˗ˏ 🍧 ˎ˗ Chapter 24 (REVISI)
Sebelum membaca alangkah baiknya untuk menekan bintang ★ di pojok kiri bawah 😘
Happy reading!!
🍧🍧🍧
Akhirnya setelah seminggu berkutat dengan komputer didalam ruangan yang seperti penjara itu akhirnya selesai juga.
Selama ulangan Nina sangat malas membaca buku yang tebal-tebal itu. Jadi ketika ulangan berlangsung ia hanya menjawab dengan asal dan pergi tanpa melihat nilai yang tertera di layar komputer.
Atau kadang-kadang kalau Nina beruntung ia duduk di samping Liya atau Devi ia mendapat contekan.
Kemarin itu mata pelajaran terakhir untuk penilaian akhir semester satu.
Maka untuk menghilangkan penat dan otak yang panas sekolah Nina mengadakan classmeeting setelah mendapat izin dari kepala sekolah.
Tidak banyak lomba yang akan dimainkan karena waktu yang mepet. Hanya futsal, volly, catur, e-sport, tarik tambang, bakiak, balap karung dan makan kerupuk.
Panitianya pun adalah anggota osis. Guru juga dapat berpartisipasi kalau ingin.
Hari ini jadwal tanding futsal putri kelas XII-MIPA-3 dengan XII-IPS-2. Yang artinya kelas Nina akan bertanding dengan kelas Dinda.
Nina sudah siap dengan baju futsal yang beberapa hari lalu mereka pesan. Aeri juga nampaknya sangat semangat berpartisipasi dalam lomba.
Aksa juga meminjamkan rompi futsalnya kepada Nina.
"Kelas XII-MIPA-3 dan kelas XII-IPS-2 harap memasuki lapangan sekarang!"
Nina, Aeri dan ketiga teman sekelasnya sudah memasuki lapangan. Begitu juga dengan Dinda dan kawan-kawan.
Baik Dinda maupun Nina saling menatap remeh. Mata mereka beradu seolah tidak sabar ingin bertanding.
Mereka melakukan suit untuk menentukan memilih bola dan lapangan.
Nina dan Dinda melakukan suit dan hasilnya Nina lah yang menang. Nina lebih memilih bola dan Dinda memilih lapangan.
Jadinya di babak pertama Dinda memilih lapangan yang lebih teduh agar tidak terlalu banyak kena sinar matahari.
Setelah peluit berbunyi Nina langsung menggiring bola. Sedangkan Aeri menjaga gawang.
"Ya bung Nina sedang menggiring bola dengan Dinda mengejar Nina!"
Lalu Nina mengoper bola ke temannya. Hingga bola keluar dari lapangan.
Ini sih namanya bukan main futsal tapi acara rebut bola. Bola terus saja keluar dari lapangan. Begitu saja sampai waktu berakhir.
Nilai mereka 1-1.
Nina duduk di kursi untuk pemain. Ia mengelap keringatnya dengan handuk kecil.
Lalu Aksa datang dengan membawa sebotol air mineral dan menyodorkan nya ke Nina.
"Maka—"
Baru ingin mengambil botol itu tapi Dinda lebih cepat mengambilnya.
"Gue beli buat Nina bukan buat lo!" bentak Aksa.
Dinda memasang muka sebal. "Tapi udah kelanjur gue minum," ucap Dinda tidak merasa bersalah.
Aksa ingin berucap namun Nina lebih dulu berbicara. "Udah deh Sa biarin aja. Kasian gue liatnya kayaknya dia ga punya uang deh jadi nyolong punya orang," sindir Nina dengan wajah menyebalkan menurut Dinda.
"Jaga mulut lo ya!" gertak Dinda yang tidak terima dengan ucapan Nina.
"Kenapa? Mau marah?!" balas Nina.
Dinda meninggalkan mereka berdua dengan menghentakkan kakinya kesal.
Aksa maupun Nina tertawa ngakak. "Gue beliin yang baru dulu," ucap Aksa. Nina mengangguk.
Beberapa saat Aksa kembali membelikan minum lagi untuk Nina. Dengan sekali tegukan Nina menghabiskan minuman itu sampai tandas.
"Haus banget ya?" tanya Aksa terkekeh.
"Hehe," ucap Nina nyegir. Aksa kemudian mengikatkan rambut Nina yang tidak beraturan.
"Rambutnya diikat aja biar ga ganggu pas main," ucap Aksa. Nina menjadi deg-degan saat Aksa mengikatkan rambutnya.
"Makasih," ucap Nina.
Aksa tersenyum membuat Nina seperti akan meleleh ditempat. Lalu Aksa mengambil handuk kecil dan mengusap keringat di leher putih Nina.
Rasanya deg-degan dua kali lipat dari yang tadi. Nina berharap Aksa tidak mendengar suara detak jantungnya yang sedang berdisko ria saat ini.
Nina memerhatikan wajah Aksa yang teelihat serius mengelap keringatnya. Tanpa sadar ia menarik sudut bibirnya membuat lengkungan kecil seperti bulan sabit.
"Diharapkan peserta kembali memasuki lapangan!"
Suara panggilan membuyarkan lamunan Nina.
Ia bersama teman-teman nya kembali memasuki lapangan dan kali ini mereka bertukar tempat.
Peluit di bunyikan dan para ciwi itu mulai berebut bola.
Saat bola ada di kaki Nina ia tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk memasukkan bola itu ke dalam gawang.
Tinggal sedikit lagi ia sampai di depan gawang saat ingin menendang Dinda dengan sengaja menendang kaki Nina hingga Nina terjatuh dengan keadaan terlungkup.
Peluit berbunyi dan Dinda mendapatkan kartu kuning.
"Kok kartu kuning sih? Gue yakin dia sengaja nendang Nina!" ucap Aeri tidak terima. Bagaimana bisa hanya dapat kartu kuning sedangkan Nina sekarang lututnya mengalami pendarahan.
Bagai tidak ada yang terjadi panitia tetap melanjutkan pertandingan.
Nina segera di bawa anggota PMR ke UKS. Sedangkan permainan terus berlanjut dengan anggota cadangan memasuki lapangan.
Aksa yang khawatir langsung berlari ke UKS. Ia membuka pintu dengan tidak santai.
"Biar gue yang obatin kalian bisa pergi!" ucap Aksa dengan nafas tidak teratur.
"Tapi—"
"Gue yakin telinga kalian masih berfungsi?!"
Anggota PMR yang tadi membawa Nina ke UKS pun hanya mengangguk lalu keluar dari UKS. Menyisakan Aksa yang berjalan perlahan ke brankar Nina.
"Lo ga papa kan?" tanya Aksa.
Nina menghembuskan nafasnya kesal. "Menurut lo? Apa gue baik-baik aja?" tanya Nina. Apa Aksa tidak melihat lutut Nina terus mengeluarkan darah. Apanya yang ga papa coba.
Aksa kemudian mengambil baskom berisi air. Ia meminta Nina untuk duduk saja.
Ia membersihkan luka Nina dengan air agar debu atau pasir tidak menempel.
Setelah bersih ia menekan luka Nina dengan kapas.
"Akhh Sa pelan-pelan," ringis Nina saat Aksa makin menekan lukanya.
"Ini udah pelan Nin," sahut Aksa.
"Sa-kit shhh."
Setelah dirasa darah berhenti keluar Aksa menutupi luka Nina dengan perban.
"Selesai," ucap Aksa.
"Gue heran sama Dinda suka banget nyari gara-gara sama lo," ucap Aksa yang entah kapan sudah duduk disamping Nina.
"Ckk paling juga iri," decak Nina. Ia tidak terlalu mempermasalahkan itu.
"Sekarang lo mending istirahat dulu," ucap Aksa.
Ia sudah turun dari atas brankar dan menyuruh Nina untuk istirahat.
"Tapi gue ga mau sendirian disini," ucap Nina.
Aksa tersenyum. "Gue temenin lo tidur aja.
"Jangan tinggalin!" rengek Nina.
Aksa mengangguk. "Udah sana tidur ga bakal gue tinggal kok," ucap Aksa menenangkan.
Nina mulai memejamkan matanya. Dan tidak butuh waktu yang lama ia tertidur.
Aksa memperhatikan wajah polos Nina ketika tertidur.
"Lucu," gumamnya dengan tersenyum kecil.
🍧🍧🍧
Pengen up siang sebenarnya tapi ketiduran. Akhir-akhir ini aku lebih banyak tidur dan lebih cepat mengantuk kalau malam. Biasanya aku tidur jam 11 malam sekarang jam 9 udah mulai ngantuk.
Membuat part ini aku ambil dari pas classmeeting sekolah ku. Padahal aku mana pernah ikut futsal karena jujur tidak terlalu suka olahraga itu.
Dan aku suka ketawa kalau liat cewek main futsal jadi agak gimana gitu. Kalau di sekolahku mereka lebih banyak ngeluarin bola dari lapangan atau enggak bolanya dikerumuni.
Oke sekian bacotan hari ini. See you besok yaa~~
Salam manis dari author 😘
Amuntai, 29 Juni 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro