Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[8] Untold Secret

Tsukasa membenahi lengan kemeja putihnya dan memperbaiki kancing lengannya dengan rapi. Ia beranjak dari tempatnya, berjalan kearah sofa dimana jas miliknya berada.

"Seharusnya pengobatanmu harus dilanjutkan selama 1 minggu penuh ini Tsukasa-san."

"Muridku tidak akan mau selama itu menunggu. Lagipula aku tidak ingin membuat Rena lebih khawatir daripada sekarang," Tsukasa hanya tertawa dan hendak mengambil jasnya, sebelum jas itu terlepas. Seolah tangannya tidak bisa menggenggam jas itu untuk ia kenakan, "tanganku licin..."

"Penyakitmu sudah menyebar cukup jauh. ALS bukanlah penyakit yang sederhana Tsukasa-san, syaraf di tanganku semakin lama akan berhenti perlahan fungsinya hingga akhirnya kau tidak akan bisa menggerakkan tanganmu," Tsukasa tidak begitu memperdulikan perkataan sang dokter saat ia mengenakan jasnya kembali.

"Tetapi tidak ada juga yang bisa dilakukan untuk menyembuhkannya bukan," Tsukasa tampak tersenyum menanggapinya. Mendapatkan jawaban itu, para dokter dan perawat disana hanya bisa diam sebelum keluar dari kamar Tsukasa meninggalkannya sendirian, "aku tidak peduli dengan apa yang terjadi pada tubuhku. Lagipula, lambat laun aku tidak akan bisa menggunakan tubuhku dengan normal. Tetapi, aku harus melindungi Rena dari apapun yang terjadi..."

"Kalau itu yang kau inginkan," Tsukasa tampak berbalik menatap kearah pintu masuk yang terbuka, "aku bisa membantumu..."

...

"Kau?"

.
.

"... i.. kasa-sensei... Tsukasa-sensei!"

Tsukasa tampak terkejut saat seseorang meneriakinya dan membuyarkannya dari lamunan. Ia menoleh kearah semua murid yang tampak menatapnya aneh dan juga beberapa menatapnya cemas.

"Ah, ada apa dengan tatapan kalian?"

"Hari ini seharusnya kita membuat apple pie dan kau malah berhenti menjelaskan setelah mengatakan untuk kami mengupas kulit apel sambil terus mengukir apel di tanganmu," Karma yang duduk di kursi tanpa apron tampak menjelaskan membuat Tsukasa menoleh pada Apel yang sudah berubah menjadi bentuk mawar.

...

"Ah, aku sedang mencoba membuat naga sepertinya," Tsukasa menggaruk kepala belakangnya dan membuat semua murid facepalm mendengarnya, "Karma-kun seharusnya kau pakai apron juga kan?"

"Malas."

"Nurufufu~ kau memang harus menaati peraturan sekolah Karma-kun~" dan saat suara terdengar adalah saat Korosensei sudah mengganti pakaian Karma dengan celemek bunga-bunga.

"Kenapa harus bunga-bunga," Karma menggerakkan pisau di tangannya untuk menebas Korosensei yang tampak menghindar.

"Kenapa kau ada disini Korosensei... dan kau, terlihat lebih cepat," Tsukasa tampak sweatdrop melihat bagaimana kecepatan dari Korosensei yang ada di depannya.

"Sebenarnya," Nagisa yang menjawab karena berada di barisan paling depan, "Okuda-san ditipu oleh Korosensei untuk membuat ramuan yang bisa membuat tubuhnya lebih cepat... kurasa efeknya masih ada."

"Ramuan?"

"Awalnya ingin meracuni Korosensei tetapi gagal dan malah membuat ramuan bersama..."

"Racun seperti apa?"

"Kalau tidak salah," Nagisa berpikir sambil bergumam.

"Sodium Hidroksida, Talium Asetat, dan Aqua Regia," Korosensei berada di belakang Tsukasa dan menjelaskan dengan wajah tenang, "kau yang sering bertemu kasus pembunuhan tentu tahu seberapa bahayanya tiga racun itu bukan? Okuda-san benar-benar hebat dalam membuat ketiga racun itu."

...

"Masih ada cara lain, dan mengingat bagaimana baik hatinya Manami-chan tentu saja aku yakin ia memintamu untuk meminumnya didepanmu," Tsukasa mendengus dan mengangkat bahunya, "daripada itu, kenapa kau malah mengganggu pelajaranku Korosensei? Pelajaranmu hari ini sudah selesai kan?"

"NYHUHAAA! Karena kau dan Karasuma-sensei mengambil pelajaran yang menyenangkan aku jadi merasa kesepian tahu! Karena kalian waktuku bersama dengan para murid jadi berkurang," Korosensei tampak menangis dan menatap kesal kearah Tsukasa yang hanya tertawa. Namun, kembali matanya tampak menerawang ke udara kosong dan ia menghela napas panjang.

'Tiga racun kuat seperti itu tidak bisa membunuhnya. Aku yakin Korosensei sangat yakin dan percaya diri jika Manami tidak memasukkan peluru anti sensei ke dalamnya. Berarti, ia bisa untuk menganalisa sangat jauh setiap murid disini...'

"Rena-chan," Rio yang berada satu kelompok dengan Rena tampak berbisik pada Rena sambil menoleh pada Tsukasa yang ada di depannya, "lagi-lagi kakakmu melamun dan membuat hal yang menarik dari buah-buahan di depannya. Ada apa dengannya?"

[Ia selalu seperti itu setiap kali ada banyak pikiran di otaknya.]

"Tetapi, kalian benar-benar berbeda jika soal memasak ya," Sumire menatap apel yang menjadi kecil saat Rena mengupas kulitnya terlalu tebal. Wajah Rena memerah karena perkataan dari Sumire. Ia memang buruk dalam memasak dan selalu kakaknya yang memasakkannya.

.
.

Suara samsak yang dipukul itu terdengar dari ruangan yang beberapa hari yang lalu dipakai oleh Rena dan juga Tsukasa untuk berlatih. Dan disana, Tsukasa tampak sedang melakukan latihan hingga tubuhnya berkeringat.

'Ini belum cukup,' ia menghela napas dan tampak kembali menyerang samsak hingga beberapa kali. Ia terus melakukan itu hingga suara pintu terbuka membuatnya berhenti bergerak dan menoleh kearah Rena yang sudah memakai seragamnya.

"Ah, kau sudah siap? Aku sudah membuatkanmu sarapan dan bekal. Pergilah duluan, aku harus memberikan laporan di department pertahanan."

Rena hanya mengangguk dan tersenyum, berbalik keluar dari pandangan Tsukasa yang masih menatap tempat dimana ia menghilang.

...

"Masih belum cukup..."

.
.

Tsukasa berjalan kaki menuju ke department pertahanan Jepang dan menaiki beberapa bus untuk sampai ke sana. Namun, langkahnya sedikit lambat saat melihat makhluk tidak jelas yang sedang menyamar dan baru saja keluar dari supermarket dengan kantung plastik di tangannya.

'Dia itu bodoh ya,' pemuda itu sweatdrop melihat penyamaran buruk dari Korosensei dan menoleh kearah depan saat menyadari ia menatap seorang gadis yang dikelilingi oleh beberapa pria. Dan dalam sekejap, mereka berada di mobil yang tertutupi oleh pita dari Korosensei.

"Aku benar-benar tidak mengerti apa yang dipikirkannya," Tsukasa menghela napas dan baru saja akan berbalik saat melihat wanita yang diselamatkan oleh Korosensei menghampiri. Warna rambut pirang bergelombang tampak tidak wajar untuk orang Jepang, 'mungkin dari luar negri. Tetapi, rambut seperti itu mengingatkanku dengan seseorang...'

"Tsukasa!"

"Hei, kalau aku bilang aku kemari untuk membunuh seseorang, apakah kau percaya?"

"This is a farewell... agent Tsukasa."

...

"Aku malah memikirkan yang tidak-tidak," Tsukasa menghela napas dan berbalik meninggalkan TKP. Tidak mengetahui apa yang akan terjadi padanya setelaah itu.

.
.

"Mengirimkan guru baru seorang pembunuh proffesional?"

Tsukasa menatap atasannya itu dengan tatapan bingung. Ia baru saja mendengar itu dan tampaknya Karasuma juga belum memberitahunya.

"Kurasa Karasuma belum memberitahu karena kemarin kau tidak masuk," Tsukasa hanya menghela napas. Jadwal check upnya. Ia sempat kabur dan dipanggil kembali untuk melihat keadaannya, "kami mengirimkan guru perempuan ke sekolah itu. Ia adalah assassin yang terkenal."

...

"Assassin perempuan," Tsukasa tahu banyak pembunuh pro berjenis kelamin perempuan diluar sana, namun entah kenapa ingatannya segera terpaku pada gadis berambut pirang bergelombang yang ia kenal, "siapa namanya?"

.
.

Tsukasa berjalan menuju ke bukit tempat kelas 3E berada. Ia sudah memakai pakaian trainningnya karena tahu saat ia sampai disana, adalah pelajaran olah raga dan ia harus membantu Karasuma.

Namun, baik Karasuma dan juga murid-murid kelas 3E tidak tampak beraktifitas dan malah melihat bangunan kayu yang merupakan tempat penyimpanan barang-barang tidak terpakai.

"Rena, ada apa?"

[Korosensei berada disana dengan guru bahasa yang baru.]

Rena tampak menatap kakaknya yang menghampirinya. Saat Tsukasa baru saja akan menanyakan lagi, suara tembakan terdengar mengejutkan mereka.

'Sudah mulai ya,' Tsukasa hanya sweatdrop dan berjalan menghampiri bangunan tua itu.

"TIDAAAAK~"

...

"TIDAAAAAK!"

Suara itu membuat semua orang terdiam begitu juga dengan Tsukasa yang sudah berada di samping bangunan tua itu saat pintu terbuka dan menampakkan Korosensei yang tampak senang.

"Aku baru saja melakukan hal yang menarik. Tapi, kurasa bersama kalian lebih menarik lagi," Korosensei tampak tertawa dan menatap para murid yang mengikuti Tsukasa, "quiz setelah ini akan lebih susah. Jadi bersiaplah."

"Ahaha, kami akan berusaha lebih keras," Nagisa hanya tertawa canggung mendengarnya.

Saat mereka menoleh kearah bangunan itu lagi, gadis berambut pirang gelombang yang tampak bersama Korosensei tadi muncul dengan pakaian olah raga dan rambut yang diikat.

"Tidak mungkin... dalam waktu kurang dari 1 menit ia bisa melakukan semua itu. Pegal di bahuku sembuh seolah tidak pernah ada, aku mendapatkan pijatan di seluruh badanku," ia bergumam membuat semua orang sweatdrop mendengarnya kecuali Korosensei, "lalu tentakel-tentakel itu... semua yang dilakukannya."

'Apa yang dilakukannya?!'

"Ugh, seperti aku akan menyerah saja!" Kesal, gadis itu menarik ikat kepala di dahinya dan bangkit dari posisinya, "harga diriku sebagai pembunuh benar-benar terluka... aku bersumpah akan membunuhnya..."

...

"Sudah sangat lama sejak terakhir kita bertemu," Tsukasa berjalan mendekati gadis itu dan saat gadis itu menoleh, pemuda itu tersenyum padanya, "Irina-chan."

.
.

"Tsukasa?"

To be Continue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro