Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

27-Back To Toronto🔫

Kini Zelda tengah berada di mansion Tn.Gerald. setelah kejadian tadi, Alban langsung membawa gadis itu kesini.

"Nona, minumlah, jangan menangis terus seperti ini," ucap salah satu pelayan wanita yang kini tengah menyodorkan sebuah nampan berisi makanan dan minuman.

"Iya Nona, makanlah. Nanti Tuan muda marah pada kami," kata pelayan satunya lagi.

Zelda masih terduduk di sebuah ranjang dengan tatapan kosong, dari tadi hingga saat ini gadis itu memang masih terus menangis dan tidak mau berbicara sedikitpun.

Cklek...

Pintu kamar terbuka, Alban langsung menghampiri gadis itu.

"Zel, apa yang Arpiar katakan padamu tadi?" tanya Alban pada Zelda yang ditanggapi gelengan serta air mata gadis itu.

Alban duduk disebelahnya. Mengelus bahu Zelda "Maaf, bukan memaksamu, tapi aku memang perlu tahu apa yang laki-laki brengsek itu katakan padamu. Apalagi sampai membuatmu seperti ini." Nadanya lembut, berusaha menenangkan.

"Dia orang yang dipesawat itu." Suara Zelda terdengar serak.

"Jadi kamu sudah tahu ... Apa ada hal lain?"

"Aku mau pulang saja, pulang ke Toronto. Kota ini mengerikan."

"No, kamu harus tetap disini. Kalau kamu pergi, pasti mereka bakal nyari kamu juga. Untuk sekarang kalau perlu kamu tinggal di apartemenku, nggak usah lagi kamu tinggal di tempat Nevva, jikalau kamu tetap disana, bukan hanya kamu yang dalam bahaya. Tapi Nevva juga." Kata-kata Alban membuat gadis itu semakin dirundung pilu.

Zelda menggeleng kuat, "Enggak Al, aku mau pulang aja ke Toronto."

Zelda tidak pernah mengalami kejadian buruk seperti ini. Di kotanya, Zelda menjalani kehidupan layaknya manusia normal, tanpa ketakutan, tanpa kekhawatiran. Namun kali ini, kejadian yang ia alami disini sungguh mengejutkan.

Vancouver bagai ancaman baginya.

"Zelda, tolong jangan egois kali ini. Ini untuk keselamatan kamu juga. Kamu yang memilih jalan ini maka kamu harus menghadapi resikonya," tegas Alban pada gadis itu. "Maaf."

"Aku ingin pulang, sungguh," pintanya pada Alban sambil menangis dan mengguncangkan lengan lelaki itu.

"Pulang ke tempatku, saat ini hanya itu jalan keluar yang paling aman."

"Kalau sekarang aku ikut kamu, kamu yakin Nevva sama Nada akan baik-baik aja disana? Sedangkan Arpiar sering kesana. Aku takut sesuatu terjadi sama mereka." Tak bisa dipungkiri, kekhawatiran Zelda amat besar saat memikirkan sahabatnya itu. Ia takut Arpiar berbuat jahat kepada mereka.

"Besok kita kesana, malam ini kamu tidur disini saja. Masih ada urusan yang belum aku selesaikan."

Zelda menurutinya. Mungkin benar untuk saat ini lebih baik ia disini, tempat yang pasti aman. Lagipula sudah larut malam, ia akan menemui Nevva esok hari.
Namun, ada satu hal yang masih mengganggu pikirannya, yaitu tentang ucapan Arpiar mengenai kematian ayahnya. Atas alasan apa Tn.Gerald membunuh ayahnya dan mengapa Arpiar se-dendam itu pada Altair Grup. Mungkin ia harus mencari informasi tentang bagian ini.

Diluar masalah Brankas rahasia yang coba direbut Arpiar saat itu.

-•-•-

Vancouver, 20th
07.15 AM

"Bi Zelda semalem gak pulang ya?" tanya Nevva pada Bi Jehan.

"Engga Non." Pembantunya itu menyahut sambil membereskan beberapa alat menggambar yang berserakan bekas Nada.

"Huft, nginep dimana ya itu anak."

Tiba-tiba saja seseorang membunyikan bel rumahnya, lantas Bi Jehan langsung menuju ke arah pintu.

"Mungkin itu Non Zelda, tapi kok pakai tekan bel segala ya."

Saat pintu terbuka menampilkan pria jangkung yang Nevva kenal, itu adalah Arpiar.
Namun, pria itu tidak sendiri. Ia bersama 4 orang berpakaian rapi di belakangnya yang membuat Nevva kebingungan.

"Selamat pagi, Nevva Claria. Bisa kita bicara sebentar," ucap Arpiar sambil menaikan salah satu alisnya.

"Kamu cari Zelda ya Ar? Dia lagi nggak ada di rumah."

"No, aku kesini nyari kamu. Sebelumnya boleh aku dan orang-orang ini masuk?" tanya Arpiar sambil menunjuk orang-orang dibelakangnya.

"Ah, ya silahkan masuk, Bi Jehan tolong buatkan minum ya." Nevva mengarahkan tamunya itu ke arah sofa.

Saat ini Arpiar dan anak buahnya sudah berada di ruang tamu Nevva. Sebenarnya Nevva sedikit was-was kali ini karena saat mereka masuk orang terakhir menutup pintu rumahnya.

Nada adiknya, datang menghampiri Nevva. Namun sebelum sampai pada kakaknya, Arpiar memberikan kode pada anak buahnya untuk menahan anak itu.

Grep

"Kyaaaaa!!!" Nada berteriak karena ditarik oleh salah satu dari mereka. Nevva yang melihat itu hendak berdiri dan menghampiri Adiknya namun tertahan oleh benda panjang berkilau yang kini diarahkan pada adiknya.

"Stop!" dalih Arpiar.

"M-mau apa kamu?"

"Kakak ..." Anak kecil itu memanggil kakaknya sambil menangis.

"Tenang ya Nak, kamu jangan memberontak sayang. Percaya sama kakak," ucap Nevva pada adiknya mencoba menenangkan.

Bi Jehan yang datang dari arah dapur langsung menjatuhkan gelas bawaannya lantaran terkejut. Lalu salah satu anak buah Arpiar langsung menyandera Bi Jehan juga.

Apa-apaan ini? Apakah Arpiar akan merampok rumahnya.

"Beri tahu semua informasi tentang Zelda, semuanya tanpa ada yang terlewat!" Siapapun yang mendengar nada Arpiar kali ini pasti bergidik ngeri, benar-benar nada yang mengintimidasi.

Tiba-tiba saja handphone Nevva berdering, menampilkan nama Zelda disana.

"Angkat teleponnya, jawab seperti biasa. Jangan bicara apapun tentang hal yang sedang terjadi kali ini atau nyawa adikmu taruhannya!" ancam Arpiar pada Nevva yang langsung diturutinya.

"H-hallo ..."

"Va, kamu gak apa-apa kan?" tanya Zelda diseberang sana yang membuat Nevva meneguk air liurnya. "Aku bentar kesana, kalau misalnya ada orang-orang aneh ataupun Arpiar datang ke rumah. Jangan dibuka oke! Jangan disuruh masuk. Kalo perlu minta bantuan satpam komplek buat jaga-jaga. Nanti aku ceritain kejadiannya. Intinya stay safe ya kamu disana." Zelda berbicara panjang lebar. Nevva hanya bisa berbicara dalam hati.

'Terlambat Zel, orangnya sudah disini dan kita sedang dalam bahaya. Gue harap lo segera kesini tolongin gue.'

__________


/Jangan lupa tinggalkan jejak/


Salam Hangat, 🌹

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro