48. Tokyo dan Tawa Kita
Setelah menghabiskan satu minggu di Kyoto, menaiki kereta mereka kembali ke Osaka. Rencana awal akan menghabiskan setidaknya empat hari di Osaka, tetapi urung karena Nara tidak mau melewatkan Karnaval Samba Asakusa.
Festival Samba Asakusa menampilkan sekelompok penari berparade di sepanjang Jalan Umamichi-dori dan Jalan Kaminarimon-dori di Asakusa diiringi alunan samba untuk memenangkan kompetisi. Festival ini menarik setidaknya setengah juta pengunjung baik dari dalam maupun luar negeri.
Di Osaka hanya menghabiskan dua hari saja, berkeliling kota untuk kulineran dan mengunjungi Universal Studio Osaka.
Hari ini mereka sudah berada di Tokyo, di hari ke-10.
"Kak, ayo ke sana!" Adalah slogan Nara selama di Tokyo, dia akan menarik tangan Danish untuk mengikuti langkahnya. Satu tangan Danish pun bersiap untuk mengabadikan momen melalui kameranya.
Persimpangan Shibuya yang terkenal juga didatangi, Danish sempat takut tangannya akan terlepas dari tangan Nara yang seperti tour guide menjelaskan kepada suaminya bahwa tempat yang mereka datangi adalah lokasi syuting series terkenal yang diperankan oleh aktor Jepang favorit Nara.
"Siapa tahu nggak sengaja ketemu Kento Yamazaki!"
"Jangan ngarep."
Nara melirik sinis, "Bilang aja cemburu!"
"Iya. Memang."
Nara tertawa kecil, "Kamu cinta banget, ya, sama aku?"
Masih dengan wajah datarnya Danish menjawab, "Banget. Makanya jangan sampai lepas tanganku, entar kamu ilang."
"Ih, emangnya aku anak kecil apa?"
"Kamu di desa aja bisa kesasar, apalagi di Persimpangan Shibuya yang ramai gini."
Sorot sinis Nara kembali terlihat, "Dibahas aja terus."
"Aku bakalan bahas terus sampai kita punya cucu. Entar cerita ke mereka, nenekmu pas diajak bulan madu kesasar, nangis-nangis kayak anak ayam ilang."
"Aku juga bakalan bahas kalau kakeknya dulu sempat nolak-nolak neneknya, pas neneknya mau pergi, kakeknya nangis kayak anak kambing."
"Mbeeek..." sahut Danish membuat gelak tawa keduanya.
Selama di Tokyo, selain menghadiri festival Samba Asakusa, mereka juga berkunjung ke beberapa tempat wisata. Tentu saja Disneyland Tokyo, setidaknya hampir seharian berada di sana untuk menjajali beberapa wahana.
"Tahu, nggak, ada berapa foto kamu?"
"Berapa emangnya?"
"Hampir 1000!"
"Ih, dikit banget! Tambah 2000, yuk!" Nara tergelak sembari mengalungkan tangannya di leher sang suami, "Makasih fotografer gratisku..."
"Sama-sama model gratisku..." Danish mengusap-usap hidungnya di pipi kanan Nara.
Keduanya sama-sama tertawa.
"Kak, udah mau jam reservasi makan di Restoran Gyumon Halal." Nara melirik jam tangannya. Sekitar setengah jam lagi waktu waktunya makan setelah reservasi sehari sebelumnya.
"Oh, ya? Kebetulan aku juga udah laper."
Mengandalkan maps, keduanya berjalan santai menuju restoran yang dimaksud. Sembari mengobrol banyak hal.
"Anak pertama harus cowok, ya, Kak?" tanya Nara, tangannya melingkar di lengan kiri suaminya.
"Sedikasihnya Allah-lah, Sayang."
"Di surat itu nggak ada, kan, syarat harus cowok?"
"Nggak ada."
Nara mengangguk-angguk paham. Ada lengang sebentar, kemudian perempuan itu kembali berujar, "Surat perjanjian pranikah itu penting banget, ya. Coba kalau nggak ada surat itu, kamu nggak bisa ngapa-ngapain selain menerima semua kejahatan ayahmu. Mamamu dulu pasti perempuan yang cerdas, pemikirannya selalu selangkah di depan."
Danish mengangguk setuju. Sayangnya kelemahan Roro adalah cinta. Dia sulit membuka hati untuk menerima cinta. Datangnya Candra ke kehidupannya yang penuh dengan tekanan dari sang ayah untuk menjadi penerus pemimpin perusahaan seperti angin segar. Roro terbutakan oleh cinta yang sebelumnya asing baginya.
"Waktu kita nikah kenapa kamu nggak mengajukan surat perjanjian pranikah?"
Danish menoleh sambil tersenyum, "Jangan, kan, Thunder Holdings sama Pendopo Agung. Nyawaku aja silakan kamu kuasai."
"Hahahaha, gombal."
"Aku serius."
"Mana? Mana coba wajah seriusnya, coba lihat!" goda Nara.
Cup! Nara membeku beberapa detik saat kecupan sang suami mendarat di bibirnya. Mata keduanya kemudian bersitatap.
"Aku serius, Nara. Jangan, kan, harta. Hidupku silakan kamu ambil, kamu kuasai sesuka hatimu. Asalkan itu membuatku tetap dekat denganmu."
Ujung bibir Nara menyabit, "Kamu beneran cinta, ya, sama aku?"
Ctak! Sentilan kecil mendarat di kening perempuan itu.
"A!" Nara mengaduh seraya memegang keningnya. "Kak!"
"Perempuan, perempuan... udah dikasih segalanya masih aja tanya hal-hal yang udah jelas jawabannya," gerutu Danish sembari lanjut melangkah.
"Nyebelin!"
"Kalau nggak percaya belah aja dadaku."
"Ada apa emangnya?" susul Nara, tersenyum percaya diri.
"Ada jantung sama paru-paru. Kamu ngarepin ada apa?"
"Haish! Nyebelin!" Nara melompat ke punggung Danish. "Gendong! Capek!"
Tanpa protes, pria itu membenarkan posisi Nara dan menggendongnya.
***
Restoran Gyumon Ramen Asakusa, menyajikan pilihan makanan halal. Letaknya 10 menit dari Stasiun Asakusa. Salah satu menunya adalah ramen miso pedas yang menjadi favorit pengunjung. Restoran ini juga menyediakan tempat salat, sehingga memudahkan pengunjung muslim untuk melakukan kewajiban. Kebetulan sudah masuk waktu magrib, Danish dan Nara melaksanakan salat di restoran tersebut.
Setelah mendapatkan meja, keduanya duduk menunggu pesanan.
"Kak, boleh nggak, nanti anak kita dikasih nama yang ada unsur Jepangnya?"
Danish tersenyum dulu sebelum menjawab. "Kenapa dikasih nama ada unsur Jepangnya?"
"Soalnya buatnya di Jepang," kekeh Nara sambil menutup wajahnya dengan tangan, salah tingkah sekaligus malu.
Danish menahan senyum, tetapi jelas juga salah tingkah.
"Boleh. Semoga jadi, ya?"
Wajah Nara memerah, malu-malu, "Iya, amin."
Keduanya saling tatap, kemudian menyemburkan tawa bersama.
"Kamu ada-ada aja, tapi boleh juga. Boleh, kok."
"Bener, ya?"
Danish mengangguk.
"Yang pasti nanti ada nama belakangmu. Padma-"
"Narayan," ralat Danish segera. "Cukup Narayan aja. Aku nggak mau anakku membawa nama panjang orang terjahat di keluargaku."
Nara tersadar hal itu, kemudian tersenyum. "Iya, Kak. Narayan aja. Titik-titik... Narayan."
Danish mengusap lembut punggung tangan istrinya sembari tersenyum.
"Danish?" suara seseorang mengalihkan perhatian keduanya.
Nara dan Danish kompak menoleh.
"Apa kabar kalian?" sapa orang itu.
Baik Danish maupun Nara, terlihat tak suka dengan kehadiran orang itu yang tiba-tiba di sini. Di momen bulan madu mereka. Tawa keduanya berangsur lenyap.
🌸🌸🌸
Hei, hei, Miaowers!
Give away and Vote Cover time!
𝗩𝗢𝗧𝗘 𝗖𝗢𝗩𝗘𝗥 & 𝗚𝗜𝗩𝗘𝗔𝗪𝗔𝗬 𝗡𝗢𝗩𝗘𝗟 𝗛𝗘𝗟𝗟𝗢 𝗝𝗢𝗗𝗢𝗛‼️
Syarat dan Ketentuan:
1. Follow akun Instagram: @blackswan_books, @dianafebi_ dan @hellojodoh
2. Tulis di kolom komentar cover pilihan kamu dan alasannya! Tag 3 teman yang suka baca novel (dilarang tag random)!
5. Share banner ini ke Instagram story dan tag @blackswan_books dan @dianafebi_
6. Like dan save postingan ini!
7. Spam komen di 10 postingan terakhir @blackswan_books
8. Enam orang berhak mendapatkan masing-masing 1 novel Hello Jodoh
- 3 Pemenang dari Instagram
- 3 Pemenang dari Wattpad
7. Giveaway berlangsung dari tanggal 13 - 18 Juli 2024
Pemenang diumumkan tanggal 24 Juli 2024!
Ikuti rules-nya dengan baik.
Good luck! 😉
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro