Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

28-Apartement🔫

'Terlambat Zel, orangnya sudah disini. Dan kita sedang dalam bahaya. Gue harap lo segera kesini tolongin gue.'

"Iya Zel," jawab Nevva. Saat itu pula Zelda mematikan sambungan teleponnya.

"Oke pertanyaannya. Siapa Zelda? Apa tujuannya datang kemari? Latar belakang keluarganya dan ... Apa yang sedang ia cari?" Arpiar langsung melontarkan pertanyaan secara bertubi-tubi dengan nada mengintimidasi.

"Bukannya lo udah tau jawabannya pas hari itu," jawab Nevva.

Arpiar tertawa mendengarnya. "Hahaha, anda pikir saya orang bodoh, hmm? Mana mungkin saya bisa percaya begitu saja. Dari obrolan hari itu, mengingat gerak-gerik kalian saja saya tidak pernah langsung percaya," tandasnya, tidak ada tatapan damai, bahkan bahasa yang digunakan Arpiar berubah menjadi formal. "Jangan bermain-main denganku, jika kamu tidak jujur dalam waktu 30 detik mereka berdua akan mati!"

Orang suruhannya itu langsung mendekatkan pisau yang mereka pegang masing-masing pada leher Nada dan Bi Jehan.

"O-oke stop!" Nevva mengangkat tangannya.

'Zel, maafin gue ya. Gue terpaksa harus ngasih tau identitas lo demi keselamatan ade gue.'

Nevva menarik nafas dalam. "Zelda datang dari Toronto, tujuan dia kesini untuk mencari ayahnya, dimana kata mendiang ibunya, ayahnya pergi ke tempat ini dan meninggalkan mereka saat Zelda berusia 3 tahun. Nama ibunya adalah Adeeva Tifan Aurora kemudian ayah yang dicarinya bernama Jison Abelardo."

"Baik, saya lepaskan mereka dengan satu syarat. Jangan pernah beritahukan kejadian ini kepada siapapun. Baik Zelda maupun Alban, apalagi sampai kamu melapor ke polisi. Saya jamin kalian bertiga akan kehilangan nyawa!"

"I-iya oke gue janji gak bakalan cerita ke siapapun jadi gue mohon, sekarang lepaskan mereka."

Setelah itu mereka melepaskan Nada dan Bi Jehan. Kemudian pergi dari sana.

—•—•—

Alban dan Zelda mendatangi rumah Nevva. Nevva mencoba menutupi ekspresi ketegangannya agar bisa bersikap biasa di depan keduanya. Begitu pula dengan Bi Jehan serta Nada yang diperingatkan Nevva untuk tidak angkat bicara.

"Va, nggak ada hal yang aneh kan?" sambar Zelda yang baru saja datang.

"E-enggak Zel, emangnya ada apa sih?" Sedikit sulit untuk bersikap tidak mencurigakan.

"Ceritanya panjang, semalem Arpiar hampir melakukan hal yang nggak baik ke aku. Kamu tau? Ternyata dia orang yang nyerang dipesawat itu dan kelihatannya dia bakal ngincar aku, mangkanya aku tanya ke kamu takutnya dia malah nyelaka-in kamu juga," terang Zelda sambil menghembuskan nafasnya, "jadi, mulai hari ini kayaknya aku gak bakal tinggal disini lagi deh Va. Aku bakal pindah."

"Kemana?"

"Mungkin di apartemen aku," tutur Alban.

Nevva melirik ke arah Alban. "Kamu yakin Zelda aman disana?" Pertanyaan itu ditanggapi anggukan oleh Alban.

"Aku takut kalo misalnya aku disini nanti kamu malah kebawa-bawa Va."

'Udah Zel, gue harap lo bakal selalu baik-baik aja atas apa yang terjadi hari ini. Gue takut Arpiar nyusun rencana lebih buruk buat nangkep lo.'

"Yaudah, lo jaga diri baik-baik ya. Gue sayang sama lo Zel, gue pasti bakalan kangen. Begitupun dengan Nada, rumah ini jadi sepi lagi deh," ucap Nevva sedih.

"Makasih banyak ya Va, kamu udah selalu baik sama aku, direpotin terus, makasih juga udah mau jadi sahabat aku." Zelda menghampiri Nevva kemudian mereka berpelukan.

"Yo, santai aja Zel. Seandainya lo butuh bantuan gue. Gue selalu siap, jangan sungkan."

"Makasih banyak Va, kamu juga ya. Kalo seandainya butuh bantuan kasih tau aku. Kamu jaga diri juga, seandainya ada hal mencurigakan, tapi aku harap semoga aja enggak. Nanti kasih tau aku ya. Thank you so much for everything, aku gatau harus membalas semuanya dengan apa."

"Sip, gue nggak perlu apapun Zel asal lo baik-baik aja itu udah cukup."

Setelah itu, Zelda membereskan barang-barangnya di rumah Nevva, berpamitan kepada anak kecil yang sudah seperti adiknya sendiri serta pada Bi Jehan yang selalu membantunya.

"Salam buat orang tua kamu ya Va, bilangin makasih juga udah mengijinkan aku buat tinggal disini."

"Nanti gue sampaikan, semoga lo juga segera bertemu dengan papa lo ya Zel, hati-hati disana. Alban, jagain baik-baik. Awas lo kalo diapa-apain." Nevva mengacungkan tinjunya membuat mereka saling terkekeh.

—•—•—

Zelda dan Alban meneruskan perjalanan menuju Apartemen. Meninggakan rumah yang selama ini ia tempati, meninggalkan Nevva pula yang selama ini menjadi sahabatnya.

Zelda merasa aman bersama Alban, tak pernah sedikitpun ia merasa takut atau curiga pada Alban setelah apa yang diketahuinya. Ia pun tak tahu mengapa. Mungkin karena Zelda benar-benar percaya pada pria itu.

Sesampainya di apartemen Alban. Mereka berdua langsung memasuki tempat itu.

"Kita lihat dulu, kamu suka atau enggak sama tempat ini. Kalau kamu rasa kurang cocok. Kita cari tempat lain, di mansion ayahku mungkin," tutur Alban pada gadis itu.

"Maaf jadi merepotkan, dimana saja asalkan bisa ditinggali."

Mereka membenahi tempat itu, satu ruangan yang ia masuki saja sudah lebih dari cukup luasnya, dua atau tiga kali lebih besar dari apartemen-apartemen yang biasa ditemui.

Alban sempat menawari Zelda untuk tinggal di mansion ataupun villa pribadinya, namun Zelda menolak dengan lasannya jika di apartemen ia mungkin tidak terlalu kesepian karena bangunan yang ia tinggali toh tidak pribadi.

"Siapa saja yang tinggal disini?"

"Beberapa petinggi Altair Grup dengan keluarganya, apa kamu merasa nyaman disini?" Pertanyaan Alban ditanggapi anggukan serta senyum sumringah gadis itu.

"Nanti aku akan sering pulang kesini. Kamarku disebelah ruangan ini. Jika kamu kesepian saat siang hari, aku bisa menyuruh salah satu pelayan untuk tinggal disini."

"Tidak perlu, tidak apa aku sendiri saja. Sudah biasa. Terimakasih banyak Al," katanya sambil menatap pria itu.

Alban menghampiri gadis itu, memperdekat jarak diantara mereka. "Tidak perlu berterimakasih Zelda, semoga kamu bisa menyesuaikan ke-terjungkir-balikan duniamu." Alban memegang kedua bahu gadis itu. "Selamat datang di dunia gelap seorang Alban Rigel Putra, jaga dirimu baik-baik," kata Alban sambil menatap lekat manik cokelat gadis itu.

"Dunia gelap maksud-mu?"

Alban tidak langsung menjawab. Tapi ia malah menarik gadis itu kedalam dekapannya, Zelda yang ditarik secara tiba-tiba itu langsung merasakan jantungnya berdetak hebat.

Saat itu pula datang seseorang datang membuka pintu.

"Ups! Sorry menganggu," katanya. Itu adalah Andy.

Alban yang terkejut langsung melepaskan pelukannya, sedangkan Zelda. Dapat dipastikan mukanya pasti sedang mengalami blushing kali ini.

Alban menetralkan debaran jantungnya, serta kembali dengan mimik datarnya. Namun terlihat ia sedikit berdecak dengan kedatangan Andy yang mengagetkan itu.

"Masuk, ada apa?" dalih Alban dengan nada datarnya seperti biasa.

Setelah dipersilahkan masuk, Andy berjalan menghampiri keduanya. Alban merasakan sesuatu yang tidak biasa pada ekspresi sahabatnya itu, jika seperti ini biasanya ada hal serius yang memang akan diberitahukan padanya.

Zelda yang saat ini di samping Alban berjalan ke arah lain, mencoba menghindari mereka karena Zelda masih tahu diri apa yang akan dibicarakan mereka mungkin saja sebuah privasi. Tapi ia tidak benar-benar pergi dari sana, ia masih mengalihkan pandangan ke arah keduanya yang sedang berbincang. Meskipun ia tidak mendengar apa yang mereka bicarakan, namun ia melihat saat Andy berbicara Alban menunjukkan ekspresi keterkejutannya.

•••

Ini cast untuk Andy.


Tinggalkan jejak :)


Salam Hangat 🌹

👇 Klik simbol bintang...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro