3.0 : Yokohama Rap Battle
"Tugas baru?"
Wajah Rain mencerah saat mendapat video call dari Ichijiku. Sementara Ichijiku sendiri hanya bisa menggeleng menyadari perubahan raut wajah Rain.
"Aku sudah dengar laporan dari manajermu, kakimu sudah sembuh, kan?"
Rain mengangguk mantap.
"Benar, jadi-"
"Tapi sisa libur tiga bulanmu tidak akan aku ganggu," jelas Ichijiku, "setelah tugas ini kau mau libur tiga bulan pun tidak masalah bagiku."
Rain terdiam, sebelum akhirnya mengangguk kecil.
"Baiklah."
"Aku memberimu tugas karena kudengar dari manajermu kau membawa laptop, berkas dan seragam Chuo-ku milikmu di dalam tas 'liburan'. Apa itu benar?"
Rain berkedip beberapa kali, lalu membuang pandangannya dengan canggung.
"Um ...."
"Dari reaksimu aku sudah tahu jawabannya."
"M-maafkan aku," gumam Rain menunduk, tampak merasa bersalah.
"Tidak apa-apa, lagi pula berkat itu kau bisa langsung bekerja jika ada urusan mendadak."
"B-begitu ya? Lalu, tugas apa yang harus kulakukan, Ichijiku-san?"
Ichijiku yang terlihat sedang berada di kantornya itu pun mengambil lembaran kertas yang ada di atas mejanya, kemudian tampak menulis sesuatu di sana.
"Seperti biasa, masalah administrasi Chuo-ku mengenai grup yang mendaftar dan grup yang lolos sampai battle rap untuk perwakilan divisi aku serahkan padamu."
"Oh oke," jawab Rain mengangguk, mulai mencari kertas untuk mencatat tugasnya.
"Dan tugas pengawasan."
Namun gerakannya terhenti saat mendengar lanjutan Ichijiku. Rain perlahan menoleh ke arah Ichijiku, kemudian memiringkan kepalanya.
"Tugas pengawasan?"
"Ya, ini tugas pertamamu selain urusan administrasi, benar?"
Rain mengangguk kecil, namun terlukis ekspresi ragu di wajahnya.
"Um, apa tidak apa-apa memberiku tugas lapangan?"
Ichijiku menyeringai, lalu mendengus geli.
"Aku tidak akan memberimu tugas ini jika aku ragu, Rain."
"B-begitu ya?" tanya Rain menggaruk pipinya.
"Kau kuberi tugas mengawasi rap battle di Divisi Yokohama, oke?"
"Eh?" Rain berkedip beberapa kali, "Divisi Yokohama, Ichijiku-san?"
"Aku tidak gagap saat mengatakannya, Rain."
"Um, apa Ichijiku-san memilih Yokohama karena aku sedang berada di Yokohama?"
"Benar."
Seperti yang Rain jelaskan, kini dia sedang berada di Yokohama. Setelah liburan (mendadak) di Osaka, Rain kembali lagi ke Yokohama.
"Sepertinya kau sangat menyukai Yokohama, hm?"
"Eh, kenapa Ichijiku-san berpikiran seperti itu?" tanya Rain sedikit kaget, dan sedikit panik.
Ichijiku menggeleng, kemudian menopang dagunya dan mendengus geli.
"Kau sudah mengunjungi Yokohama, yang merupakan tujuan pertamamu. Sekarang kau kembali lagi ke sana, dari semua divisi yang ada, beberapa dari divisi ini bahkan ada yang belum kau kunjungi sama sekali. Apa ada alasan khusus kembali ke Yokohama?"
Rain terdiam sejenak, sebelum akhirnya mengangguk kecil, membuat Ichijiku mengangkat kedua alis, mulai penasaran.
"Oh?"
"Karena Yokohama adalah divisi pertama yang kukunjungi, selain Chuo-ku. Jadi ini tempat pertamaku beradaptasi."
Ichijiku menyeringai, lalu menopang dagu dengan sebelah tangannya.
"Begitu, ya?"
Rain tidak menyahuti ucapan Ichijiku. Tangannya mengepal sejenak sebelum akhirnya Rain membuka mulutnya.
"Ichijiku-san, apa kau-"
"-yakin memberimu tugas lapangan?"
Ichijiku menghela napas. Rain tampak menjadi canggung sendiri.
"Berhenti bertanya padaku, harusnya kau tanya pada dirimu sendiri. Apa kau yakin menerima tugas lapangan? Kau bisa menolak, asal kau tahu dan aku tidak akan marah."
Rain melirik ke nakas yang berada di sebelah kasurnya, menatap hypnosis mic miliknya.
"Selama aku tidak menggunakan hypnosis mic ...," Rain bergumam sambil menutup matanya.
"Nama tugasnya itu tugas pengawasan, bukan penyerangan, jadi bisa kujamin kau tidak akan menggunakan hypnosis mic milikmu, Rain."
"Aku juga tidak berencana untuk menggunakannya, Ichijiku-san," sahut Rain.
"Iya-iya, aku mengandalkanmu, Rain."
Rain mengangguk singkat, kemudian video call dari Ichijiku berakhir, menampilkan layar desktop laptop Rain. Iris Rain melirik ke jam yang ada di kamar hotelnya, menunjukkan pukul 8 malam.
'Masih terlalu awal untuk tidur, lebih baik melihat-lihat tugas yang diberikan sebelum aku mengerjakannya,' pikir Rain membuka surel miliknya, mencari tugas yang Ichijiku kirim.
Namun gerakan Rain terhenti saat membaca surel yang dia terima.
"Huh?"
Orang-orang yang dia temui saat liburan, semuanya ikut dalam battle rap.
"Ah, bahkan mereka bertiga ikut," sahut Rain membaca daftar dari Yokohama-melihat nama Samatoki, Jyuto, dan Rio yang terdaftar sebagai Mad Trigger Crew.
'Aku tidak boleh menemui mereka saat memakai seragamku,' pikir Rain, 'walaupun aku tidak yakin 100% mereka membenci Chuo-ku atau tidak. Setidaknya tidak untuk Jinguji-sensei.'
"Padahal aku datang kemari ingin memastikan sesuatu. Apa setelah battle rap saja-oh."
Seolah teringat sesuatu, Rain kemudian meraih ponselnya untuk menghubungi Ichijiku.
[][][]
"Apa yang kau lakukan di sini?"
Rain menoleh ke belakang saat mendengar suara yang dia kenali, dan melihat Samatoki bersama dua rekannya.
"Melihat battle rap, apa lagi?" tanya Rain kembali.
"Hee," Samatoki kemudian menyeringai, "kalau begitu selamat melihat kami menang."
Rain berkedip beberapa kali, lalu memasang ekspresi (pura-pura) terkejut.
"Oh, kalian ikut battle rap?" tanya Rain menepuk tangannya lalu tersenyum manis, "kalau begitu aku akan semangat mendukung kalian."
Iris Samatoki melebar untuk sejenak, sebelum akhirnya mendengus geli.
"Bahkan tanpa dukungan darimu, kami bisa menang."
Sebelah mata Rain berkedut, namun dia memilih untuk tersenyum walaupun terpaksa.
"Begitu ya?"
"Abaikan saja ucapan ketua kami, Miss Eastaugffe. Terima kasih sudah mau mendukung tim kami."
"Oh, Iruma-san," sapa Rain mengangguk menatap Jyuto, "dan Busujima-san," lalu pada Riou.
Kedua laki-laki itu mengangguk membalas sapaan Rain. Samatoki yang melihat interaksi singkat mereka kembali mendengus, menarik perhatian Rain.
"Bukannya kau takut laki-laki?"
"Ya, aku memang takut laki-laki," jawab Rain, "tapi jika dalam keramaian ini, aku rasa takutku tidak sekuat saat berada satu ruangan dengan laki-laki."
"Hee."
"Sekali lagi, aku mendukung tim kalian agar lolos dalam battle rap."
Setelah itu mereka bertiga pergi menuju belakang panggung. Setelah ketiga laki-laki itu hilang dari pandangan, Rain menghela napas lega.
'Beruntung aku mendapat izin dari Ichijiku-san untuk tidak mengenakan seragamku.'
:: :: ::
:: :: ::
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro