Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

41. Sarang Serigala

(Baca sambil dengerin pakai sound di atas, ya)

Happy Reading 💞

Selamat Datang di Pendopo Agung

***

Thunder Holdings merupakan perusahaan induk yang memimpin anak-anak perusahaan di bidang makanan cepat saji dan waralaba restoran terkenal, perusahaan yang mengatur, mengendalikan serta mengawasi kinerja anak perusahaan yang tergabung dalam satu grup perusahaan.

Tak heran jika banyak karangan bunga dari anak-anak perusahaan berjejer di halaman Pendopo Agung. Rumah yang berkonsep modern dengan gaya eropa, memiliki empat pilar tinggi dan berlapis marmer. Berdiri belasan pria berkemeja hitam di depan pintu, memeriksa setiap tamu, mengkonfirmasi undangan dan menerima tamu untuk diarahkan pada karpet merah yang sudah disediakan.

Candra Padmadim dikenal sebagai 'Serigala Alpha' di dunia bisnis, cerdas dalam berburu dan mudah beradaptasi dengan kawan maupun lawan. Ia sangat menyukai persaingan, pertempuran maupun peperangan demi menjadi seseorang yang terdepan. Menjadi Pemimpin untuk kawanan 'serigala-serigalanya'.

Namun, di mata Danish, Candra Padmadim hanyalah manusia yang haus harta dan takhta. Segala cara dilakukan demi keuntungan dan keinginannya. Tak terkecuali dengan membunuh dan memanipulasi.

Mobil Danish sudah sampai sejak sepuluh menit yang lalu di depan gerbang Pendopo Agung, gerbang yang pernah diloncati Danish delapan tahun silam di tengah hujan dan petir untuk bisa kabur dari pemburuan sang ayah.

"Satu detik pun kamu jangan sampai pernah melepas tanganku, Nara."

Nara mengenakan blazer hitam dari beludru dengan rok panjang berwarna merah dengan hijab silk berwarna hitam, wajahnya dipoles lebih dari biasanya untuk meninggalkan kesan glam dan berkelas. Ia memakai sepatu hak tinggi agar sedikit menyamai tinggi suaminya, tas bermerek menggantung di tangan kiri melengkapi keanggunan Nara.

Kesan kekanak-kanakan benar lenyap. Orang akan menyangka bahwa Nara seorang aktris pendatang baru. Semua itu atas idenya sendiri dengan bantuan Marida, ia tidak mau suaminya dipandang rendah jika berdandan apa adanya. Apalagi ini pesta orang-orang besar, pejabat, politikus, pengusaha sampai selebriti turut diundang.

Elektabilitas Candra maju pada pemilihan Gubernur benar-benar mencuri banyak perhatian, branding sebagai seseorang yang religius, berkharisma, sayang pada keluarga, dan wajah 'tampan' nya yang tampak bugar di usia setengah abad semakin membuat orang-orang menggila untuk mendukungnya.

"Jangan mau dikasih apa minuman atau makanan sama siapa pun, sama orang yang kamu kenal pun."

"Emangnya siapa yang aku kenal di sana?"

"Keluarga Shabiru juga hadir. Sepupumu juga katanya datang."

"Mas Daniel? Bukannya perusahaan mereka rival, ya, Kak?"

"Begitulah dunia bisnis, Sayang. Banyak orang memakai topeng domba padahal mereka serigala. Semua demi eksistensi dan kestabilan saham perusahaan masing-masing. Meskipun Daniel Mark hadir, belum tentu dia dan papaku berteman."

Nara mengangguk-angguk.

"Pokoknya, kamu jangan makan atau minum selama di sana, ya? Kalau kamu haus atau lapar, bilang ke aku. Aku carikan yang aman. Di sana ada orang tepercayaku."

Nara mengangguk. Terdengar berlebihan, tetapi Nara memahami ketakutan suaminya.

"Kalau ke toilet?"

"Aku tungguin."

Sebenarnya hati Nara terselimuti ketakutan, tetapi melihat wajah gelisah dan tidak tenang suaminya membuat Nara menarik ujung bibirnya untuk tersenyum. Kalau bukan dirinya yang menenangkan Danish, siapa lagi?

"Semua akan baik-baik aja, Kak. Kamu yang tenang, ya. Nanti kita ketemu, kan, sama mama kamu?" ucapnya sembari menyentuh pipi Danish lembut.

Di tengah wajah tegangnya, Danish berusaha keras untuk membalas senyuman dan usaha Nara membuatnya tenang.

"Iya, Sayang. Kita nggak akan lama di sana. Setelah menemui mama, kita pulang."

"Oke. Kita masuk?"

Danish menghela napas panjang sejenak, kemudian mengangguk.

"Pak, kita masuk," titah Danish pada sopir pribadi Sawiji, pamannya.

"Baik, Den."

Sopir melajukan mobil masuk melewati gerbang dengan sederet proses pemeriksaan, kemudian berhenti di halaman mengantre dengan mobil tamu yang lain. Setelah gilirannya, Danish turun terlebih dahulu membukakan pintu untuk Nara dan langsung menggenggam tangan sang istri begitu keluar dari mobil.

"Kamu siap?"

"Bismillah, Kak."

Dengan jantung sama-sama berdebar tegang, keduanya berjalan menuju pemeriksaan lanjutan, memberikan undangan terbaru yang dikirim ke apartemen Danish. Lalu keduanya diarahkan berjalan melewati karpet merah untuk masuk ke ruangan.

Nara sempat takjub dengan kemegahan Pendopo Agung. Ia pikir rumahnya akan bergaya keraton dan beraksen kejawaan. Namun, Nara salah. Ia seperti masuk ke dalam mansion eropa dengan desain interior yang membuat mata berkilat, benar-benar megah dan mewah.

Alunan lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi terkenal terdengar berbaur dengan obrolan para tamu menikmati pesta, aroma khas orang kaya merasuk ke indera penciuman Nara. Membuat gadis itu sekian detik merasa ciut, merasa tidak pantas berada di sini.

Namun, genggaman erat tangan Danish yang saat ini mengenakan tuksedo hitam rapi dan berkharisma, meyakinkan Nara untuk tetap menegakkan kepala. Percaya diri.

Penampilan Danish tak terkesan berlebihan, tetapi auranya sebagai darah dari keturunan keluarga kaya menguar.

Pasangan yang terlihat serasi dengan outfit mereka yang juga matching. Beberapa orang melirik dan saling berpandangan, karena wajah Danish maupun Nara asing di dunia mereka. Berbisik-bisik bertanya, siapakah pasangan yang baru masuk ke pesta itu.

Pertanyaan mereka seolah terjawab ketika Candra menyambut dengan hangat kedatangan Danish dan Nara.

"Selamat datang, Putraku." Candra menarik bahu Danish untuk memberinya sebuah pelukan. "Bersikap baiklah atau kamu tidak akan bertemu dengan mamamu malam ini," bisiknya.

Danish tersenyum miring sembari berkata, "Menjijikan."

Candra melepas pelukan dengan senyuman palsu, ternyata selama ini ia menganggap remeh putranya itu, ia pikir putranya itu masih sama dengan Danish delapan tahun silam yang sering tenggelam dalam ketakutan dan trauma. Yang akan berlari terbirit-birit saat Candra datang membawa sabuknya, yang akan menjatuhkan lutut dan mencium kaki Candra saat stik golf diambil dari tempatnya. Membiarkan Danish keluar dari Pendopo Agung ternyata keputusan yang salah, di luar rumah Danish terbentuk menjadi lebih kuat.

"Ini adalah putra saya dan istrinya. Danish Narayan Padmadim. Kalian pasti tahu, kan? Putra kandung saya yang memilih hidup mandiri karena ingin menjadi seperti saya di masa depan. Lihatlah dia tampan seperti saya, kan?"

Semua orang berseru dan tepuk tangan. Kecuali beberapa orang yang tahu betul siapa Danish Narayan dan bagaimana hubungan ayah dan anak itu selama ini.

"Saya tumbuh dari tempat kumuh, memulai semuanya dari bawah, dari bukan siapa-siapa. Menjadi karyawan bawahan di La Froude Company. Atas kegigihan dan keloyalan saya pada perusahaan, saya berhasil menjadi manager eksekutif. Kepercayaan Romo Djayantaka mengantarkan saya ke kursi Direktur Utama hingga sampai di titik ini." Candra menceritakan kisah dirinya di mana banyak hal yang tidak dikatakan, termasuk menipu mama Danish dan meracuni kakek Danish.

"Danish Narayan mengikuti jejak saya. Saya sangat bangga padanya."

Semua orang kembali bertepuk tangan. Semakin keras tepuk tangan itu, semakin erat genggaman tangan Danish dan Nara.

"Sambut dan sapalah putra dan menantu saya. Mereka adalah bagian dari Thunder Holdings dan juga Tim Sukses Barisan Jakarta Emas 2024."

Para tamu bertepuk tangan sembari mendekat untuk menyapa dan berkenalan dengan Danish. Satu-satu orang menyalami pria itu, menanyakan beberapa hal mengenai pekerjaan Danish. Para pejabat penjilat Candra berkerumun. Semua orang mulai berdesakan untuk menyapa dan menyalami Danish.

"Halo, saya Direktur Greenday, Galih Mahendra."

"Saya Direktur GoldenMart, Raden Wijaya."

"Saya komisaris Perusahaan asuransi."

"Halo, pasti mengenalku, kan? Aku Mia Margareth, filmku sedang tayang di bioskop."

Terpaksa Nara dan Danish bersandiwara membalas jabatan tangan mereka satu persatu. Tersenyum palsu demi keselamatan mama Danish malam ini.

Namun, tamu semakin berkerumun. Tangan Danish yang menggenggam tangan Nara terlepas. Dengan sadar Danish kehilangan Nara, pria itu langsung meninggalkan para tamu yang mencoba untuk menahan tangannya.

Pikiran Danish hanya satu, ia harus menemukan Nara secepatnya. Tak peduli tanggapan para tamu penting itu, Danish bahkan tak menggubris jabatan tangan dari salah seorang menteri. Ia fokus menemukan istrinya di banyaknya tamu undangan.

"Danish?" Suara tak asing terdengar, Danish menoleh dan mendapati Profesor Rohman, Menteri Pendidikan menyapanya. "Apa kabar? Wah, sudah lama kita tidak berjumpa."

Danish tertegun sebentar, Profesor Rohman dulu yang menjabat sebagai Ketua Komnas Perlindungan Anak adalah satu-satunya orang yang memperjuangkan kasus Danish dan memberanikan diri untuk melaporkan penganiayaan Candra. Namun, mereka kalah karena Candra memutarbalikan fakta dan memanipulasi media.

Keberadaan Profesor Rohman saat ini yang menjadi alasan Candra mengundang Danish ke pesta. Untuk menutupi jejak hitam di masa lalu, seolah menunjukkan bahwa hubungan Danish dan Candra masih baik-baik saja.

"Baik, Professor." Danish menjabat tangan Prof. Rohman. "Saya minta maaf, saya sedang mencari istri saya. Nanti saya akan datangi Profesor. Saya permisi dulu."

Danish buru-buru melangkah, namun kakinya tertahan saat Candra mendekat.

"Prof. Rohman, apa kabar?" Candra menyapa, merangkul Danish untuk kembali menghadap ke Profesor Rohman. "Terima kasih sudah memenuhi undangan saya."

"Baik, baik, Pak Candra. Saya mengucapkan selamat atas majunya Anda ke Pemilihan Gubernur," balas Profesor Rohman. Kemudian menoleh ke Danish, "Katanya mencari istrimu, Danish. Silakan kalau mau mencarinya, nanti kalau sudah ketemu, tolong kenalkan kepada saya."

Rangkulan tangan Candra mengerat, menekan bahu Danish yang masih dalam pemulihan. Seolah menekan ancaman untuk tetap di sini.

"Istri Danish tadi gabung bersama tamu yang lain. Kamu tenang aja, di sini aman. Pengamanannya ketat," ucap Candra.

Namun, wajah gelisah Danish terlihat jelas. Matanya berlarian ke seluruh penjuru ruangan. Mencari keberadaan Nara.

"Maaf, Prof. Saya permisi dulu." Danish melepas rangkulan sang ayah meski melawan cengkeraman yang membuat bahunya kesakitan. "Terima kasih sudah datang ke pesta Papa. Silakan dinikmati acaranya."

Langkah Danish langsung menjauh dari Candra dan Profesor Rohman. Membelah kerumunan para tamu sembari mencoba menghubungi Nara.

"Nara, kamu di mana?" desisnya khawatir sembari terus mencari dan menghubungi ponsel Nara.

"Halo, Kak?"

Meski lega mendengar suara istrinya baik-baik saja, Danish tetap merasa takut Nara kenapa-kenapa. Tidak ada yang aman di sarang serigala, banyak mata yang sedang mengawasi. Banyak kesempatan para serigala untuk menyeret Nara dalam bahaya.

"Kamu di mana, Sayang?!" tanyanya setengah berbisik.

"Aku di dekat kolam."

"Kamu ngapain ke sana? Aku, kan, udah bilang jangan jauh-jauh dari aku."

"Aku lagi sama adik tirimu."

Langkah Danish terhenti seketika, jantungnya berdebar kuat. Demi apa pun darahnya seolah surut tiba-tiba mengetahui salah satu serigala sudah berhasil menyeret Nara. Mendadak Danish merasa dirinya tidak becus dan bodoh sudah kecolongan.

"Halo, Kakak tiri?" Suara Eran terdengar, sepertinya merebut ponsel Nara.

"Kalau sampai istriku kenapa-kenapa, kubunuh kau, Bajingan! Tetap di situ, aku datang ke sana!"

Danish memutus sambungan, segera melangkah ke arah kolam renang. Antara penyesalan dan amarah meletup bersama, ia meraih botol sampanye berada di salah satu meja. Tak peduli jika harus menghantam Eran dengan botol dan merusak pesta, kalau sampai Danish melihat adik tirinya itu melukai sang istri.

***

Maaf ini saya masih ada di luar kota, belum bisa rutin update. Kalau besok aku sempet nulis, insyaallah nulis meski nggak banyak, ya.

Alternative Universe terbaru Hello, Jodoh akan segera rilis di Tiktok dianafebi_

Jangan lupa vote dan komeeen!

See you next part 💞


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro