2.1 : Nice to Meet You, Sir
"Ah, um—namaku Rain Victoria Eastaugffe."
Laki-laki itu—Samatoki—mengangkat sebelah alisnya saat mendengar namanya, dan Rain sendiri langsung membuang pandangan dengan panik.
"Kau bisa memanggilku Rain."
"Onna saja sudah cukup bagiku. Sekarang, apa yang kau ingat terakhir kali?"
Rain hendak marah saat mendengar ucapan pertama Samatoki, namun memilih untuk diam lalu berpikir sejenak, mencoba menggali ingatan terbarunya.
"Aku jatuh dari pelabuhan, ke laut?" jawab Rain sedikit ragu.
"Jadi setelah kau jatuh, aku melompat untuk menyelamatkanmu," jelas Samatoki, "lalu aku mencari hotel terdekat dan di sinilah kita sekarang."
Rain berkedip beberapa kali, kemudian mengangguk mengerti.
'Jadi dia menyelamatkanku?'
Seolah tersadar sesuatu, Rain kemudian menatap Samatoki dengan takut-takut.
"Um, lalu mengenai pakaian?"
"Staf hotel yang menggantinya, jadi jangan takut begitu," jawab Samatoki, "lagi pula ini semua tidak akan terjadi jika kau tidak keras kepala."
"Itu karena aku—" Rain menghentikan ucapannya saat menyadari sesuatu yang mengganjal sejak tadi.
Dia tidak merasa takut saat bersama Samatoki.
'Padahal jarak kami berdua sangat dekat,' pikir Rain menatap Samatoki yang duduk di kasur, bersebelahan dengan lututnya.
"Karena kau apa?" tanya Samatoki menunggu jawaban Rain.
Rain tersadar kemudian membuang pandangannya.
"Aku tidak ingin menyusahkan siapa pun."
"Dan lihatlah kondisimu sekarang."
"Hei, itu juga karena kau sendiri kukuh untuk membantuku!" protes Rain.
"Apa kau tidak dengar penjelasanku tadi? Berbahaya jika kau pergi sendiri, ini Yokohama. Lagi pula apa yang kau lakukan malam-malam di pelabuhan? Apalagi dengan kondisi seperti itu," sahut Samatoki.
"Aku baru sampai di sini, aku mampir ke pelabuhan sejenak sebelum check in."
"Begitu?" sahut Samatoki berdiri, "memangnya apa yang kau lakukan di sini? Memangnya kau dari divisi mana sampai datang ke sini begitu larut?"
Rain mengerutkan alisnya, "aku tidak punya kewajiban untuk menjawab itu."
"Tapi setidaknya aku punya hak untuk tahu, benar? Setelah menyelamatkanmu, maksudku."
'Benar juga,' pikir Rain.
"Aku datang karena cuti dari pekerjaanku," jawab Rain menutup matanya, "dari Chu—ehem, dari model maksudku."
Samatoki mengangkat sebelah alisnya sambil menatap Rain.
Apa dia hendak menyebut Chuo-ku? Apa Samatoki saja yang salah menduga?
'Aku memang dilindungi pemerintah,' pikir Rain berdehem—menghindari kontak mata dengan Samatoki, 'tapi mengetahui masalah negara ini sendiri, kurasa menyebut aku berasal dari Chuo-ku cukup berbahaya.'
Beruntung saat Rain kemari dia sudah tidak memakai seragamnya, yang dengan jelas memiliki badge Chuo-ku.
"Apa karena kakimu?"
Rain mengangguk kecil, membuat Samatoki bergumam panjang.
"Oh, ngomong-ngomong masalah kakimu, aku sudah memanggil dokter untuk memeriksakan keadaan kakimu."
Iris Rain melebar, dan dengan cepat menoleh ke arah Samatoki.
"Eh, kenapa?"
"Kenapa?" Samatoki balik bertanya, "bukannya sudah jelas? Kau habis jatuh ke laut, entah apa yang terjadi pada kakimu saat itu."
"Tapi kau tidak perlu repot-repot—"
"Kau sudah merepotkanku sejak kau bersikeras menolak tawaranku, kenapa berhenti sekarang?" tanya Samatoki memotong ucapan Rain.
Rain terdiam, sebelum akhirnya menghela napas panjang.
"Baiklah."
[][][]
"Mana dokternya, Jyuto?"
"Aku pikir terjadi sesuatu saat kau memanggilku untuk membawa dokter untuk pasien perempuan yang kakinya sedang patah ke hotel ini, jadi aku ikut tapi apa ini?"
"Aku tanya di mana dokternya, Jyuto."
Jyuto hanya menghela napas, kemudian melihat ke belakang Samatoki, melihat seorang perempuan sedang bersembunyi di belakangnya.
Siapa lagi kalau bukan Rain?
"Dia ada di lobi bersama Riou, aku akan memanggilnya kemari setelah kau menjawab pertanyaanku," ucap Jyuto, "apa maksud semua ini?"
"Aku melihatnya di pelabuhan dan berencana menolongnya karena kulihat kakinya patah, tapi perempuan ini bersikeras tidak mau ditolong—akhirnya dia jatuh dan aku menolongnya."
"Lalu apa itu?" tanya Jyuto menunjuk Rain yang bersembunyi—membuat sang perempuan tersentak kaget dan semakin menyembunyikan dirinya di balik Samatoki.
"Aku juga tidak tahu, detik kau masuk ke ruangan perempuan ini langsung menarikku dan seperti yang kau lihat sekarang."
'Aneh, aku tidak merasa takut dengan Aohitsugi Samatoki,' pikir Rain mengintip untuk melihat laki-laki berkacamata yang ada di depannya, 'tapi rasa takutku kembali muncul pada saat laki-laki lain masuk.'
Tangan Rain yang bebas kemudian meremas bajunya, yang dapat dia rasakan jantungnya berdetak terlalu cepat.
"Siapa?" gumam Rain menarik perhatian Samatoki dan Jyuto yang sedang memanggil dokter untuk segera datang, "temanmu?"
Jyuto yang juga mendengar pertanyaan Rain kemudian menyinggungkan senyumnya, kembali membuat Rain tersentak kaget.
"Perkenalkan saya Iruma Jyuto, senang bertemu dengan Anda, Miss ...?"
Pegangan Rain pada baju Samatoki semakin menguat, dan Rain menghindari kontak mata dengan Jyuto.
"Em, Rain Victoria Eastaugffe, panggil saja Rain."
"Hei onna, bajuku akan mengerut jika kau pegang sekuat itu—ada apa denganmu?"
Rain mengabaikan ucapan Samatoki, bersamaan dengan terbukanya pintu kamar, menarik perhatian mereka bertiga.
"Dokternya pergi ke toilet sejenak, dan dia akan langsung kemari karena aku membawa tasnya—oh, siapa dia?"
Wajah Rain memucat dan dia kembali bersembunyi di balik Samatoki.
'Laki-lakinya bertambah,' pikir Rain menutup rapat kedua matanya.
"Riou, sebaiknya kau perkenalkan dirimu dulu," ucap Jyuto pada laki-laki yang baru masuk, tangannya memegang tas dokter.
Laki-laki itu mengangguk, kemudian menatap Rain (yang bersembunyi).
"Namaku Riou Mason Busujima."
Rain berkedip beberapa kali menyadari pola nama Riou yang tidak asing.
'Apa dia orang luar Jepang, sepertiku?' pikir Rain kembali mengintip.
"Rain Victoria Eastaugffe," gumam Rain lalu mencoba menatap kedua laki-laki yang ada di depannya, "nice to meet you, sir."
Jyuto dan Riou tersenyum, lalu mengangguk.
"Em, apa dokternya laki-laki?" tanya Rain.
"Oh, dokternya perempuan," jawab Jyuto, "karena Samatoki bilang pasiennya adalah perempuan yang sedang patah kaki, aku berjaga-jaga memanggil yang perempuan, menduga kau akan merasa tak nyaman dengan laki-laki."
'Aku memang tidak nyaman dengan laki-laki,' pikir Rain mengangguk kecil.
"Begitu, ya?"
"Dan sepertinya kau memang tidak nyaman dengan laki-laki, Miss Eastaugffe."
Rain tersentak kaget mendengar pertanyaan yang dilontarkan Jyuto, membuat sang laki-laki mengambil asumsi bahwa dugaannya benar.
'Tapi kenapa dia bersembunyi dibalik Samatoki?' pikir Jyuto menatap Samatoki yang tampak tidak senang.
"Jika kau tidak nyaman dengan laki-laki, kenapa kau bersembunyi dibalikku, onna?" tanya Samatoki, "kali ini jawab pertanyaanku."
Rain terdiam, sebelumnya mengangguk pelan.
"Sebenarnya, aku ini androphobia."
Suasana menjadi sunyi, sampai ketiga laki-laki itu menarik satu kesimpulan.
"Apa kau tidak menganggap Samatoki sebagai laki-laki?" tanya Riou langsung menyuarakan kesimpulan mereka bertiga.
Jyuto yang sekuat tenaga menahan tawanya langsung mendengus saat mendengar pertanyaan frontal Riou.
"Apa maksudmu, hah!?" tanya Samatoki pada Riou.
Rain terdiam, tampak berpikir sejenak. Lalu terlintas ingatannya saat Samatoki sedang mengeringkan rambutnya tadi. Bagaimana dia melihat air yang mengalir di lengan dan leher sang laki-laki, dan sempat terlihat juga dadanya yang tidak terlindung oleh pakaian hotel.
Spontan wajah Rain menjadi semerah tomat menyadari bahwa dia mengingat jelas kejadian beberapa saat yang lalu.
"T-tidak kok," gumam Rain menyembunyikan wajahnya di belakang Samatoki.
Samatoki menyeringai menyadari sensasi hangat di punggungnya.
"Apa yang kau bayangkan, onna?"
"D-diam!"
Jyuto hanya mengangkat sebelah alisnya mendengar jawaban Rain.
'Lalu kenapa dia tidak takut dengan Samatoki?'
:: :: ::
:: :: ::
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro