Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 11

Pangeran yang berada di luar langsung menutup mata dan mengusap wajahnya. Apa yang dilihatnya barusan? Ya, ampun ... pikirannya mendadak kotor. Dia tidak bisa menghilangkan bayangan tubuh indah Miawly. Detak jantungnya bahkan sampai berdebar tidak beraturan.

"Ko-kodok!" panggil Miawly tergagap dari dalam kamar mandi.

"I-iya?"

"Tolong bawain baju tidur, celana dalam, bra, sama handuk. Cari aja di koper warna merah," teriak Miawly cukup keras.

"Oke, sebentar."

Pangeran membuka koper warna merah milik Miawly yang tidak dikunci. Setelah dia membuka koper itu, terdapat banyak pakaian ganti dan pakaian dalam beraneka warna. Entah kenapa suhu tubuhnya mendadak panas. Pipinya jadi bersemu merah.

Aduh, sialan! umpatnya dalam hati. Anggap aja tadi patung baju yang sering dilihat di mal. Pangeran tak berhenti meyakinkan dirinya seperti itu.

Memilah baju tidur mudah karena Miawly membawa piama polos berbahan silk satin. Yang tersulit ketika memilah bra dan celana dalam, dia tidak tahu Miawly ingin mengenakan yang mana? Karena bentuk, warna, dan modelnya berbeda-beda.

"Ini bra sama celana dalamnya mau yang mana? Ada yang berenda, polos, warna putih, warna—"

"Yang mana aja! Lo pikir lagi jualan di Tanah Abang dijabarin segala!" potong Miawly.

"Oh, oke."

Pangeran memilih bra warna merah dan celana dalam warna senada. Soalnya dia suka warna merah. Dan sialnya, dia malah membayangkan betapa seksinya Miawly memakai pilihannya.

"Sialan, sialan. Cukup, cukup!" Pangeran bermonolog sendiri mengusir pikiran kotornya.

"Mana, nih? Gue kedinginan tau! Jangan lama-lama, dong!" teriak Miawly lagi.

Pangeran segera menyerahkan pada Miawly dari sela pintu yang terbuka sedikit saat tangan perempuan itu menadahkan tangannya. Sesudah Miawly mengambil pakaiannya, Pangeran kembali duduk ke tempat tidur. Mungkin dia perlu mandi dan mengguyur kepala supaya tidak memikirkan hal yang tidak-tidak. Akan tetapi, tidak ada yang salah karena Miawly istrinya. Lain cerita kalau dia membayangkan video Mia Khalifa yang sering wara-wiri di timeline Twitter.

Pangeran mengambil novel milik Corysha yang dipinjamkan padanya. Dia kelewat sering melihat Corysha membaca novel The Fault in Our Stars milik John Green sehingga rasa penasarannya muncul. Kata Corysha ceritanya sedih.

Tak lama kemudian, Miawly keluar dari kamar mandi. Dia melihat suaminya duduk di atas tempat tidur sambil menyandarkan tubuhnya.

"Lo mau mandi?" tanya Miawly.

"Iya. Kamu udah selesai, kan? Saya mandi sekarang," jawab Pangeran.

Dengan cepat Pangeran meninggalkan novel di atas nakas, mengambil pakaian dan handuk, lalu bergegas masuk ke kamar mandi. Miawly mengeringkan rambutnya dengan handuk, kemudian setelah selesai langsung naik ke atas tempat tidur.

"Novel apaan, tuh?" Miawly mengambil novel yang diletakkan di atas nakas. Setelah melihat judulnya Miawly tertawa. "Ya, elah ... dingin-dingin kayak kutub bacaannya sedih begini. Berasa di depan kayak kulkas dalamnya anak kucing."

Karena iseng, dia membuka novelnya. Yang dia lihat di bagian depan setelah cover adalah tulisan kepemilikan buku. Di sana tertulis untuk Corysha yang diberikan dari Zidane.

"Zidane Overtime, nih? Pernah pacaran? Kapan? Gila, ya, gebetannya nggak nanggung-nanggung vokalis band-nya. Kenapa gue nggak tau?" Miawly bermonolog sendiri mempertanyakan hal-hal yang muncul di kepala. "Mana ada tulisan I love you segala. Manis banget Zidane. Coba suami gue, boro-boro ngasih hadiah."

Kemudian, Miawly mulai membaca bagian awal dalam novel. Sejujurnya dia tidak suka membaca novel yang terlalu sedih, lebih suka yang bahagia. Namun, tidak ada salahnya membaca versi novel setelah dia sudah menonton filmnya sampai nangis.

Lima belas menit kemudian, Pangeran keluar dari kamar mandi. Miawly yang mengalihkan pandangan pada Pangeran langsung menganga.

Tubuh Pangeran seindah model iklan susu L-Men. Perut kotak-kotak, otot lengan yang kuat, urat-urat tangan yang terlihat dan dada yang bidang. Ya, ampun! Kenapa suaminya harus telanjang dada begitu?!

"Saya kelupaan baju."

Miawly ingin memalingkan wajahnya tapi matanya terus mengikuti pergerakan Pangeran sampai mengambil baju kaus. Entah kenapa suaminya terlihat seksi dengan sisa-sisa air dari rambut yang basah membasahi perut six pack itu.

"OMG," gumam Miawly pelan.

Ketika Pangeran sudah memakai pakaiannya, Miawly pura-pura melihat novel. Ya, Tuhan ... dia tidak tahu tubuh suaminya sekeren itu. Semuanya terbentuk sempurna, bahkan bayangan perut indahnya terngiang di kepala. Ya, sebelas dua belas sama tubuh aktor kesukaannya, Chris Hemsworth.

"Rambut kamu basah gitu nggak mau dikeringin?" tanya Pangeran.

"Lupa bawa hair dryer," jawab Miawly. Sedetik kemudian dia teringat dengan Chanel. Sepupu perempuan satu-satunya pasti bawa barang ajaib itu. "Eh, bentar. Minjem dulu sama Chanel." Lalu, dia turun dari tempat tidur dan berlari keluar menuju kamar Chanel yang berada tepat di sebelah kamarnya.

Pangeran duduk menunggu selama beberapa menit sampai akhirnya Miawly kembali. Perempuan itu menaikkan barang yang dibutuhkan. Dia mendekati Miawly yang terduduk di depan meja rias.

"Boleh saya bantu?" Pangeran menawarkan diri. Melihat Miawly diam, dia menambahkan, "Saya pernah bantu Kak Ratu keringin rambutnya. Jangan khawatir takut rambut kamu kusut."

"Ya, boleh, deh."

Pangeran mengambil alih hair dryer-nya dan mulai membantu Miawly mengeringkan rambut panjangnya.

"Saya lihat kamu punya lima tato di beberapa bagian tubuh. Kayaknya gambarnya beda-beda." Pangeran memulai obrolan.

"Oh, itu ... iya."

"Kamu suka ditato? Yang saya tau kamu cuma suka ditindik di telinga. Karena tindikan di telinga lebih dari empat."

Pangeran sempat menyadari Miawly memakai empat anting di sebelah kiri dan tiga di sebelah kanan. Pada saat melihat tubuh telanjang istrinya, dia mendapati satu tato di bagian perut, satu di bagian paha, samar-samar melihat di bagian leher kalau dia tidak salah, satu di punggung yang paling jelas dan samar-samar juga di bagian pergelangan kaki kalau dia tidak salah lihat.

"Sebenarnya nggak suka cuma untuk mengalihkan perasaan galau jadinya iseng tato," aku Miawly.

"Perasaan galau?"

"Ada lima orang yang bikin gue galau banget. Ya, gitu."

"Jadi ini tentang laki-laki yang menyakiti kamu?"

Miawly mengangguk ragu. Kalau mengingat ke belakang dia agak menyesal membuat tato sebanyak itu di tubuhnya. Mana semua sebagai bukti rasa sedihnya terhadap mantan, bukan karena ingin ditato.

"Siapa aja laki-laki yang masuk jajaran itu? Boleh saya tau?"

Miawly melihat pantulan suaminya dari kaca. Dia tidak pernah menceritakan pada siapa pun, tapi mungkin tidak ada salahnya cerita dengan Pangeran. Suaminya tidak akan menghakimi dia membuat tato karena galau. Iya, setidaknya Pangeran bukan orang yang seperti itu.

"Sebenarnya nggak semua menyakiti, bisa dibilang ada yang karena putus dari mereka adalah yang terburuk sampai galau parah. Waktu itu putus dari drummer-nya Overtime si Ruben karena sedih banget, ya, dibuat tato tulisan brokenhearted di bagian perut. Kalau sama Eljo karena dia womanizer jadinya buat tato tulisan heartbreaker di bagian paha, putus sama Christian karena dia meninggal jadinya buat tato tulisan peace di bagian pergelangan kaki. Satu lagi putus karena Januar nikah sama perempuan lain makanya buat tato di belakang leher tulisannya I'm okay. Dan terakhir—"

"Terakhir untuk Ron. Am I right?" sela Pangeran.

"Kok tau?"

"Satu-satunya tato bentuk hati dengan huruf R di dalamnya cuma itu. Yang lain tulisannya tentang kekecewaan kamu, tapi nggak dengan tato di punggung. Satu-satunya yang paling besar."

Miawly mengangguk. "Itu dibuat karena Ron benar-benar yang terbaik. Mungkin aku paling lama sama Belva, tapi Ron more better than anyone. Tapi kalau dilihat lagi rasanya mau hapus tato."

"Kamu nggak perlu hapus tatonya. Anggap aja itu sebagai bentuk tangguhnya kamu sekarang," ucap Pangeran.

"Memangnya nggak masalah kalau gue masih menyimpan tato-tato ini? Lo, kan, suami gue sekarang. Banyak suami yang protes kalau tau tato istrinya itu adalah bentuk rasa sayang sama yang terdahulu," tanya Miawly pelan.

Pangeran meletakkan hair dryer di atas meja rias setelah selesai mengeringkan rambut Miawly. Dia mendaratkan kedua tangannya di pundak Miawly dan melihat ke depan cermin sambil tersenyum.

"Saya nggak masalah. Itu masa lalu. Toh, sekarang kamu nikahnya sama saya," jawab Pangeran santai. "Kamu juga udah nggak ada rasa sama mereka. Jadi, kenapa harus marah?"

"Wah ... luar biasa." Miawly bertepuk tangan pelan. "Udah lupa, kok. kebetulan buatnya bertahun-tahun yang lalu sebelum pacaran terakhir sama Belva. Tapi nggak ada yang tau sejarah tato ini, cuma lo doang yang tau."

Pangeran semakin menarik senyum lebar. "Saya senang dengarnya. Berarti kamu mau terbuka soal ini cuma sama saya."

"Ya, mungkin."

"Saya berharap nggak menjadi salah satu alasan kamu buat tato baru."

Miawly melihat wajahnya dari pantulan cermin. Pipinya mendadak merah merona mendengar ucapan terakhir suaminya. Ya, ampun... kenapa juga jantungnya berdetak lebih cepat seperti habis lari dari kenyataan begini?

"Lo bilang cinta sama gue. Kenapa bisa mencintai perempuan kayak gue? Ya, bisa dibilang gue ini urakan, nyebelin, kasar, ya ... banyak kurangnya," tanya Miawly.

"Karena kamu menjadi diri kamu sendiri. Kamu nggak mengubah diri kamu untuk disukai orang lain. Kamu apa adanya dan itu yang membuat saya mencintai kamu," jawab Pangeran tulus.

Miawly menyingkirkan tangan Pangeran dari pundaknya, lalu berbalik duduk menghadap suaminya. Dia mendongak menatap Pangeran.

"Sejak kapan mulai cinta?"

"Sejak kita masih kecil. Saya pikir itu cuma cinta monyet aja, tapi ternyata perasaannya semakin besar. Saya sengaja milih sekolah yang sama dengan kamu sampai kuliah supaya bisa jagain kamu dari jauh," ungkap Pangeran mulai jujur.

"Bentar, jadi lo menolak kuliah di Harvard cuma buat jagain gue? Wah ... gila lo!"

Pangeran menyunggingkan senyum saat menatap Miawly. "Iya, saya tergila-gila sama kamu."

Miawly mendadak diam. Pipinya pasti merah sekarang. Ya, ampun ... kenapa dia malah jadi senang begini? Aduh, jangan-jangan mulai naksir Pangeran? Tidak, tidak. Pangeran bukan tipenya. Jauh dari kata tipenya.

"Saya nggak berharap kamu membalas perasaan saya sekarang. Setidaknya kamu tau kalau saya sangat mencintai kamu lebih dari semua mantan-mantan kamu dulu."

Miawly diam menatap mata Pangeran yang bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Entah dorongan dari mana Miawly menarik lengan Pangeran hingga laki-laki itu merendahkan tubuh nyaris menyamai posisinya. Ketika wajah mereka hanya berjarak beberapa senti, Miawly mencium bibir suaminya.

Ketika bibir saling membalas, mereka semakin memperdalam ciuman. Miawly pelan-pelan bangun dari duduknya, membiarkan Pangeran memeluk pinggang rampingnya dan menguasai permainan bibir yang semakin memabukkan.

"Miawly, mana—eh, maaf. Lanjutin, deh, ya." Chanel yang kala itu membuka pintu kamar Miawly tanpa mengetuk lebih dulu tidak sengaja melihat adegan ciuman itu. "Maaf, Guys. Lanjutin, lanjutin. Gue bisa ambil hair dryer-nya nanti." Lalu, Chanel mundur teratur dan menutup pintu.

Miawly dan Pangeran yang terkejut terpaksa menghentikan ciuman mereka. Dengan cepat Miawly mengambil hair dryer-nya dan bergegas keluar. Setelah kembali, Miawly mengunci pintu kamar. Dia berdiri sebentar memandangi Pangeran yang belum beranjak dari tempatnya tadi.

Aduh ... apa yang lo lakukan tadi, Miaw?! Kenapa lo cium-cium si Kodok?! Astaga! batinnya.

Pangeran berjalan mendekat dan berhasil meraih tangan Miawly yang hendak menjauhinya.

"We have unfinished business, Honey."

Pangeran menarik tubuh Miawly lebih dekat dan kembali melanjutkan ciuman yang sempat terganggu.

*****

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro