Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

˗ˏ 🍧 ˎ˗‍‍‍‍ Chapter 6 (REVISI)

Sebelum membaca alangkah baiknya untuk menekan bintang ★ di pojok kiri bawah 😘

Happy reading!!

🍧🍧🍧

Paginya, benar saja Aksa menjemput Nina. Nina yang bangun telat malah tidak sempat makan karena Aksa memaksa memberitahu nomor rumahnya. Jadinya Nina berlari sampai ke depan komplek.

"Hoshh...hoshhh." Nafas Nina tidak teratur. Lelah. Rambutnya yang tadi rapi menjadi berantakan.

"Nape lo? Kayak di kejar setan aja," ledek Aksa terkekeh.

"Lo setannya," balas Nina cuek.

Aksa kembali terkekeh. "Kenapa enggak ngasih tau nomor rumah aja. Lo kan enggak perlu capek lari-lari gini?"

Nina tak menjawab. Ia malah asik membenarkan rambutnya dengan bantuan kaca spion Aksa.

"Udah deh jangan banyak omong. Mending berangkat sekarang entar telat!" Lah kenapa malah Nina yang ngomel.

Aksa mendengus. Buru-buru Nina naik ke atas motornya si Aksa.

Di motor sih mereka cuman diem-dieman. Lalu bunyi perut Nina melepas keheningan.

"Lo laper?" tanya Aksa.

Sumpah deh ini Nina malu banget. Masa iya ketahuan lapar.

"Enggak," elak Nina.

"Lo udah sarapan?" tanya Aksa.

Nina bungkam. "Udah apa belum?" ulang Aksa.

"Belum," jawab Nina pelan tapi samar-samar masih bisa didengar Aksa.

Aksa menepikan motornya.

"Loh.. loh? Kok berenti?"

"Makan dulu," ucap Aksa.

"Makan? Dimana?"

Aksa menunjuk ke salah satu warung nasi goreng.

"Itu?" tanya Nina tak percaya.

"Iya, emang kenapa?"

Nina meneguk ludahnya kasar. Soalnya ia tidak pernah makan di pinggir jalan.

"Ah enggak."

"Apa lo belum pernah jajan di pinggir jalan gini?" tebak Aksa.

Nina menggeleng.

"Cih. Padahal makanan kayak gitu yang paling enak."

"Ga usah Sa! Nanti telat!"

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Aksa malah meninggalkan Nina yang cengo. Terpaksa Nina mengikuti Aksa.

"Bu, pesan nasgor kayak biasa tapi dua porsi ya!"

"Siap!"

Aksa kemudian duduk di salah satu meja. Nina menatap seperti jijik dengan kursi yang ada disana.

"Heh! Lo kenapa dah gitu amat natap kursinya?" tanya Aksa heran.

"Kotor Sa!"

Aksa mendengus kesal. Lalu ia mengambil beberapa tisu untuk mengelap kursinya.

"Tuh udah gue bersihin! Ga usah manja deh lo!"

Nina mengerucutkan bibirnya manja.

Tak lama datanglah pesanan mereka.

"Makan!"

Nina mencicipi nasi goreng itu. Setelah dirasakan.

"Eumm enhak banghet," ucap Nina dengan mulut penuh.

"Gue bilang juga apa."

Nina malahan makan dengan lahap. Membuat Aksa menggelengkan kepalanya.

Selesai makan mereka melanjutkan perjalanan ke sekolah.

Untungnya mereka tidak telat. Tadi sih gerbang hampir ditutup tapi karena di sogok pak satpamnya mau aja biarin mereka masuk.

Selama pelajaran berlangsung yang Nina lakukan hanya menguap.

"Nina coba kamu kerjakan nomor 1! Maju kedepan!"

Astaghfirullahallazim 😭

Mimpi apa Nina kemarin. Masa iya dia yang daritadi sama sekali tidak memperhatikan jawaban disuruh maju kedepan.

Mati sudah riwayat Nina.

"Kenapa lama? Ayo maju!"

Nina meneguk ludahnya berkali-kali. Lalu dengan baik hatinya Devi, teman sebangku Nina memberikan kertas contekan.

"Ini caranya, pakai aja," ucap Devi sambil tersenyum tulus.

"Thanks."

Nina langsung bangkit berdiri membawa buku. Tak lupa contekan yang tadi ia selipkan.

Selesai menulis dipapan tulis Nina merasa bangga. Pasalnya Pak Arif, yang merupakan guru fisika memujinya. Padahal mah yang ngerjain kan Devi.

🍧🍧🍧

Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu datang. Ya, bel istirahat baru saja berbunyi.

Seperti kemarin, Aksa malah ngapelin Nina.

"Ke kantin bareng?" tawar nya.

"Males," jawab Nina cuek. Ia ingin terlihat jual mahal dikit biar enggak dibilang murahan. Masa baru dua hari sekolah udah ngegebet Aksa.

"Hahahaha"

"Kasian banget si bos!"

"Iya, di tolak cuyyy!"

"Diem lo berdua!" bentak Aksa.

Rafi dan Akbar jadi kiceup.

"Yakin enggak mau bareng?" tanya Aksa dengan nada menggoda.

"Iyalah!" sahut Nina mantap.

Ia meninggal Aksa bersama kedua cs nya.

Pas dijalan nuju kantin, Nina melihat ada dua orang yang sepertinya sedang di bully. Mana di koridor sepi lagi.

Ia kenal persis kedua orang itu adalah Liya dan Devi.

Awalnya Nina berusaha tidak peduli tapi melihat wajah mereka berdua yang menangis membuat hati kecil Nian tergerak.

"Jangan ganggu mereka!!" ucap Nina lantang.

Ketiga orang yang sedang membully itu menoleh. Mereka tersenyum sinis.

"Kenapa? Masalah buat lo?" tanya salah satunya yang Nina yakini merupakan ketuanya.

"Iya, masalah!!"

"Lo temen si duo cupu ini?"

"Bukan," jawab Nina santai.

"Terus kenapa lo mau ribet-ribet nolongin mereka?"

Nina diam tak menjawab. Gadis itu melirik Nina dari atas sampai bawah.

"Lumayan menarik!"

"Daripada nolongin mereka mending lo ikut geng gue. Gimana?" tawar gadis itu.

Nina langsung meludah tepat di depan wajahnya. "Ga sudi gue!"

Wajah gadis itu langsung memerah.

"Lo?!!" Geramnya.

"Beraninya lo ludahin gue!!" Gadis itu menyenggol bahu Nina.

Tak tinggal diam, Nina membalas menyenggol bahu gadis itu.

"Apa lo? Lo pikir gue takut?"

"Lo tuh ya ga tau diri banget!!"

Dan terjadilah aksi jambak-jambakan.

Bukannya melerai, kedua teman gadis itu malah menyoraki mereka.

Sedangkan Liya dan Devi meringkuk takut.

"Lo ga tau siapa gue hah?" teriak gadis itu disela perkelahian.

"Gue tuh anak kepala sekolah disini! Kalau pun gue mau gue bisa keluarin lo dari sekolah ini!" ancamnya.

"Lo pikir gue takut huh? Anak kepala sekolah aja bangga. Asal lo tau! Bokap gue bahkan bisa beli ni sekolah!" balas Nina tak mau kalah.

"Lo pikir gue bodoh? Lo mau nipu gue? Tinggal di rumah kayak gubuk aja sombong nya minta ampun!"

Nina melebarkan matanya.

"Apa? Kaget? Kaget kalau gue tau lo tinggal di gubuk?"

Nina menampar keras pipi gadis itu.

Dan perkelahian mereka makin sengit.

Rasanya rambut Nina mau copot akibat kerasnya jambakan dari gadis itu. Tapi Nina tidak menyerah. Ia makin mengeraskan jambakannya juga.

Gadis itu meringis.

"Dinda!! Nina!!"

Teriak Bu Caca membuat aksi Dinda dan Nina terhenti.

"Apa-apaan kalian? Mau jadi jagoan?"

"Dia yang mulai duluan Bu!" tunjuk Nina.

Dinda memukul telunjuk Nina yang menunjuknya. "Bukan Bu! Dia yang duluan!"

Bu Caca menggeleng. "Kalian ini! Sama-sama salah malah saling menyalahkan!"

"Emang dia yang duluan kok Bu!" ucap Nina.

Dinda melotot tajam.

"Sudah!! Sekarang kalian berdua ikut ibu ke BK!!"

"Tapi kan Bu saya cuma membela diri!"

"Tidak ada tapi-tapian!"

Bu Caca melangkah.

"Lo si!" ucap Nina menyalahkan.

"Kok gue? Lo lah!"

"Lo!"

"Lo!"

Bu Caca geram mendengar perkelahian mereka.

"Jangan berantem lagi! Ikut saya!"

🍧🍧🍧

Hai balik lagi nih..

Sedih juga ya libur di perpanjang lagi..

Jadi tambah bosan di rumah..

Makasih buat yang udah baca cerita ini. Aku merasa ceritanya ga seru.

Semoga aja kalian suka :v

Aku tuh orangnya labil. Jadi kalau kalian lihat cover cerita ini beda-beda tiap hari jangan heran.

Aku tuh kalau udah buka pictart bawaannya gatel pengen edit terus.

Kalau enggak salah itung cerita ini tuh udah ganti cover sebanyak 5 kali kayaknya 😅

Salam manis dari author 😘

Amuntai, 13 Juni 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro