IV
PART 4
" Bodoh." Itulah ucapan pertama yang keluar dari bibir Geo setelah Zya memberikan penawaran yang sebenarnya sempat membuat Geo tersentak namun dengan handal segera ia sembunyikan.
" Apa?" tanya Zya bingung.
" Lo bodoh, secara gak langsung lo mengakui kalau sebenarnya lo lah dalang di balik kematian-kematian yang tragis ini." jelas Geo menatap Zya dengan tajam.
Zya yang ditatap seperti itu hanya memberikan senyum sinis dan membalas menatap Geo dengan tajam, untuk kali ini Zya bisa berbangga hati karna dia mempunyai kemiripan dengan lelaki yang selama ini menjadi obsesinya, sama-sama mempunyai mata yang sangat tajam dan mengintimidasi.
" Lo jangan mengkambing hitamkan gue atas kesalahan yang lo perbuat." elak Zya santai tanpa merasa terpojok sekalipun.
" Cih, gue lagi ngomong cowok sakit ternyata." decak Geo kembali menatap ke depan.
" Selain wajah lo yang hancur ternyata kepribadian lo juga hancur." maki Geo tanpa memberikan waktu Zya membalas ucapannya.
" Mati aja lo sono." Geo bangkit dari duduknya lalu berjalan meninggalkan Zya yang diam terpaku di tempatnya.
" Ge, lo udah menyakiti hati gue." bisik Zya tersenyum kecil seraya memegang dadanya.
Tak ada ekspresi sakit hati dari raut wajah Zya bahkan senyuman menyeramkan masih terpampang di wajahnya itu.
" Tapi itu buat gue semakin penasaran, sangat penasaran." kata Zya menatap tubuh Geo yang semakin menjauh dengan tatapan nyalang.
" Emang lo kira lo bisa ngalahin gue?" desis Zya mengambil pisau kesayangannya dan di putar-putar di depan wajahnya.
-------------------------------------------------
" Apa yang harus gue lakuin? Apa gue lapor polisi aja? Tapi gue gak punya bukti otentik kalau Zya itu pelaku pembunuhan yang selama ini udah menewaskan banyak orang." Hailey berjalan bolak-balik di dalam Kamarnya. Setelah tidak sengaja mendengar percakapan Zya dan Geo tadi, Hailey langsung pulang ke Rumah dengan cepat padahal masih ada kelas yang harus ia ikuti bahkan mobil miliknya ia tinggal di Kampus karna terlalu panik.
" Val, gue harus apa?" tanya Hailey pada bingkai foto yang menampilkan sosok Hailey dan Val yang sedang tersenyum manis di depan kamera.
Hailey sudah bersahabat dengan Val sejak sekolah menengah atas sampai saat ini, Hailey sudah menganggap Val sebagai saudaranya. Val selalu membantu Hailey jika dirinya sedang membutuhkan pertolongan tanpa dipinta sekalipun namun naas saat Val membutuhkan pertolongan Hailey, ia malah tak ada disamping Val untuk menolong Val lepas dari kematian yang sudah direncanakan oleh Zya.
" Apa jangan-jangan kematian Val ada hubungannya dengan Geo? Trus tadi sejak kapan Geo dan Zya deket kaya gitu apalagi sampai terlibat pembicaraan tentang bunuh membunuh." selidik Hailey.
" Lo tenang aja Val gue akan berusaha memecahkan misteri ini." tutur Hailey kembali pada bingkai foto tersebut.
---------------------------------------------
Malam ini Zya kembali melancarkan rencananya untuk menewaskan salah satu wanita yang sudah dengan berani menyentuh bahkan berbicara akrab dengan lelaki pujaannya. Untuk kali ini target Zya bukanlah gadis remaja muda yang berparas cantik dan sexy melainkan wanita paruh baya yang terlihat masih cantik dengan badan layaknya model.
Tadi siang Zya menguntit Geo seperti biasa, dan Zya melihat Geo terlibat pembicaraan yang terlihat sangat akrab terhadap wanita paruh baya tersebut bahkan wanita itu dengan berani memeluk Geo yang dibalas pelukan erat oleh Geo.
Bahkan Zya merasa cemburu terhadap paras wanita yang lebih tua beberapa puluh tahun dari dirinya dan Zya tahu apa yang harus segera ia perbuat pada wanita itu, wanita yang tidak dikenali oleh Zya namun sudah memancing kematian yang sebentar lagi akan menjemputnya.
" Gue akan jemput lo untuk terbang ke awan-awan, berterima kasihlah." bisiknya dengan suara parau yang membuat suara itu menakutkan di tengah malam hari seperti ini.
Zya sudah berada di depan gedung tempat wanita itu berada, gedung yang ia ketahui adalah gedung Entertainment. Seperti dugaan sebelumnya kalau wanita itu adalah seorang Entertainer , terlihat dari bentuk badannya yang sangat bagus untuk ukuran wanita lanjut usia seperti wanita itu dan juga wajahnya yang cantik dan terlihat awet muda.
Tak lama kemudian wanita yang ditunggu Zya akhirnya keluar dari gedung itu, wanita itu berjalan menuju mobil miliknya dan Zya pun berjalan santai menghampirinya dengan bersiul-siul.
Saat wanita itu sedang memasukan kunci ke lobang kunci mobilnya, Zya menarik tangan tersebut sehingga kunci mobil itu jatuh tergeletak di atas aspal.
" Siapa kamu?" teriak wanita itu, ia kaget akan kedatangan seseorang yang tiba-tiba sudah ada di belakangnya, apalagi Zya yang tidak memperlihatkan wajahnya karna tertutup kupluk hoddie berwarna hitam. Untuk kali ini Zya memakai Hoddie hitam yang biasa ia pakai untuk melancarkan misi pembunuhan dan sebuah masker yang menutupi wajahnya. Bagaimana pun juga lokasi Zya membunuh saat ini sangatlah rawan, ini tempat umum walaupun sudah jam sebelas malam.
" Aku malaikat." jawab Zya mengedipkan matanya.
" Ngapain kamu disini? Awas saya mau pulang." usir Wanita tersebut ketika Zya menghalangi jalannya dengan mempepetkan tubuh wanita tersebut ke samping mobilnya.
" Aku kan udah bilang kalau aku ini malaikat, dan tugasnya aku sebagai malaikat adalah mencabut nyawa kamu." bisik Zya tepat di kuping wanita tersebut membuat wanita tersebut merinding takut.
" Oh ya, sebelum saya cabut saya mau kasih ini dulu buat Nyonya." Zya mengambil bunga mawar merah dengan kelopak penuh dengan cairan merah yang sangat amis dari belakang tubuhnya.
" Nih." Zya memberikan bunga itu ke tangan wanita tersebut dan dia tekan membuat tangan wanita di depannya meringis sakit karna duri bunga tersebut tertancap di telapak tangannya.
" Ssssh, sakit." rintih Wanita tersebut melihat darah semakin keluar karna tekanan ditangannya semakin menguat.
" No.. No.. kalau dikasih bunga itu bilang makasih bukan bilang sakit." jelas Zya.
" Lagian kaya gini aja udah sakit, ah cemen." Zya melepaskan tekanan tangannya membuat wanita tersebut mendesah lega.
" Sekarang waktunya, sudah cukup saya main-main dengan kamu." Zya mengambil pisau yang ada disaku belakangnya dan diacungkan tepat di wajah wanita tersebut membuat wanita tersebut semakin ketakutan dan menangis kencang.
" Apa salah saya?" tanya wanita tersebut terisak.
" Salah kamu adalah karna sudah dengan berani-beraninya menyentuh milik saya." desis Zya menancapkan pisau tersebut ke telapak wanita yang sudah berdarah karna duri bunga mawar merah.
Suara kesakitan membuat Zya semakin semangat menusuk-nusukan pisau itu ke seluruh tubuh wanita didepannya yang bisa ia jangkau, saat sudah merasa targetnya melemah Zya mengelus dada wanita tersebut tepat di Jantung lalu berbisik pelan.
" Selamat tinggal."
Pisau yang sudah berlumuran darah menancap indah tepat di jantung wanita tersebut, mata wanita tersebut melotot merasakan sakit yang luar biasa dari seluruh tubuhnya dan tak lama kemudian tubuh yang buat Zya iri tersebut meluruh jatuh tak bernyawa.
" Siapa suruh punya badan bagus, huh bikin iri." ucap Zya menunduk dan menarik kembali pisau tersebut, darah memuncrat saat Zya menarik pisau itu.
" Bye." Zya melambaikan tangannya seraya tersenyum manis pada mayat tak berdosa itu.
" APA YANG LO LAKUIN KE NYOKAP GUE?" maki seseorang dibelakang Zya , membuat Zya tersentak kaget namun hanya beberapa detik karna dia berhasil menguasai dirinya menjadi kembali tenang. Zya membalikan badannya dan melihat lelaki obsesinya berdiri tepat dibelakangnya dengan dada narik turun dan keringat menetes dengan deras.
Dalam keadaan seperti ini pun Zya masih sempat terpesona akan ketampanan dan kesexyan Geo.
" JAWAB GUE." sentak Geo.
" Nyokap?" tanya Zya heran.
" Nyokap gue yang baru aja lo abisin nyawanya." balas Geo dengan suara dalam.
" Oh itu nyokap lo? Yah gue gak tau, lo sih ga ngenalin." elak Zya masih terlihat santai, tak terlihat raut kaget atau menyesal dari wajah Zya, membuat Geo semakin termakan emosi. Tak menunggu lama Geo menghampiri Zya dan menarik tangan Zya untuk mengikuti langkahnya dengan cepat sampai pisau yang ada ditangan Zya terjatuh ke atas tanah.
" JADI BENER KALAU ELO YANG SELAMA INI UDAH BUNUH ORANG-ORANG TERDEKAT GUE?" teriak Geo saat sudah berada di dalam ruangan kosong yang ada di dalam Gedung ini. Saat sudah sampai di dalam Geo menghempaskan tubuh Zya dengan kasar membuat tubuh Zya terjatuh ke atas lantai.
" Iya." jawab Zya.
" KENAPA?"
" Apanya kenapa?"
" KENAPA LO BUNUH MEREKA? TERLEBIH LO TELAH BUNUH KEDUA WANITA YANG GUE CINTA, KEDUA WANITA YANG SANGAT BERARTI BAGI GUE." bentak Geo.
" Karna itu, karna mereka dengan beruntungnya mendapatkan cinta lo, mereka bebas mendekati lo, tapi gue? BAHKAN GUE GAK BOLEH BERIRINGAN JALAN SAMA LO KARNA LO SELALU MELIHAT JIJIK KE GUE." jelas Zya yang diakhiri dengan bentakan.
" Karna lo emang menjijikan." Geo berdesis.
Zya yang tadi terlihat ingin menangis memaksa air matanya kembali masuk setelah mendengar ucapan Geo yang menyakitkan, ekspresi datar terpampang di wajah Zya.
" Lo bilang apa?" tanya Zya.
" LO MEN JI JI KA N." Geo kembali berteriak seraya mengeja kata menjijikan.
" Kalau gue gak bisa memiliki lo, itu artinya gak ada yang boleh memiliki lo."
" Lo mau apa?"
" Gue akan bunuh lo dengan tangan gue sendiri." Zya meraba kantung celananya mencari pisau yang biasanya ia simpan disana.
" Lo mau bunuh gue pake apa hah? Pisau lo kan jatoh di luar." ledek Geo tersenyum remeh membuat Zya melirik kanan-kiri mencari jalan keluar.
" Gue yang akan bunuh lo buat membalas kesakitan Val dan Mama gue." Geo menghampiri Zya yang masih terduduk gelisah dan menarik rambut Zya yang sudah tidak terlindungi kupluk hoddienya, Zya diseret dengan tarikan rambut dan dibawa ke depan tembok kokoh disudut kiri. Kepala Zya dibentur-benturkan ke tembok itu dengan kencang berkali-kali membuat tembok putih tersebut berubah warna menjadi merah.
Ditariknya kembali rambut Zya dan dibawanya wajah itu ke hadapan Geo.
" Sakit gak?" tanya Geo meludahi wajah Zya.
Geo mengambil pisau lipat yang ia simpan di kantung jaket yang ia pakai lalu ia tancapkan pisau tersebut ke perut Zya.
" Gue mau pelan-pelan aja ah bunuh lo, biar lo ngerasain dulu yang namanya kesakitan sebelum ajal menjemput." bisik Geo tersenyum senang, senyuman yang dulu membuat Zya jatuh hati untuk pertama kalinya pada Geo.
" Lo ganteng kalo senyum." tutur Zya dengan suara pelan, walau bibirnya sudah pecah namun Zya tetap memberikan senyuman pada Geo.
" Yaiyalah gue ganteng emang elo jelek." timpal Geo mengukir kata-kata di lengan Zya dengan pisau lipat tersebut.
SI BURUK RUPA.
Kata-kata yang lumayan panjang di ukir Geo pada lengan Zya namun anehnya Zya sama sekali tidak meringis kesakitan sejak tadi.
" Namanya juga orang gila." batin Geo.
" Okeh sekarang waktunya." Geo berdiri dan mengambil satu botol besar air yang entah isinya air apa.
" Silakan berteriak kesakitan sambil menunggu kematian lo sendiri." ucap Geo lalu menyiram air dalam botol tersebut ke seluruh tubuh Zya yang hanya di balut pakaian dalam, tadi Geo membuka semua pakaian Zya dan menggaris-gariskan pisau tersebut ke seluruh tubuh Zya membuat seluruh tubuh Zya penuh dengan sayatan.
" AAHHHHHH GEO AHHH." rintih Zya merasa sakit pada seluruh tubuhnya, mungkin perihnya luka disiram air asam sudah ia rasakan.
Yaps! Air dalam botol tersebut mengandung air asam yang entah dari mana Geo dapatkan.
Geo tersenyum sinis mendengar rintihan demi rintihan Zya sarat kesakitan, Geo meninggalkan Zya dengan tersenyum yang sangat puas.
Dibalik senyumannya ada kesedihan yang mendalam meningat bahwa kedua wanita yang sangat ia jaga telah pergi meninggalkannya.
Tadi dia kesini ingin memberikan kejutan pada Mamanya utuk merayakan pertambahan umur Mamanya tepat pada esok hari, namun yang Geo dapatkan adalah tubuh Mamanya yang sudah tidak berdaya dengan naasnya. Lagi-lagi Geo tidak bisa melindungi dan menyelamatkan orang yang ia sayang, setelah melihat Mamanya tergeletak Geo langsung berlari masuk ke dalam mobilnya lalu mengambil pisau lipat untuk segera membunuh Zya, air asam yang ia ambil itu berasal dari luar gedung.
" Ya Tuhan." Hailey menutup mulutnya setelah melihat apa yang ia lihat di depan matanya. Memang sejak tadi Hailey menyaksikan apa yang diperbuat Zya mulai dari Zya membunuh Mama dari Geo sampai Geo membunuh Zya, oh tidak—sepertinya Zya belum terbunuh karna suara teriakannya masih terdengar oleh Hailey yang sudah ada di Lobby gedung. Lemas itulah yang Hailey rasakan, dia baru pertama kali melihat adegan pembunuhan yang sadis di depan matanya sendiri.
" Who be the next?" tanya Hailey berbisik.
" You are next." Suara balasan yang sangat dalam terdengar dari arah belakang Hailey, dengan takut Hailey melihat siapa yang ada dibelakangnya walau Hailey sebenarnya sudah tahu suara siapakah itu.
Saat sudah berbalik Hailey melihat Geo yang tersenyum sinis menatapnya dengan tangan yang masih memegangi pisau lipat penuh darah.
" AAAAAAAAAA."
- TAMAT -
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro