ia benar-benar tak habis pikir pada lelaki itu.
Tak lama kemudian Alban kembali menghampiri Zelda dengan sebuah mangkuk dan segelas susu di tangannya. "Ready to be served."
"Buatnya satu?"
"Yap ... Nih buka mulut kamu." Alban menyodorkan sendok yang berisi bubur di atasnya. Lantas Zelda membuka mulutnya, Alban menyuapinya dengan lembut.
Zelda begitu senang kali ini, setelah kejelasan statusnya dengan Alban. Kini Alban bersikap begitu manis terhadapnya, merasa sangat bahagia kini ia menatap laki-laki didepannya itu, pandangannya tak teralihkan.
Sampai tiba-tiba ia merasakan sesuatu menabrak hidungnya.
"Yah, kamu mau makan lewat hidung?"
"Ih kamu sengaja kan, ya kan? Ngaku nggak!" tuduh Zelda sambil membersihkan hidungnya yang terkena bubur itu.
"Habisnya, liatin aku sampe begitunya."
Zelda bersemu mendengarnya.
"Mendingan kamu sekarang pergi ke kamar kamu gih. Gak kuat aku liat sikap kamu kayak begini, aneh hahaha."
"Ngusir nih? Buburnya belum habis."
"Iya nanti aku abisin ya. Makasih ya pangeran udah buatin aku bubur, udah perhatian juga. Meskipun aneh tapi yaudahlah. Intinya terimakasih. Dah, good night my prince, have a nice dream and ... Semoga besok nggak aneh lagi."
Sendari tadi, Zelda terus menerus menyebut kata -Aneh. Mendengar itu Alban langsung beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju pintu tanpa sepatah katapun. Zelda merasa kebingungan dan takut salah berucap.
Saat Alban memegang kenop pintu ia mengalihkan pandangan terhadap Zelda.
"Good night too and have a nice dream my princess. Bye." katanya sambil keluar dari ruangan Zelda.
-•-•-
Pagi ini Zelda tengah menyiapkan sarapan, tentunya bukan hanya untuknya melainkan untuk Alban juga. Tak henti-hentinya gadis itu tersenyum, saat terbangun di pagi hari ia mengingat kejadian kemarin. Meskipun terjadi sedikit insiden saat di pantai itu, tak bisa dipungkiri bahwa semua ketakutan dan kekhawatirannya itu hilang karena Alban.
'He is my protecterss'
Cklek...
Zelda mendengar pintu apartemennya terbuka, saat ini ia tengah menyusun rapi makanan yang ia masak tadi di atas meja, setelah selesai ia kembali ke dapur untuk membereskan barang-barang yang tadi ia gunakan untuk memasak.
Bruk.
"Aww!" ringis Zelda saat ia membalikan badannya hendak menuju meja makan tiba-tiba Alban sudah berdiri tegap di belakangnya. Alhasil, ia menabrak dada bidang pria itu.
Alban belum mengeluarkan sepatah katapun pada Zelda, padahal jelas-jelas gadisnya kini terlihat sedikit kesal bercampur kaget dengan kehadiran dirinya. Zelda menghembuskan nafas pelan, kemudian mendongakkan kepalanya ke atas untuk menyapa pria itu.
"Morning Babe ..." Gadis tersenyum manis, menampilkan wajah terbaiknya saat itu. Berharap bisa menjadi morning moodbooster untuk Alban. Alban masih terdiam sambil menatap gadis itu, merasa tak ada respon balik dari Alban, lantas Zelda langsung menawari sarapan kepada Alban.
"Yuk sarapan dulu," ajak Zelda yang sedikit merasa canggung karena terus diperhatikan seperti itu oleh Alban.
Grep.
Alban menarik pinggang gadis itu agar mendekat ke arahnya, lebih tepatnya seperti memeluk. Kini posisi mereka begitu dekat.
'kenapa si ini orang hobi baget bikin jantungan.' Zelda menahan nafasnya sambil berdecak dalam hati.
"Terimakasih." Alban mengecup singkat puncak kepala Zelda, setelah itu mereka langsung menuju meja makan dan sarapan bersama.
-•-•-
Alban terlihat sibuk dengan berkas-berkas yang ada di meja kerjanya. Kali ini Zelda sedang berada di ruangan Alban yang terletak di samping ruangannya, ia merapikan beberapa benda yang terlihat tak teratur disana.
"Al, kamu betah emang ngeliat kondisi ruangan ini?" tanya Zelda sambil membersihkan debu diatas meja dengan kemoceng.
"Hmmm." Alban hanya bergumam sambil membolak-balikkan sebuah kertas.
"Liat nih, jorok banget sih. Naro sepatu sembarangan, gelas ada di deket TV, pakaian berantakan, jam tangan dibawah, terus ..." Zelda melirik ke arah Alban, nampaknya pria itu tak mendengarkan dirinya bicara. "Yeh ini orang, cewenya ngomong bukannya di dengerin," ucapnya pelan.
"Udah ngomelnya?" Lelaki itu menyahut namun tetap fokus pada laptopnya.
"Kamu denger?, Kirain enggak saking sibuknya."
Alban menutup laptopnya, "Gini ya, aku itu udah lama jarang kesini. Jadi wajar kalo banyak debu," terangnya dengan nada lembut pada Zelda.
"Tuh kan, enggak nyimak kamu. Apa hubungannya naro barang sembarangan sama debu?" Gadis itu terlihat cemberut.
Alban menghampiri Zelda, "Udah jangan marah-marah gitu, kan bisa dirapihkan sayang."
Apa itu tadi? 'sayang'. Seketika pipi Zelda terasa memanas.
Drrttt... Drrtttt...
Handphone Alban berbunyi, ia langsung menatap layar benda pipih tersebut.
"Ya, Hallo!" ucapnya pada si penelpon diujung sana, kemudian ia berjalan ke arah jendela seakan menjauh dari Zelda agar obrolannya tak terdengar.
Zelda memerhatikan lelaki itu, mengapa sepertinya ia sangat sibuk sekali. Atau memang, pekerjaannya sesibuk itu.
"Siapa?" tanyanya saat Alban telah selesai menelpon dan kembali ke mejanya.
"Biasa, orang kantor."
"Ohiya, Nevva chat aku nih. Katanya aku disuruh main kesana, Nada nanyain aku terus. Boleh nggak?"
Mendengar itu, Alban langsung mengalihkan tatapannya kepada Zelda. "No!"
"Why Al? I really miss them."
"Not, baby, Nevvanya aja yang suruh main kesini."
Mendengar itu Zelda langsung mengetikan sesuatu dan mengirimnya pada Nevva.
"Done, kamu masih sibuk ya? Aku keluar ya. Mau nyiapin makanan buat Nevva & Nada kalau mereka jadi kesini."
"Iya."
Saat hendak keluar, tak sengaja gelang kaki yang ia gunakan terlepas karena tersangkut pada kaki meja. Lantas Zelda mencoba mengambil benda itu.
"Dapat!" katanya, namun gelang itu malah bergeser ke bawah meja. Saat ia tangan Zelda mulai masuk kesana. Ia meraba sesuatu yang nampaknya terbuat dari kayu, lalu Zelda mengeluarkannya.
"Ini apa?" Zelda mencoba membuka kotak kayu itu.
Tring..ting..ting...
Terdengar alunan musik saat Zelda membuka setengah dari kotak itu. Belum terbuka semua, Alban langsung melompat dan merebut kotak musik itu.
"Al!" Pekik Zelda. "Kenapa diambil?"
"Katanya mau nyiapin makanan untuk Nevva," jawabnya mengalihkan.
"Itu apa?" Zelda tetap bertanya sambil menunjuk pada benda itu.
"Bukan apa-apa." Saat itu pula Nevva memberi kabar bahwa dirinya serta adiknya akan berkunjung ke Apartemen yang Zelda tempati. Zelda pun langsung keluar dari ruangan Alban dan menuju ke tempatnya untuk menyiapkan makanan.
Setelah kepergian Zelda, Alban membuka kotak musik itu. Terlihat fotonya bersama bersama seorang wanita yang tengah tersenyum disana.
-
Hallo teman-teman?
Terimakasih untuk kalian yang telah menyempatkan waktu untuk membaca cerita ini.
Ikuti terus kisah mereka ya!
Jangan lupa vote & komen jika kalian suka dengan ceritanya.
.
Salam Hangat, 🌹
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro