Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

˗ˏ 🍧 ˎ˗‍‍‍‍ Chapter 13 (REVISI)

Sebelum membaca alangkah baiknya untuk menekan bintang ★ di pojok kiri bawah 😘

Happy reading!!

🍧🍧🍧

Aksa membawa Nina berkeliling mall tapi sudah dua jam mereka tidak membeli apapun.


"Sa? Lo mau beli apa sih?" tanya Nina kesal karena sudah mutar-mutar tapi ga ada yang di beli.

Aksa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "E-h gue ga tau mau beli apa," jawab Aksa.

Nina membuka matanya lebar. Yang benar saja daritadi jalan sana sini ga tau mau beli apa.

Andai saja Aksa bukan orang yang di sukai Nina mungkin Aksa akan Nina jatuhin dari lantai tiga mall ini.

"Jadi lo jalan daritadi ga tau mau beli apa?" tanya Nina memastikan.

Aksa mengangguk sambil tertawa kecil.

"Trus ngapain ngajak ke mall kalau ga ada tujuan?" tanya Nina.

"Sebenarnya gue mau beli hadiah," jawab Aksa.

Nina menaikkan alisnya, "Hadiah?"

"Iya," jawab Aksa. "Gue mau kasih hadiah ke seseorang," kata Aksa.

"Cewek apa cowok?" tanya Nina kepo.

"Cewek," jawab Aksa.

Nina mulai berpikiran liar. 'Jangan-jangan Aksa mau kasih hadiah ke gue lagi. Tapi ga mau bilang kalau hadiah itu buat gue' batin Nina girang.

Nina senyum-senyum sambil ngehalu.

"Oy!!" Paggil Aksa sambil mengibaskan tangannya.

"Eh apa?" tanya Nina setelah tersadar dari lamunannya.

"Ja-jadi lo mau ngasih hadiah ke cewek?" tanya Nina. Lalu dibalas anggukan oleh Aksa.

"Kenapa ga bilang dari tadi sih!" Nina menarik tangan Aksa ke suatu tempat.

"Nin, jangan tarik-tarik dong gue bisa jalan sendiri," ucap Aksa. Nina terus berjalan tanpa memperdulikan Aksa.

Akhirnya kaki Nina berhenti di salah satu toko perhiasan.

"Lo ngapain bawa gue ke sini?" tanya Aksa.

"Nih ya dengerin gue!" ucap Nina. Aksa menatap ke arah Nina.

Nina yang ditatap menjadi blushing. Cuma ditatap loh gimana kalau di tembak? Jangan-jangan Nina mati di tempat. Ya ngga lah, siapa yang ganti peran Nina kalau Nina mati.

"Jangan natap gue kayak gitu!" tegas Nina.

Aksa jadi bingung. "Katanya dengerin," jawab Aksa.

"Gue kan suruh dengerin bukan natap gue," kata Nina.

Mereka sekarang menjadi pusat perhatian. Eh salah daritadi kan mereka memang sudah menjadi pusat perhatian.

Orang menatap mereka gemas. Sungguh pasangan yang serasi.

"Iya juga ya," balas Aksa.

"Ish malah nyambung ke yang lain kan. Dengerin gue! Lo bilang mau ngasih kado ke cewek kan?" tanya Nina.

Aksa mengangguk.

"Nah cewek itu suka di kasih hadiah kalung," kata Nina.

Nina kembali menarik tangan Aksa untuk masuk ke dalam toko perhiasan.

"Mbak liat kalung yang paling bagus dong!" pinta Nina.

"Baik mba!" kata pelayan itu lalu mengambilkan beberapa kalung.

Aksa yang tidak menahu tentang selera cewek diam saja membiarkan Nina memilih.

Nina melihat dengan saksama. Semua kalung ini terlihat sangat bagus.

Kemudian mata Nina tertuju pada kalung yang ada di balik kaca.

"Mbak saya mau lihat yang itu!" tunjuk Nina pada salah satu kalung.

Mbak nya mengambilkan kalung itu.

"Ini mba! Kalungnya cantik cocok banget sama mba!" ucapnya memuji. Nina tersipu malu mendengarnya.

"Mbak bisa aja," kata Nina.

Nina kemudian menunjukan kalung itu ke Aksa.

"Sa, bagus ni!" kata Nina.

"Itu?" tanya Aksa.

Nina mengangguk semangat.

"Lo suka sama kalungnya?" tanya Aksa.

"Suka," balas Nina.

Kalung itu berwarna emas. Bentuknya seperti hati.


"Yaudah gue ambil itu aja," kata Aksa.

Kemudian Aksa membayar nya.

Mereka keluar dari toko itu.

"Nin mampir ke resto dulu ya gue laper," kata Aksa.

"Oh boleh," jawab Nina.

Aksa mengaitkan tangannya ke tangan Nina.

Nina menahan hatinya yang sedang berbunga-bunga.

Setelah sampai di tempat makan. Mereka memesan makanan.

"Mbak!" panggil Aksa.

Pelayan wanita itu datang menghampiri meja Aksa.

"Saya pesan pasta sama jus avocado," kata Aksa.

Si pelayan menulis pesanan Aksa.

"Lo mau pesan apa?" tanya Aksa pada Nina.

Nina menggeleng. Pasalnya, ia tak membawa uang. Dan juga ini adalah resto mahal.

"Pesan aja!" kata Aksa terkesan memerintah.

"Gue nemenin lo makan aja," ucap Nina.

"Tenang aja gue yang bayarin kok," sahut Aksa.

"Ga usah," ucap Nina menggeleng pelan.

"Udah pesan aja susah banget sih!" Lama-lama Aksa kesal dengan Nina.

Nina pasrah. Ia kemudian memesan.

"Saya mie goreng aja minumnya milk shake aja," kata Nina.

Setelah mencatat pesanan, pelayan itu pergi.

Aksa mengetuk jarinya ke meja sambil menatap kebenda pipih di tangan satunya. Sedangkan Nina cuma diam menatap ke bawah.

"Sa?" panggil Nina.

"Hm," balas Aksa dengan gumaman.

"Kalo gue boleh tau.. lo beliin hadiah tadi buat siapa?" tanya Nina penasaran.

Aksa menghentikan kegiatannya bermain ponsel. Matanya menatap lekat mata Nina.

"Ada deh," balas Aksa membuat Nina makin kepo.

"Ish lo mah!" kata Nina merajuk.

"Pokoknya itu buat orang yang spesial buat gue," kata Aksa. Itu membuat Nina kembali menghalu. Mungkin dialah orang spesial yang dimaksud Aksa. Nina seakan melayang sekarang.

"Yang pasti bukan lo!" kata Aksa kemudian membuat Nina kecewa. Wajahnya berubah masam. Baginya Aksa bisa membuatnya bahagia kemudian menjatuhkannya.

Nina memalingkan wajahnya. Aksa kembali memainkan ponselnya.

Saat Nina memalingkan wajahnya, betapa terkejutnya Nina saat ia tak sengaja melihat Lisa berada di resto ini. Nina membelalakkan matanya.

'Kenapa Lisa ada di sini sih!' batin Nina.

"Sa, kita pergi aja ya dari sini!" Kata Nina berbisik.

"Lo ngapain bisik-bisik gue ga denger!" Ucap Aksa. Nina menyuruh Aksa untuk diam menggunakan jarinya.

Nina menoleh ke kanan, ia masih melihat Lisa disana.

"Shutt Sa! Mending kita pergi aja dari sini!" kata Nina pelan.

"Hah apaan? Gue laper Nin! Udah pesan juga!" kata Aksa. Nina menepuk jidatnya pelan. Kemudian ia menoleh ke kanan dan mendapati Lisa sedang berjalan ke arah meja Aksa dan Nina.

Nina menggaruk kepalanya. Nina berharap Lisa tak menghampirinya.

Namun salah, Lisa berjalan semakin dekat ke arah Nina. Nina berusaha mati-matian menutupi wajahnya. Sedangkan Aksa bingung dengan sikap Nina.

"Lo kenapa sih?" tanya Aksa heran. Nina tak menjawab.

Kemudian Lisa tak sengaja menyenggol tas Nina kemudian jatuh.

'Duh tamat sudah gue!' jerit Nina dalam hati.

"Ah sorry gue ga sengaja!" kata Lisa kemudian berjongkok mengambil tas Nina.

Saat Lisa berdiri ia melihat siapa pemilik tas yang ia jatuhkan.

"Kak Nina!?" teriak Lisa.

Karena teriakan Lisa yang menggelegar membuat orang yang ada di sana menatap nya. Nina sudah panas dingin sekarang.

"Maaf!" Ucap Lisa kepada semua orang di dalam resto.

"Ini beneran kak Nina?" tanya Lisa. Kemudian ia duduk di kursi kosong sebelah Nina. Aksa? Aksa sedang diam melihat Lisa dan Nina.

Nina bingung harus menjawab apa. Jadilah ia hanya diam.

Lisa memeluk Nina. Awalnya Nina diam kemudian membalas pelukan Lisa.

Aksa cuma diam tak berkutik. Ia lebih memilih memainkan game di ponsel.

"Yaampun kak Nina aku kangen banget!" ucap Lisa dengan mata berkaca-kaca.

"Gue juga kangen!" ucap Nina membalas kata-kata Lisa.

Lisa melepas pelukan mereka saat pelayan mengantarkan makanan ke meja itu.

"Makasih!" ujar Nina kepada pelayan itu.

Setelah pelayan itu pergi, Lisa kembali bicara.

"Kak aku mau bicara berdua sama kak Nina boleh?" tanya Lisa.

Nina menoleh sebentar pada Aksa.

"Sa gue mau bicara dulu sama Lisa. Boleh?" izin Nina.

Setelah mendapat anggukan dari Aksa, ia dan Lisa berjalan ke meja kosong lainnya.

"Kak? Kak Nina tau ga? Ayah sama Bunda nyariin kakak terus! Bunda sampai nangis tiap malam!" cerita Lisa.

"Gue kangen rumah," ujar Nina. "Masa sih ayah nyariin gue?" tanya Nina.

"Beneran kak aku ga bohong!" kata Lisa.

"Gue kira ayah udah lupa sama gue!" kata Nina. Ada perasaan sedih dihatinya.

"Kak Nina ngomong apa sih? Ayah sama Bunda tuh sayang sama kak Nina!" ujar Lisa.

Nina tak dapat membendung air matanya lagi. Kini tumpah sudah semua air matanya.

"Lis, gue pengen pulang tapi gue ga mau-," ucap Nina menggantung. Ia tak sanggup mengucapkan kata selanjutnya.

"Aku tau perasaan kak Nina. Tapi dengan ka Nina lari dari kenyataan ini ga akan menyelesaikan masalah!" ucap Lisa.

Air mata Nina keluar semakin banyak.

"Sekarang kakak tinggal dimana?" tanya Lisa.

Nina menghapus air matanya. "Gue tinggal di rumah Bi Siti," jelas Nina.

"Tapi gue mohon jangan bilang ayah kalau gue disana. Gue juga minta tolong jangan kasih tau ayah lo ketemu gue hari ini!" pinta Nina dengan nada memelas.

"Kak, kakak jangan egois. Kasian Bunda nangis terus nyariin kakak!" kata Lisa mencoba membujuk Nina.

Lisa benar Nina terlalu egois.

"Untuk sekarang gue mau nenangin diri dulu Lis! Gue janji nanti gue bakal pulang!" ucap Nina.

"Ka Nina harus pulang secepatnya!! Rumah sepi ga ada ka Nina," kata Lisa.

Nina tersenyum. "Iya gue bakal pulang tapi nanti!" jawab Nina.

Kemudian keduanya mengobrol ria sampai lupa akan keberadaan Aksa.

Tak lama sebuah pesan masuk di ponsel Lisa.

"Kak gue pulang dulu ya? Udah sore juga," pamit Lisa.

"Oke," sahut Nina.

Lisa memakai tas salempangnya.

"Oh iya aku lupa bilang sama kakak, setelah Kak Nina pergi Ayah masuk rumah sakit," jelas Lisa yang tentu membuat Nina syok.

"Ay-ayah masuk rumah sakit?" tanya Nina tak percaya.

Lisa mengangguk. "Sakit jantung ayah kumat. Kalau ada waktu kakak bisa datang ke rumah sakit. Nanti aku kasih alamatnya."

Dan Lisa benar-benar pergi. Nina merenungi perkataan Lisa. Apakah salah ia sudah kabur dari rumah? Separah apa keadaan ayahnya sekarang?

🍧🍧🍧

Banyak typo bertebaran

Part paling panjang dari yang lainnya wkwk

Salam manis dari author 😘

Amuntai, 20 Juni 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro