˗ˏ 🍧 ˎ˗ Chapter 18 (REVISI)
Sebelum membaca alangkah baiknya untuk menekan bintang ★ di pojok kiri bawah 😘
Happy reading!!
🍧🍧🍧
Sejak pulang dari sekolah Karin mengajak Nina kesalon.
"Ngapain sih Bun pake acara ke salon segala?" ucap Nina kesal. Padahal kan bisa dandan di rumah saja.
"Biar cantik sayang! Kamu kan mau ketemu calon suami kamu," ucap Karin tersenyum.
Nina memutar bola matanya jengah. Ngapain juga dandan buat calon suaminya yang sama sekali tidak ia suka mending juga uangnya dipakai buat shopping. Atau enggak beli novel yang baru saja terbit di wattpad.
"Ga usah ke salon juga Nina udah cantik kali Bun," ucap Nina. Memang benar sih mau gimanapun Nina bakal tetap cantik.
"Kan biar lebih cantik lagi. Masa mau ketemu calon suami tampil biasa aja?" sahut Karin gemas. Walaupun Nina cantik natural tapi dandan sedikit tidak apa kan pikir Karin.
Setelah sekitar sejam lebih didandani akhirnya Nina selesai.
Nina tampak jauh lebih cantik dari hari biasanya. Ia memakai balutan dress berwarna baby blue dibawah lutut. High heels biru muda dengan tas salempang yang bertengger melingkar ditubuhnya.
"Wah cantik sekali anak Bunda ini," puji Karin yang kagum dengan penampilan Nina sekarang.
Nina menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Anak Bunda gitu makanya cantik," sahut Nina.
"Kita langsung aja ketemuannya. Ayah sama Lisa udah nunggu di luar," ucap Karin.
Wajah Nina seketika kusut. Dari kemarin ia membayangkan seperti apa rupa suaminya nanti. Semoga saja tidak jelek, gendut, dan bruntusan seperti perkiraannya. Ih amit-amit!
"Loh kok muram sih?" tanya Karin heran. Ia menangkup pipi Nina sebelah kanan.
"Enggak kok Bun," ucap Nina menggeleng lemah.
"Jangan murung gitu ya? Nanti disana kamu senyum!" pinta Karin. Nina mengangguk.
Mereka memasuki mobil dengan Karin duduk di depan dan Nina di belakang bersama Lisa.
"Astaga! Kaget aku liat Kak Nina cantik banget," puji Lisa.
"Halah bisa aja mujinya," cibir Nina.
"Orang puji tuh harusnya bilang makasih!" kesal Lisa. Ia melipat tangan didadanya karena kesal.
"Makasih adekku sayang!!" ucap Nina sambil memeluk erat Lisa.
"Ughh," rintih Lisa yang sesak nafas akibat pelukan erat sang kakak.
"Ga gitu juga kali kak!" marah Lisa. Nina melepaskan pelukannya.
"Sudah kalian ini ribut terus," sergah Bagus.
"Kak Nina nih," ucap Lisa.
"Kok gue sih?" Sahut Nina tak terima.
Lisa malah menjulurkan lidahnya. Membuat Nina menjitak kepala Lisa.
"Liat tuh Bun kak Nina jitak kepala Lisa," adu Lisa. Wajahnya ia buat menyedihkan.
"Dih dasar cepu," ledek Nina.
"Biarin wlee!" Lisa kembali menjulurkan lidahnya. Karena greget Nina mencubit pipi Lisa.
"Nina jangan gitu sama Lisa!" nasihat Bagus.
"Nina nanti make up kamu luntur kalau ga bisa diem!" peringat Karin.
Nina mengerucutkan bibirnya kesal. Ia menengok ke luar jendela menikmati angin malam.
Tidak lama mereka sampai di sebuah cafe berbintang.
"Bagus!"
"Karin!"
Seorang pasangan suami istri memanggil kedua orangtua Nina. Mereka melambaikan tangan. Sepertinya mereka calon mertuanya Nina.
Keluarga Nina menoleh. Karin membalas lambaian tangannya.
Dimeja itu Nina bisa melihat ada seorang lelaki duduk membelakanginya sedang bermain ponsel. Dari postur tubuhnya oke. Semoga yang Nina bayangkan tidak jadi kenyataan.
Tapi kalau melihat kedua orangtuanya sih Nina yakin anaknya pasti ganteng.
Kedua orangtua Nina berjalan menuju meja orang yang tadi melambaikan tangan. Disusul Nina dan Lisa di belakang.
Karin langsung cipika cipiki dengan perempuan itu.
"Duh lama ya ga ketemu," ucap Anggi, calon Mama mertua Nina.
"Iya ya? Terakhir ketemu 3 tahun yang lalu ya?" tebak Karin. "Atau 4 tahun? Ah lama sekali sampai lupa," ucap Karin sambil terkekeh.
"Kamu tuh yang terlalu sibuk sampai enggak bisa ketemu aku lagi," sahut Anggi. Karin tersenyum.
Sedangkan Bagus hanya menyalami teman lamanya itu. Lalu mereka berpelukan ala lelaki.
"Duduk dulu!" ucap Irwan, calon Papa mertua Nina.
Nina sekeluarga pun duduk di kursi yang sudah di sediakan. Kayaknya sudah di booking juga. Terlihat restoran yang terlihat sepi.
"Kalian pesan makanan dulu," ucap Irwan. Ia memanggilkan salah satu pelayan.
Setelah mencatat pesanan keluarga Nina mereka kembali berbincang.
"Nah Wan, kenalin ini anak ku yang pertama namanya Nina Indriani dia yang akan ku jodohkan dengan anak kalian," ucap Bagus memperkenalkan Nina.
Wajah Nina sedikit tidak bersemangat. Terpaksa Karin menyenggol pelan tangan Nina.
Dengan senyum yang dipaksakan Nina menyalami calon mertuanya.
"Nina om, tante," ucap Nina.
Baik Irwan maupun Anggi tersenyum. "Nina cantik banget sih," puji Anggi.
"Pastilah siapa dulu orangtuanya?" Sahut Bagus sombong.
"Iya tau Ayahnya ganteng Bundanya cantik makanya anaknya gini," ucap Irwan terkekeh.
"Nina panggilnya jangan om sama tante! Panggilnya Papa sama Mama karena mulai sekarang kamu juga anak kami," ucap Anggi. Nina tersenyum kikuk.
"Kalau yang ini anak kedua kami namanya Lisa Salsabila," ucap Bagus.
Lisa menyalami tangan Irwan dan Anggi bergantian seperti yang dilakukan Nina tadi. "Lisa om, tante."
"Anak kalian berdua cantik-cantik," puji Anggi.
"Sekarang Nina dan Lisa kenalin ini anak saya," ucap Irwan merangkul pundak anaknya.
Nina menatap anak Irwan. Rasanya kayak pernah liat.
"Heh Ferdi jangan main gadget mulu!" Tegur Anggi. Ferdi? Rasanya Nina pernah mendengar nama itu. Mungkinkah orang yang dia kenal. Entahlah nama Ferdi kan tidak cuma satu didunia ini.
"Iya, Ma!" ucap Ferdi patuh.
Saat Ferdi mendongakkan wajahnya.
"Lo?!" kaget Ferdi dan Nina berbarengan.
"Loh kalian saling kenal?" tanya Irwan heran.
"Gimana maksudnya?" tanya Bagus yang juga heran.
"Oh enggak kok Pa! Cuma pernah ketemu sekali," ucap Ferdi.
Mereka mengangguk paham.
"Kenalin ini anak bungsu kami namanya Ferdi Elfredo Prayoga," ucap Irwan.
"Hai om yang ganteng dan tante yang cantik kenalin saya Ferdi cowok paling cakep disini," ucapnya.
Bagus dan Karin tertawa. Mereka suka dengan sikap Ferdi yang hangat dan lucu.
Daritadi Nina membayangkan yang aneh-aneh.
Pikirannya kalut. Apa yang di jodohkan dengannya itu Ferdi? Temannya Aksa dong.
Nina berusaha pasrah. Untung saja Ferdi ganteng. Daripada ia dijodohkan sama om-om.
Tapi kalau nikah sama Ferdi ia mau dikasih makan apa? Orang Ferdi masih sekolah juga kan. Masa makan daun.
Eh tapi orangtuanya kan kaya jadi hidup Nina masih terjamin.
Tapi? Arghh tidak tahu kepala Nina pusing membayangkan kemungkinan yang terjadi di masa depan.
Ia hanya bisa berdoa semoga dimasa depan ini memang yang terbaik untuknya.
🍧🍧🍧
Aku up pas lagi mager-magernya ngetik. Semoga enggak berantakan aja ceritanya.
Aku harap kalian suka dengan ceritaku yang bisa dibilang gaje ini.
Coba tebak siapa yang bakal dijodohin sama Nina? Apa memang benar Ferdi?
Oh iya, kalau besok aku enggak up berarti lagi habis kuota ya maklum lah kuotanya habis nge youtube.
Tapi tenang aja, nanti kalau udah ada kuota aku bakal up sesuai berapa hari aku enggak up.
Salam manis dari author 😘
Amuntai, 24 Juni 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro