Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[5] Red Hair Ghost?!

Satu tendangan tinggi berputar, diikuti dengan tendangan lurus dan juga sekali lagi tendangan berputar. Pemuda itu tampak mendaratkan serangan beruntun kearah gadis berusia belasan tahun itu yang berdiri di depannya. Satu hari yang 'cukup' normal jika kedua saudara Takamasa itu berada di rumah di hari libur.

Satu tendangan tinggi mengenai pelipis gadis itu saat yang tertua mempercepat serangannya.

"Refleksmu melambat Rena. Kau belum cukup cepat untuk melihat gerakanku," Tsukasa menghentikan serangannya dan Rena hanya menatapnya dengan wajah masam sebelum mengetikkan sesuatu di handphone yang ia bawa serta menunjukkan pada kakaknya.

[Maaf saja karena aku tidak bisa berlatih menghadapi kecepatan seperti itu. Toh ada orang yang seenaknya jarang berada dirumah sebelum ini tanpa ada alasan yang jelas.]

"Maaf-maaf, tetapi tenang saja mulai sekarang aku akan lebih sering berada di rumah," Tsukasa tampak menepuk kepala Rena dan membuat Rena tersenyum sebelum mengangguk pelan, "ngomong-ngomong kudengar beberapa murid 3E akan datang ke rumah hari ini?"

[Karena Korosensei memberikan tugas kelompok pada kami.]

"Ada murid laki-lakinya?"

[Nagisa-kun, Maehara-kun dan Isogai-kun, kenapa?]

"Aku akan batalkan pertemuanku," Tsukasa tampak mengambil handphonenya dan menekan tombol untuk menghubungi Karasuma, "Karasuma, ya... tentang menyambut murid baru itu, bisa aku tidak ikut? Eh kenapa? Sebenarnya karena hari ini akan ada dua murid laki-laki yang akan datang dan menghabiskan waktu libur yang berhargaku sih."

Suara Karasuma yang meninggi langsung terdengar; Rena bisa menebak jika Karasuma tidak terima dengan alasan seperti itu.

[Aku bisa jaga diriku sendiri. Lagipula ada Kayano-chan, Kanzaki-chan, Rio-chan, dan juga Manami-chan.]

Wajahnya tampak datar mengatakan hal itu.

"Tetap saja, apa aku akan membawa murid baru itu ke rumah Karasuma saja ya? Lagipula hanya menjelaskan tentang makhluk kuning itu," Tsukasa hanya menghela napas dan memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa ia lakukan.

[Aku kasihan pada Karasuma-san karena selalu menghadapimu yang seperti ini.]

"Heee~ aku sama sekali tidak merepotkan kok!"

[...terserah.]

Her Mask
Genre : Friendship/Romance
Rating : T
Pairing : Karma x Fem!OC, Past!Male!OC x Irina

DING DONG

Suara bel berbunyi tampak terdengar beberapa saat setelah sesi latihan Rena dan kakaknya selesai. Ia masih mengenakan pakaian tanpa lengan yang ia gunakan untuk latihan dan juga handuk yang terlampir di lehernya.

Rena sempat membasahi tubuhnya dari atas hingga bawah; dan membawa minuman untuk ia minum setelah latihan.

"Hai Rena-chan!"

[Hai Rio-chan, kalian semua. Masuklah, maaf aku berantakan. Kakakku mengajakku untuk latihan tadi pagi.]

"Hingga sekarang? Ini sudah hampir makan siang."

[Biasanya juga sampai sore. Ada sesi istirahatnya juga, lagipula akan ada tamu untuk kakakku nanti jadi aku hanya diperbolehkan untuk berlatih sampai jam segini.]

Rena membuka pintu lebih lebar dan mempersilahkan mereka masuk. Namun, ia melihat bagaimana semua anak laki-laki tampak menatapnya dengan wajah memerah membuatnya bingung dan memiringkan kepalanya.

[Kenapa dengan mereka?]

"Ma-maaf, tetapi pakaianmu sepertinya terlalu terbuka Rena-chan," Isogai yang tampak menjawab dengan wajah masih memerah, "dan basah seperti itu... sedikit..."

[?]

"Mandilah dulu, sudah kubilang kan?" Tsukasa tampak memberikan handuk yang lebih besar dan meletakkannya di punggung Rena. Entah sejak kapan ia berada di belakang Rena dan kali ini menatap semua murid laki-laki dengan tatapan tajam, "masuklah dan langsung ke kamar Rena. Kalau ada yang berani mengintip, tentu saja aku harus ingatkan aku tidak punya perjanjian untuk tidak melukai kalian~"

'Kami tidak akan melakukan itu. Kami masih ingin hidup,' semua murid disana tampak berpikir hal yang sama. Mereka juga masuk begitu saja dan menuju ke kamar. Rena baru saja akan menutup pintu depan saat Tsukasa dan yang lain sudah pergi, saat seseorang menahan pintu itu untuk tertutup.

Ia tersentak, dan saat pintu terbuka kembali seorang pemuda berusia sama dengannya tampak tersenyum. Rambut merah dan mata mercurynya cukup membuat Rena sedikit aneh. Warnanya tidaklah terlihat biasa, namun--ia langsung teringat dengan Nagisa dan juga Kayano.

"Ini... rumah Takamasa Tsukasa-san bukan?"

Melihat senyumannya, Rena tampak sedikit lega. Sepertinya ia orang baik-baik. Dan nama kakaknya yang langsung disebut membuatnya menyimpulkan kalau mungkin ia adalah tamu dari kakaknya. Walaupun sebenarnya pemuda itu terlihat terlalu muda untuk berurusan dengan kakaknya.

[Masuklah.]

Rena menunjukkan tulisan di handphonenya dan membuka pintu lebih lebar. Pemuda itu tampak menatap sedikit aneh kearah Rena sebelum masuk dan memasuki ruang tamu. Rena tampak memperhatikan pemuda itu sebelum mengangkat bahu dan juga naik keatas menuju kamar.

.
.

Tidak enak jika harus meninggalkan tamu sendirian. Lagipula ia juga tidak ingin mengganggu waktu istirahat singkat kakaknya setelah berlatih. Itu yang selalu dilakukan kakaknya setelah berlatih. Menenangkan diri dan sendirian selama beberapa saat sebelum kembali beraktifitas.

Ia melihat sosok pemuda itu di ruangan tamu yang cukup sederhana di rumahnya, dan melewatinya untuk menuju ke dapur.

Hingga pada akhirnya ia membuat teh dan mengambil kue strawberry yang dibuat oleh kakaknya saat baru saja datang ke rumah. Membaginya menjadi beberapa slice dan memberikan salah satunya untuk pemuda berambut merah yang seharusnya duduk di sofa itu.

...seharusnya.

Tetapi ia hanya melihat ruangan kosong tanpa ada siapapun disana. Dahinya berkedut, melihat kearah pintu depan dan menemukan sepatu yang dikenakan pemuda itu tampak masih ada disana. Satu-satunya tempat yang tidak terlihat dari dapur hanyalah ruang tamu dan juga pintu depan.

Jadi, dimana dia?

"Hee~ kau tidak perlu repot-repot. Aku hanya menunggu Tsukasa-san saja~" suara dari belakangnya membuat Rena tersentak dan hampir menjatuhkan nampan yang ia bawa. Ia menoleh dengan segera menemukan pemuda itu sudah ada di belakangnya.

'Sejak kapan?!' Ia mencoba untuk menenangkan debaran jantungnya. Tidak, bukannya karena ia menyukai pemuda itu atau apa, tetapi siapa yang tidak akan kaget dengan suasana sepi di rumah dan tiba-tiba ada seseorang yang berbicara di belakangnya?

"Tadi aku ke Toilet, kalau tidak keberatan kupakai tanpa izin," pemuda itu tampak menoleh kearah toilet dan Rena segera mengangguk sebelum menaruh kue dan teh di meja tamu.

[Kuharap kau menyukainya. Maaf kakakku tidak bisa menyambutmu dengan cepat, ia sedang beristirahat sebentar.]

"Tidak masalah," pemuda itu kembali tersenyum dan memakan strawberry yang ada diatas kue itu. Ia terlihat cukup menyukainya, dan sekarang ia beranjak ke teh yang ada di samping piring kue itu. Satu tegukan, ia tampak seolah hampir tersedak.

[Kau tidak apa-apa?!]

"Tidak, hanya rasanya sedikit... unik," pemuda itu tampak tertawa dan melihat kearah cangkir itu. Rena tampak hanya menatapnya bingung, sebelum mengambil nampan lagi, menundukkan kepalanya dan tampak meninggalkan pemuda itu.

...

'Aku punya perasaan aneh,' Rena tampak hanya berjalan beberapa langkah dari tempatnya sebelum menoleh ke belakang kearah ruang tamu lagi. Dan yang ia temukan adalah ruangan kosong dengan hanya cangkir teh dan juga piring kue yang tertinggal disana.

'Ia menghilang lagi?' entah kenapa bulu kuduknya berdiri dan Rena memutuskan melanjutkan perjalanannya lagi ke kamarnya.

.
.

"Kenapa kau lama sekali Rena-chan, kami sedang memikirkan poster yang bisa kita buat untuk tugas dari Korosensei," Kayano tampak menyambut Rena saat gadis itu kembali ke kamar. Semua orang sedang mengerumuni kertas besar poster diantara mereka. Tugas dari Korosensei adalah untuk membuat sebuah poster.

Dan tentu saja; mengingat bagaimana Rena cukup ahli dalam menggambar seperti Sugaya yang berada di kelompok lain, mereka memutuskan untuk membuat gambar di rumah Rena.

[Sepertinya ada tamu kakakku tadi. Tetapi dari penampilannya kurasa ia seumuran dengan kita.]

"Tamu? Kakakmu benar-benar sibuk ya," Maehara tampak menjawab sambil memberikan spasi untuk Rena duduk di sampingnya dan juga Isogai.

[Awalnya, kukira ia bekerja sebagai host di klub yang ada di dekat rumah. Ia selalu membawa wanita yang berbeda-beda setiap harinya.]

Semua orang sweatdrop mendengar itu.

"Jadi kau tidak tahu pekerjaannya di Ministry of Defense?" Rena hanya menggeleng.

[Sudahlah, daripada membicarakan aib dari kakakku itu, lebih baik kita selesaikan pekerjaan ini!]

.
.

"Heee, kau benar-benar cepat dalam menggambar Rena-chan," Yukiko tampak melihat poster yang tadinya kosong sekarang sudah terisi hampir seluruhnya.

[Aku suka menggambar.]

Itu yang ia tulis sambil menyunggingkan senyuman lebarnya.

"Aku bisa melihat itu, kau dan juga Sugino-kun benar-benar menuangkan emosi kalian dalam karya seni ya," Nagisa tampak melihat hasil gambaran dari Rena.

"Karena pekerjaan kita sudah selesai, bagaimana kalau--ah, apakah ini kue untuk kami Rena-chan?!" Maehara melihat nampan berisi kue yang tadi ia bawa dan Rena hanya mengangguk, "kalau begitu aku tidak akan segan mencoba!"

Maehara tampak mengambil salah satu potongan kue dan memakannya.

"Uwaaa, enaknya! Kau beli dimana?"

[Itu buatan tangan.]

"Benar, ini enak. Aku tidak menyangka ada potongan puding strawberry di tengahnya. Kau membuatnya sendiri Rena-chan?" Kayano tampak menatap dengan tatapan kagum kearah kue itu dan menatap Rena.

[Tidak, kakakku yang membuatnya.]

"Tsukasa-san?!" Semuanya menatap Rena kaget sebelum Rena mengangguk dengan raut wajah yang tidak kalah kagetnya. Bahkan Maehara tampak tersedak karena mendengar perkataan itu.

[Kau tidak perlu berlebihan seperti itu Maehara-kun...]

Maehara masih menepuk-nepuk dadanya dan tampak mencari minuman. Ia menuangkan teh di dalam teko ke gelas dan meminumnya. Namun, bukannya bertambah baik, ia malah menyemburkan tehnya dan tampak terbatuk-batuk.

"Maehara! Kau hampir menghancurkan proyek kita!"

Beruntung Rio menyelamatkan kertas poster itu dan menatap Maehara yang masih terbatuk.

"A-asin...."

"Asin?" Semuanya selain Rena menatap kearah Maehara dan menoleh kearah gelas teh yang ada disana.

"Rena, kenapa toples bundar masih terbuka? Begitu juga dengan toples teh? Sudah kubilang gula ada di toples kotak dan garam itu di toples bulat bukan?" Suara itu bersamaan dengan Tsukasa yang membuka pintu dan membawa toples bulat yang dimaksud. Semua orang melihat kearah Rena yang terdiam sebelum wajahnya memucat.

Ia segera bergegas menuju ke ruang tamu untuk mengecek keadaan pemuda berambut merah itu.

.
.

'Dia tidak ada lagi?'

Rena menatap dengan tatapan aneh kearah ruang tamu dimana dalam keadaan kosong. Piring kue tampak sudah habis, dan gelas teh tidak tersentuh sama sekali. Ia jadi ingat, bagaimana pemuda itu mengatakan ia ke toilet.

Dan Rena segera mengeceknya untuk menemukan toilet yang juga kosong.

"Kenapa kau tiba-tiba berlari Rena?" Tsukasa tampak turun dan mengecek keadaan Rena.

[Tidak apa-apa...]

"Baiklah, kalau begitu aku harus ke gedung utama Kunugigaoka. Jadi, aku akan meninggalkanmu sebentar," Rena tampak mengangguk tanpa sadar, sebelum ia berhenti dan menahan kakaknya untuk pergi, "ada apa?"

[Bukankah ada tamu yang ingin bertemu dengan kakak hari ini?]

"Hm? Tidak, hari ini adalah hari liburku bersama dengan adikku ini dan sore pekerjaanku untuk besok harus dilakukan walau hanya sebentar. Dan itu adalah pergi ke gedung utama Kunugigaoka," jawabnya dengan tatapan bingung. Dan Rena hanya memucat.

'Kalau begitu... siapa pemuda itu?'

.
.

"Sebenarnya ada apa dengan Rena-chan?"

Semua orang tampak masih berada di kamar Rena. Nagisa tampak menatap kearah pintu keluar dan mengangguk, masih khawatir dengan Rena yang tiba-tiba saja berlari dan meninggalkan kamar. Namun, saat ia masih terikat dengan pikirannya, tiba-tiba seseorang berjalan cepat di depan pintu dan membuatnya membulatkan matanya.

"Ada apa Nagisa?"

Nagisa bergegas ke pintu kamar dan melihat kekiri dan kekanan untuk menemukan tidak adanya pemuda yang ia lihat.

"Tidak... kurasa hanya perasaanku. Sepertinya tadi aku melihat seseorang..."

"Ah Rena-chan dimana kakakmu?"

[Bekerja, hanya sebentar. Ia akan pulang sebelum malam.]

Isogai melihat wajah Rena yang memucat dan tampak sedikit khawatir. Ia menatap Rena dari jarak yang cukup dekat.

"Kau tidak apa?"

Rena menggeleng. Namun ia hanya diam sebelum menggigit bibir bawahnya. Seolah ia tidak bisa menyembunyikan apa yang ia lihat tadi pada mereka.

[Kalian... percaya pada hantu?]

.
.

"Maaf aku terlambat," Tsukasa tampak menghela napas dan sampai di gedung utama Kunugigaoka dimana beberapa anggota department pertahanan ada disana dan melihatnya, "dimana murid yang akan datang ke sekolah besok?"

"Eh? Karasuma-san mengatakan jika anda tidak mau datang karena ada urusan mendadak," salah satu dari mereka menghampiri dengan wajah terkejut, "makanya ia mengirimkan kami pesan dengan alamat anda dan menyuruhnya untuk datang ke rumah anda."

...

'RENA!'

.
.

"Yakin kau tidak apa-apa kami tinggal Rena-san?" Manami tampak menatap ragu saat mereka akan pulang dan meninggalkan Rena sendirian sementara Tsukasa pergi bekerja. Terutama saat Rena menceritakan saat ia melihat pemuda berambut merah yang selalu menghilang dan muncul tiba-tiba sementara yang lain tidak melihatnya.

[Tidak apa, lagipula kakakku akan datang sebelum malam.]

"Baiklah, hubungi kami jika ada apa-apa," Nagisa menatap khawatir juga namun Rena hanya tersenyum dan mengangguk. Setelah mereka semua tampak pergi, Rena menutup pintu dan melihat keadaan rumah yang kosong.

'Saat kakak tidak ada, aku tidak pernah melihat hantu. Kalau karena pekerjaannya ia membawa hantu, aku akan benar-benar marah padanya,' Rena memikirkan yang tidak-tidak dan hanya terlihat kesal. Ia menatap kearah jendela dimana suasananya saat itu mendung dan cukup gelap untuk menunjukkan pukul 3 sore.

'Tidak akan apa-apa, oh aku harus menyelesaikan poster itu,' Rena berjalan menuju ke kamarnya dan duduk akan menyelesaikan posternya, 'apakah posisi kertasnya memang seperti ini?'

"Heee, gambaranmu sangat bagus ternyata~" suara yang terdengar dari belakang lagi tampak benar-benar membuatnya kaget dan segera berbalik. Ia menemukan pemuda berambut merah yang segera menutup mulutnya.

"Heee~ jangan berteriak. Nanti aku dikira melakukan sesuatu padamu nona~"

'Aku tidak mungkin berteriak, bahkan berbicara saja tidak sudi,' Rena tampak mencoba untuk melepaskan diri dan memutar tubuhnya untuk melepaskan cengkraman dari pemuda itu.

"Ah," namun saat pegangan itu lepas, keseimbangan pemuda itu tampak goyah dan membuat tubuhnya terpeleset ke depan mendorong tubuh Rena hingga jatuh ke lantai dan tubuhnya tepat di atasnya dengan tangan yang membuat pemisah.

...

"RENA KAU TIDAK APA?!"

Timing yang lebih buruk, saat Tsukasa datang dan membuka pintu kamar gadis itu saat posisi mereka sedang dalam kondisi ambigu.

"...ah, anda Tsukasa-san? Namaku Akabane Karma. Dan mereka menyuruhku kemari untuk menemui anda."

To be Continue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro