Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

30-I'm Yours🖤🔫

Sore hari yang begitu cerah, saat ini Zelda sedang menaiki sebuah speedboat berukuran sedang yang cukup jauh dari area pantai.

Ia sedang menikmati pemandangan matahari terbenam. Tidak hanya sendiri, melainkan bersama Alban yang mengemudikan perahu itu.

"But you never be alone, I'll be with you from Dusk Till Dawn, I'll be with you from Dusk Till Dawn, baby I'm right here."

Gadis itu bernyanyi dengan tempo pelan seperti accoustic. Alban yang mendengar suara merdu itu langsung mengalihkan pandangan ke arah gadis itu, begitu pula dengan Zelda. Saat menyayikan bait 'baby I'm right here.' ia menatap ke arah Alban sambil tersenyum.

"Swastamita menyambut hitamnya dunia. Jangan khawatir saat gelap tiba, karena di sana lah tempat dimana kamu bisa menghargai cahaya." ucap Alban pada gadis itu.

Dalam, kata itulah yang Zelda simpulkan saat mencoba mencerna ucapan Alban. Selalu begitu.

"Kamu misterius, membuat diriku selalu bertanya-tanya. Namun aku sadar, tidak semua tanya ada jawabnya. Untuk saat ini, biar waktu yang menjawab semua, sesak atau bahagia, adalah dua resiko yang didapatkan dari fakta. Jikalau hari lalu, biarlah berlalu. Jikalau memang takdirnya, ikuti saja alurnya."

Alban sadar gadis itu tau maksud perkataannya, nyatanya sekarang apa yang ia katakan ditanggapi dengan kata seperti itu.

Alban tahu, sedikit banyaknya Zelda memang sudah mendengar beberapa informasi yang menyinggung dirinya di masa lalu dari ayahnya. Begitupun dengan ucapan gadis itu barusan, ada rasa ingin tahu dalam dirinya tentang Alban, namun ia tidak memaksakan rasa penasarannya.

"Jikalau bisa, aku selalu ingin ibuku masih ada di dunia ini, menemaniku," lirih Zelda.

"Jikalau memang takdirnya, ikuti saja alurnya." Alban menanggapi dengan tatapan yang masih lurus ke arah depan.

"Hey, itu perkataan ku tadi."

"Apa yang kamu ucapkan untuk menguatkan orang lain, harus berlaku pada dirimu juga. Ingat itu!" Lelaki itu melipatkan kedua tangannya di belakang kepala dan mulai bersandar.

Zelda tersenyum, "Terimakasih telah hadir di hidup gadis sebatang kara ini, Al."

"Jangan pernah menganggap dirimu semenyedihkan itu!" ujarnya pada gadis itu.

Hari mulai redup menyisakan cahaya orange yang begitu indah menyorot gumpalan awan di atas langit, ditambah dengan cerminannya yang bertengger pada permukaan laut biru.

"Boleh aku bertanya?" kata Zelda.

"Selama aku bisa menjawabnya, silahkan."

"Emm ... Sebenarnya hubungan kita itu seperti apa Al?" Pertanyaan Zelda itu terdengar seperti meminta kepastian.

"Kamu rasa seperti apa?" Alban malah balik bertanya.

"Aku masih bingung Al, bisakah kamu memberiku ehm ... kejelasan tentang semua ini?" Zelda tidak bermaksud untuk memancing, tetapi ia memang perlu tahu. Agar dirinya mengerti bagaimana cara menyikapi Alban.

Alban beralih membalikan badannya menghadap gadis itu, kini posisi mereka saling berhadapan.

Alban menatap Zelda penuh arti.

"I think ... I'm in love with you!" Alban berkata dengan serius.

Zelda merasakan jantungnya berdetak sangat kencang saat ini, lebih dari debaran sebelumnya yang biasa ia rasakan saat bersama Alban. Ia syok mendengar penuturan Alban. Mungkinkah laki-laki ini sedang menyatakan perasaannya.

Zelda masih terdiam, menunggu apa yang akan dikatakan oleh Alban selanjutnya.

"And, How about you?" Ada kesungguhan yang Zelda tangkap dari sorot mata Alban.

"Me too, Al." jawab Zelda tanpa ragu dengan nada pelan. Sesungguhnya ia ingin berteriak saat ini, namun itu akan terlihat memalukan dan mungkin saja bisa merusak suasana.

Alban menyikap rambut gadis itu ke belakang telinganya. Menatap intens manik cokelat itu, ia mengalihkan tangannya mengusap pipi gadis itu. Kemudian mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Zelda, gadis itu tidak berkutik sama sekali. Alban mulai memiringkan wajahnya hendak mencium gadis itu. Zelda kini tahu apa yang akan Alban lakukan padanya, lantas ia memejamkan matanya.

Saat menunggu apa yang akan terjadi, tiba-tiba Zelda merasakan bibir Alban mendarat di keningnya. Alban mengecupnya begitu lembut, saat itu pula Zelda membuka matanya.

"Kenapa merem??" tanya Alban dengan nada yang tak kalah lembut.

Zelda yang ditanya seperti itu merasa malu. Bingung harus menjawab apa. Pipinya kini pasti sudah memerah atas apa yang Alban lakukan padanya.

"Dasar, menyebalkan." ucap Zelda sambil memukul pelan lengan pria itu kemudian memalingkan mukanya ke arah lain untuk menutupi rasa gugupnya.

Alban terkekeh kecil. "Hey ... Kenapa kesal begitu?" tanyanya sambil memegang bahu Zelda mencoba membalikan badan gadis itu agar menghadap ke arahnya.

Zelda mengguncangkan tubuhnya seakan merajuk, padahal ia sedang tersenyum bahagia saat ini. Seakan jutaan kupu-kupu beterbangan di perutnya. Jujur saja, nafasnya juga tidak stabil saat ini.

Detik-detik matahari benar-benar habis tenggelam. Alban berhasil membalikan tubuh gadis itu menghadapnya kemudian ....

"You're mine."

Cup

Alban mencium lembut bibir Zelda. Sontak membuat gadis itu terbelalak. —Hanya beberapa detik.

Setelah kejadian itu, Zelda beralih memeluk Alban, membenamkan wajahnya pada dada bidang Alban untuk menutupi rasa malunya.

Alban tertawa melihat tingkah gadis itu yang begitu menggemaskan. Saat ini hari benar-benar sudah gelap menyisakan langit biru gelap.

"What the answer, Nona Nixie Aurora?"

"I'm yours. Tuan muda Alban Rigel Putra." jawab Zelda dengan tersipu.

Saat itu pula jelaslah hubungan mereka sebagai sepasang kekasih. Pernyataan perasaan yang begitu singkat, namun dengan momen yang cukup romantis bagi keduanya, disaksikan lambaian matahari yang hendak meninggalkan bumi dengan jingganya.

"Ya sudah, ayo kita pulang," ucap Alban sambil mengelus puncak kepala gadis itu, namun Zelda masih terlihat betah dengan posisinya memeluk Alban.

"Hey, kalau kamu seperti itu aku tidak bisa mengendarai ini," ucap Alban lembut yang membuat Zelda melepaskan pelukannya. Gadis itu kemudian menunjukkan cengiran imutnya pada Alban.

Alban memutar balikkan speedboat-nya menuju ke arah pantai. Namun, sebelum sampai disana tiba-tiba sebuah alat seperti drone melayang diatas speedboat mereka. Alban yang sadar dengan kehadiran benda itu lantas mengalihkan perhatiannya.

"Itu seperti ..." Alban tampak berpikir, "Zelda kita turun ke air sekarang!" titah Alban dengan nada yang tidak terlalu panik.

"Hah? A-aku nggak bisa berenang," keluh Zelda yang terlihat mulai cemas.

"Pegang tanganku, nggak ada waktu lagi. Ambil pasokan oksigen yang cukup." Alban langsung menyambar tangan gadis itu kemudian masuk ke dalam air. Saat itu pula benda tadi menjatuhkan sebuah benda berbentuk oval ke atas boat dan meledak disana.

Kini Alban tengah membawa Zelda ke dalam air untuk menghindari ledakan tersebut. Warna merah menyala dari ledakan menerangi air biru yang mereka selami. Setelah kobaran api itu terlihat mengecil, Alban menarik Zelda ke permukaan.

"Emppp ... Hah ... Hah." Zelda kehabisan nafas karena kepanikannya yang tiba-tiba itu. Ia juga tampak begitu kedinginan akibat tubuhnya menyapa Air Laut.

Tidak hanya satu, ternyata sekitar 6-7 drone yang kini tengah melayang di atas menuju posisi mereka lengkap dengan granat. Ada kamera kecil disana, seseorang memantau mereka lewat itu.

"Trust me! kamu pasti bisa. Kita berenang ke arah pantai tapi dengan cara menyelam," ucap Alban sambil berusaha meyakinkan Zelda.

Gadis itu kini tengah menahan air matanya supaya tidak jatuh. Kepanikannya benar-benar membuat dirinya ingin menangis saat itu juga. Tapi ia sadar, bukan waktunya untuk menjadi gadis lemah. Seperti ucapan Alban, ia pasti dan harus bisa menyelam dengan Alban sampai ke sisi pantai.

Zelda mengangguk sebagai jawaban siap. Beberapa Drone semakin mendekat ke arah mereka.

"1..2...3..."




Bagaimana untuk part ini?

Ada yang sudah menunggu moment ini kah?

-Yes-

Psttt! Jangan terlalu berekspetasi!

Kalian tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya hohoho. (Ketawa jahat:O)

Ikuti terus kisah mereka.

Tinggalkan vote dan komen jika suka dengan ceritanya.

Follow juga Instagram @mwrldy

Terimakasih.

-

Salam Hangat, 🌹

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro