Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

˗ˏ 🍧 ˎ˗‍‍‍‍ Chapter 3 (REVISI)

Sebelum membaca alangkah baiknya untuk menekan bintang ★ di pojok kiri bawah 😘

Happy reading!!

🍧🍧🍧

Nina menggeliatkan tubuhnya. Punggungnya terasa sakit karena ranjang Liya terbuat dari kayu dengan kasur yang tipis.

Matanya masih merem melek. Ia mengucek matanya dan perlahan matanya terbuka.

"Hooammm.." Nina menguap tapi mulutnya ia tutupi dengan tangan biar iblis ga ada yang masuk.

Ia mengedarkan pandangan. Tidak ada Liya di kamar.

"Oiya mungkin Liya sekolah," ucapnya sambil menepuk jidatnya.

Ia mengambil ponselnya yang semalaman ia biarkan mati. Ia nyalakan ponsel dan tentu saja banyak panggilan masuk dari Ayah, Bunda, Lisa dan teman dekatnya yang lain.

Nina biarkan pesan maupun panggilan itu. Ia hanya melihat jam kemudian melemparkan ponsel nya kesembarang arah.

"Ga nyangka udah jam 9," ucapnya sambil merentangkan otot tubuhnya.

Ia membuka pintu kamar dan berjalan ke dapur untuk mengambil minum.

"Non Nina udah bangun? Mau makan dulu?" tawar Bi Siti.

"Boleh deh. Tapi Nina gosok gigi dulu," ucapnya.

Setelah balik ke kamar untuk mengambil sikat gigi ia kembali ke dapur menanyakan di mana kamar mandi.

"Bi kamar mandinya mana?" tanya Nina.

"Mari Bibi antar," ucap Bi Siti.

Raina mengekori  Bi Siti. Sampailah mereka di depan sebuah pintu.

"Ini kamar mandinya Non," ucap Bi Siti tersenyum ramah. Nina langsung masuk ke dalam.

"Eyuwww kotor banget gila!" erang Nina frustasi.

Sebelum ia gosok gigi ia menyikat lantai kamar mandi yang kotor itu. Biasanya ia menyikat gigi di wastafel ini ia sikat gigi di lantai rasanya aneh. Apalagi kamar mandinya kumuh gini.

Setelah tiga puluh menit lamanya ia keluar dari kamar mandi.

"Bi, Nina lapar banget," ringis Nina sambil memegangi perutnya.

"Ayo Non duduk dulu biar bibi ambilkan makan nya," ucap Bi Siti.

Nina menurut untuk duduk di salah satu kursi.

Ngomong-ngomong soal keluarganya Liya, ia hanya tinggal bersama Ibunya, Bi Siti. Sedangkan Ayahnya sudah meninggal karena kecelakaan lima tahun yang lalu.

Tak lama Bi Siti datang dengan sepiring nasi beserta lauknya.

Nina membulatkan matanya. "Apa-apaan nih!" Nina menggebrak meja. Dimeja makan hanya aja nasi dengan lauk tempe.

Bi Siti sampai kaget. "Ada apa Non?"

"Makanan apaan nih Bi? Nina ga mau makan kalau gini caranya!"

Bi Siti menunduk. "Maaf Non, cuma itu bahan makanan yang Bibi punya."

"Erggghhh," gemas Nina. Ia tidak suka makanan seperti ini tapi perutnya lapar.

Mau tak mau Nina makan seadanya. Baru beberapa suap ia sudah mengeluh dalam hati.

"Non, siang ini Bibi mau kerja. Apa enggak papa kalau Non Nina bibi tinggal dirumah?"

"Pergi aja," ucap Nina tidak peduli.

Bi Siti mengangguk. "Bibi siap-siap dulu," ucapnya lalu meninggalkan Nina.

Nina pun juga sudah selesai makan. Selesai makan ia langsung mencuci tangan tanpa membersihkan piring kotor bekasnya tadi.

"Bi! Nina udah selesai. Tuh piringnya," ucap Nina.

Bi Siti yang sudah selesai bersiap mengambil piring kotor lalu mencucinya.

"Bi, disini ada tv enggak sih? Nina bosan."

"Ada kok Non," balas Bi Siti.

Ia menunjukkan letak televisi. Hanya tv berukuran kecil. Saat Nina membuka tv, tidak ada channel yang menarik baginya. Kalau dirumahnya dulu kan bisa cari milih film yang mau ditonton kalau ini ia tidak bisa milih.

Daripada bosan Nina memilih untuk menonton kartun we bear bear. Sedikit-sedikit Nina tertawa melihat tingkah konyol ketiga beruang itu.

"Non Bibi berangkat dulu ya. Tolong nanti pintunya ditutup karena Bibi kemungkinan pulang agak malam," ucap Bi Siti.

Nina mendengus kesal. "Iya, iya!"

Sepeninggalan Bi Siti ia merasa bosan di rumah. Tidak ada tempat yang bisa ia jadikan untuk menghibur diri. Biasanya jika dirumah Ayahnya ia akan berenang atau olahraga atau duduk di taman kalau ia bosan.

"Liya pulangnya masih lama enggak ya?" ucapnya. Ia sudah terlalu bosan dirumah.

Kerjaannya buka tv, tiduran, buka tv, tiduran lagi.

🍧🍧🍧

Malam ini Nina makan enak soalnya Bi Siti tadi beli bahan makanan banyak.

"Nah gini dong Bi. Kalau gini kan Nina senang," ucapnya.

Nina makan dengan lahap. Ia juga nambah makan dua kali. Bi Siti hanya bisa tersenyum. Senang juga kalau Nina senang.

"Owhh iyhaa Bhii Nhina thuuhh bhoshen banghet dhii rhuumahh shendhiri," ucap Nina dengan mulut penuh.

"Telan dulu Non baru bicara," peringat Liya.

Nina menelan nasi yang ada didalam mulutnya lalu minum air putih. Setelahnya ia langsung bersendawa.

Bi Siti dan Liya tertawa melihat Nina.

"Bi, Nina tuh bosan dirumah!" ucap Nina.

"Terus Non Nina mau apa?" tanya Bi Siti.

"Ya apa kek biar enggak bosan," jawab Nina

"Kenapa enggak sekolah aja?" Usul Liya.

"Gue malas ke sekolah gue nanti Ayah bawa gue pulang," jawab Nina.

"Gimana kalau Non Nina sekolah di sekolah nya Liya aja?" tawar Bi Siti.

"Kebetulan disana sekolahnya gratis," sambung Ni Siti.

Nina tampak berpikir. Boleh juga daripada ia bosan.

"Ya udah deh boleh," ucap Nina.

"Nanti Bibi urus pendaftaran kamu," ucap Bi Siti.

🍧🍧🍧

Setelah satu hari lagi menganggur di rumah akhirnya Nina bersekolah. Ia mengenakan seragam barunya yang menurutnya tidak sebagus seragam sekolahnya dulu.

Selesai berpakaian dan sedikit dandan Nina keluar untuk sarapan.

"Wah Non Nina cantik banget," puji Liya.

Nina tersenyum. "Iyalah Nina gitu," sombongnya.

Ia menarik kursi kosong lalu menyantap makanannya.

Selesai makan Nina memasang sepatunya. Baru ia beli kemarin bersama Bi Siti. Nina awalnya tidak ingin memakainya karena sepatu ini tidak bermerk seperti sepatunya dulu tapi kan lebih enggak mungkin kalau ia ke sekolah menggunakan sendal jepit.

"Gue udah siap," ucap Nina.

Liya lalu mengeluarkan sepeda polygon miliknya.

"Ini buat apa?" tanya Nina bingung.

"Ya ini buat dipake lah Non," jawab Liya terkekeh. Ada-ada aja si Nina pake tanya buat apa tuh sepeda.

"Maksudnya ke sekolah naik ini?" Nina menatap Liya tak percaya.

"Iya, Non!"

"Oh my God! Yang bener aja? Masa cewek cantik kayak gue naik sepeda ke sekolah? Mau gue gosong?!"

"Aku cuma punya ini. Kalau naik angkot atau ojek mahal. Mending naik ini irit. Bisa nyalip juga biar enggak telat," jelas Liya.

Nina menggaruk tengkuknya. Dengan ragu ia naik ke kesepeda milik Liya. Bokong nya terasa sakit karena lubang pada joknya.

"Sudah Non?" tanya Liya memastikan.

"Hmm," gumam Nina.

"Pegangan biar enggak jatoh!"

Nina memutar bola matanya malas. Dengan kesal ia berpegangan pada tas Liya.

🍧🍧🍧

Kalau ada typo tolong ingatkan ya. Soalnya aku rada linglung bikin cerita. Pas nulis cerita ini aku malah ngetik nama Raina. Hadeuhh 🙉🙉

Kalau kalian punya waktu baca juga cerita aku yang lain judulnya Raina.

Salam manis dari author 😘

Amuntai, 10 Juni 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro