Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3-New Friend🔫

"Oh iya, siapa namamu?" tanya Zelda kepada perempuan itu.

"Namaku Nevva Claria," jawab perempuan itu sambil tersenyum kemudian mengulurkan tangannya.

"Aku Zelda Nixie, terimakasih sudah mengamankan koperku," ucap Zelda ramah.

"Sama-sama, bagaimana keadaanmu? By the way, bukan aku yang membawa kopermu, tadi aku kebetulan lewat dan di depan ada seorang laki-laki yang menyuruhku mengantarnya padamu, ya jadi aku kesini," terang Nevva.

"Laki-laki?" Zelda sempat keheranan namun pikirannya langsung tertuju pada laki-laki yang menggendongnya tadi.

"Kalau kamu sudah merasa baikan, kita pergi ke Bandara buat ngelanjutin perjalanan ke Vancouver."

"Oke, aku udah merasa baik ko. Ayo kita pergi."

-•-•-

Diperjalanan lanjutan menuju Vancouver

"Zelda, ada tujuan apa kamu ke Vancouver?" tanya Nevva saat di dalam pesawat.

"Mencari ayahku," jawabnya.
Kata 'mencari' membuat Nevva mengerti, artinya Zelda belum menemukan.

"Ayahmu tinggal disana?" kata Nevva.

"Maybe, menurut informasi terakhir si begitu Va," jawab Zelda. Informasi ini ia dapat dari jurnal lama almarhumah Ibunya yang sengaja diberikan kepadanya sebelum sang ibu tiada. Dalam buku itu terdapat sebuah peta kecil Negara Kanada dengan tanda bulat di area Vancouver.

"Eh ...." Nevva terkejut dengan sebutan ujung namanya, Zelda menyebutnya seakan-akan seperti orang yang sudah lama akrab.

"Maaf, apa kamu terganggu?" ucap Zelda sambil meringis.

"Enggak ko, justru aku merasa senang artinya kita bisa berteman, Zel," Nevva membalas dengan sebutan nama depan Zelda.

"Tentu saja, kamu asli orang sana ya?"

"Iya, nanti kamu tinggal di tempatku saja," tawar Nevva.

"Emang gak ngerepotin Va?" tanya Zelda.

"Ya engga lah, emang kamu udah tau alamat ayah kamu?"

"Belum," jawab Zelda

"Ya ampun, Vancouver kan luas Zel."

"Iya sih, aku juga mikirnya begitu, tapi mau gimanapun aku bakal berusaha," ucap Zelda, sebenarnya ia pun merasa bingung karena tidak ada petunjuk sama sekali tentang keberadaan ayahnya itu. Tapi Zelda tidak merasa pesimis karena ia yakin pasti akan ada jalan selama ia berusaha.

Saat Zelda hendak mengambil sesuatu di kopernya, ia menemukan sepucuk surat di dalam sana.

Lantas ia mengambilnya.

•••

Dear Nona,

Terimakasih telah membantu saya meloloskan diri dari penyerangan di pesawat.
Semoga kejadian kemarin cukup yang pertama dan terakhir anda alami.

Untuk pertanyaan saat itu, bisa Nona simpulkan sendiri.
no words until we meet again,

Forget me

•••

Kata terakhir yang cukup membuat alis Zelda bertaut.

'no words until we meet again, forget me'

Nevva yang melihat raut kebingungan diwajah Zelda lantas bertanya.
"Kamu baik-baik aja Zel?" kata Nevva yang membuat Zelda tersadar dari lamunannya.

"A-ah ya, everything it's okay," balasnya kemudian memasukan kembali surat itu kedalam koper biru mudanya.

-•-•-

Drrrttt

Sebuah notifikasi masuk ke dalam ponsel Alban.

ALT.G : Brankas aman?

Alban : Siap aman.


ALT.G : Kerja bagus
      : Posisi

Alban : Kereta bawah tanah.

ALT.G : Y


"Damn it!!" Alban mengumpat sambil memegang belakang kepalanya yang masih terasa pening bekas pukulan tongkat baseball saat di pesawat.

Kali ini ia sedang menaiki kereta bawah tanah untuk melanjutkan perjalanannya.

Saat Alban hendak membuka hoody nya tiba-tiba terdengar suara gemericik kecil seperti benda jatuh. Ia menengok kebawah dan menemukan sebuah kalung berwarna putih dengan liontin berbentuk butiran salju yang terlihat sangat manis di dekat kakinya.

"Gadis itu." gumamnya, mungkin saat ia menggendong gadis itu, kalungnya tersangkut di hoody Alban.

Keberuntungan bersamanya kali ini, sedikit banyaknya gadis itu sudah membantunya melarikan diri dari musuh.

Saat mengingat kejadian itu, tanpa sadar Alban membentuk sudut bibirnya terangkat ke atas. Hal yang sudah lama tak ia lakukan.

"Konyol sekali, ada saja gadis sepolos dia," ucapnya saat mengingat gadis itu menyesal belum minta maaf pada orang yang ia tembak di pesawat.
Seketika Alban sadar dan merubah kembali raut wajahnya menjadi datar.

Alban kembali memandang kalung itu, mungkinkah benda itu penting bagi gadis itu? Mungkinkah mereka akan bertemu lagi?.
Sudahlah yang penting sekarang benda itu aman di tangannya, pikir Alban.

Setelah sampai di stasiun terakhir, Alban langsung keluar dari sana. 2 orang berjas hitam sudah menunggu kedatangannya di seberang jalan.


Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian ya.

Salam Hangat 🌹

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro